Bab 6
Dia bilang hobi Mbak Nadin sama sepertiku dan dia? Sejak kapan Mbak Nadin suka Lukisan? Jelas-jelas dia selama ini tidak munyukai seni apalagi melukis.
Dia lebih senang jalan" dan bernyanyi. Nyaris tiap hari kepalaku berdengung mendengar suara cemprengnya itu. Kadang justru sangat mengganggu waktu ku saat membaca buku tentang lukisan.
"Dira! Jangan coba-coba untuk mendekati Hansel. Kamu lihat sendiri kan? Kakakmu sudah dekat dengan dia. Seperti yang ibu bilang, harusnya memang Hansel memilih Nadin dibandingkan kamu. Nadin itu modis, cantik, bersih, punya karir yang bagus dan berpendidikan. Serasi dengan Hansel yang Rama, sopan, kalem, berpendidikan dan sukses jadi pengusaha. Mana mungkin dia memilih kamu. Kamu harus tahu diri, Dira. Jangan mimpi terlalu tinggi, nanti jatuhnya sakit. Jangankan menikah sama kamu, bahkan sekadar teman saja mamanya Hansel sibuk menceritakan ke mana-mana kalau dia nggak suka anak semata wayangnya itu punya teman seperti kamu. Jadi, mama harap kamu stop mendekati Hansel. Biarkan dia bersama kakakmu ya? Lagipula sebentar lagi kamu juga dilamar anak berandalan itu." mama melangkah ke luar halaman.
Air mataku menetes seketika. Aku cukup tahu diri kok, ma. Hanya saja, tak mengapa jika aku sedikit kaget melihat perubahannya 'kan? Lagipula selama ini Mas Hansel memang dekat denganku sebagai sahabat, wajar jika kini dia ingin dekat dengan perempuan lain sebagai calon istrinya.
Namun, tak seharusnya mama menghina dan membandingkanku dengan Mbak Nadin seperti ini. Apa jangan-jangan aku sebenarnya bukan anak kandung mama? Apa tulisan di kartu keluarga itu palsu?
Kuhapus jejak air mata yang membasahi pipi. Tak ada gunanya aku menangis. Bukankah selama 22 tahun ini mama dan Mbak Nadin memang memperlakukanku semena-mena? Jadi, tak perlu sekaget ini. Sudahlah.
Saat ingin menutup pintu utama, kulihat sosok itu lagi di tepi jalan. Laki-laki misterius itu menatapku beberapa saat sebelum akhirnya pergi begitu saja. Aku kembali berdebar. Benar-benar menakutkan. Sebenarnya apa yang ingin di lakukannya?
Pagi ini aku sudah bersiap-siap untuk berangkat kerja. Sarapan nasi putih dengan telur ceplok dikasih sedikit kecap kurasa sudah cukup untuk mengisi perutku yang keroncongan minta diisi sedari tadi. Suara Mbak Nadin kembali terdengar.
Dia memanggilku dan mama berulang-ulang kali, tapi tak ada yang menyahut sebab mama masih di luar rumah sepertinya sedang menunggu tukang sayur yang biasa mangkal di seberang jalan.
"Dira! Jangan berlagak gak denger gitu dong! Dipanggil dari tadi juga sampai suaraku serak begini bukannya nyahutin malah membisu!" sentak Mbak Nadin sembari melempar kemeja dan rok panjang hitamnya. Aku hanya melirik sekilas lalu kembali menikmati nasi dengan telur ceplok yang ku masak sendiri.
"Dira! kamu budeg ya?" bentak Mbak Nadin lagi membuatku mendongak ke arahnya.
"Kamu nggak lihat aku lagi makan, Mbak? Tadi sudah aku jawab sekali, tapi kamu masih aja heboh manggil-manggil. Kenapa sih selalu gadu seperti ini tiap pagi?" Aku mulai kesal dibuatnya.
Biasanya aku tak pernah membantah apapun yang dikatakannya. Aku tahu karakter Mbak Nadin, dia nggak akan pernah mau mengalah jadi, tak apalah aku mengalah asal keributan tak berkepanjangan. Aku malas berdebat dan ribut dengannya apalagi saat aku akan berangkat kerja begini.
Namun entah mengapa, sejak kulihat kedekatannya dengan Mas Hansel kemarin, moodku benar-benar berantakan. Aku tak bisa mengontrol lidahku untuk tak menjawab bentakannya. Kekesalan itu pun kini mulai kutunjukkan padanya.
Apa aku cemburu melihat kedekatan mereka? Mungkin iya sebab aku memiliki rasa lebih dari sekadar sahabat pada Mas Hansel. Hanya saja aku sadar diri hingga tak mungkin menunjukkan rasa ini padanya.
🥀🥀🥀
Terima kasih kakak-kaka sudah mau mampir dan baca ceritaku,mohon maaf jika ada salah kata🙏🏻😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Amelia Syharlla
nanti juga cinta ❤️❤️❤️❤️❤️
2023-03-03
0