Dijodohkan

BAB 1

"Mas Ronal itu Mafia, Bu. Bagaimana bisa mama dengan teganya menjodohkanku dengan laki-laki mafia seperti dia. Dia bukan suami idaman Nadira ma."

Aku masih terus terisak di sudut kamar saat ibu bersikeras menjodohkanku dengan laki-laki itu. Laki-laki super seram yang bahkan sekadar menatap kedua matanya saja aku tak berani.

Namanya Ronal. Wajahnya sangar, tatapannya tajam, nyalang seperti elang yang siap menerkam mangsanya kapan saja. Dilengkapi rahang yang besar,alis tebal. Postur tubuhnya juga besar tinggi, kekar, berambut gondrong dengan tato ular naga yang terukir di lengannya kananya.

Sekalipun tak pernah kulihat dia tersenyum pada siapapun. Hanya dengan tatapan matanya yang tajam saja, orang-orang sudah tak berani berkutik jika tak sengaja berpapasan dengannya. Dia juga pernah menjadi mantan narapidana yang menurut cerita orang-orang setempat, dia menghajar 2 orang laki-laki hingga membuat salah satunya buta.

Bagaimana mungkin aku akan dapat hidup dengan laki-laki seperti itu? Seumur hidup bersamanya terlalu lama. Mungkin aku akan hidup dalam tekanan batin hingga mati perlahan-lahan. Sungguh mengerikan!

"Apa bukan suami idaman, katamu? Memangnya seperti apa suami idamanmu, Dira? Ohya, jangan pernah bermimpi untuk memiliki suami seperti Hansel, sebab mana mungkin kamu pantas bersanding dengannya. Sadar diri kamu siapa dan dia siapa, Nadira!" Mama seolah menjatuhkan perasaanku.

Aku tak menjawab sepatah katapun. Aku hanya tertunduk dalam diam, mendengarkan semua omelan dan hinaan mama Seperti biasanya.

"Sekalipun mas Ronal dan Hansel itu kakak beradik, tapi jelas mereka sangat berbeda!" sentak Mama lagi membuatku semakin ciut nyali. Tanpa mama ingatkan, aku pun tahu jika mereka sangat jauh berbeda.

"Jangan bikin mama semakin malu di depan Tuan Martin! Ingat Kamu hanya lulusan SD sementara Hansel itu anak kuliahan perguruan tinggi dan sekarang menjadi pengusaha muda yang sangat sukses. Kamu lebih pantas dengan kakaknya yang brandal dan tak berpendidikan itu dibandingkan dengan Hansel. Jikalaupun harus memilih antara kamu dan kakakmu, jelas kakakmu lebih pantas untuk bersanding bersama hansel. Dia sarjana dengan karir yang bagus di kota, sementara kamu? Hanya menyusahkan orang tua saja, sama seperti Ronal. Bahkan orang tuanya sendiri sudah angkat tangan untuk mengaturnya, makanya mau dinikahkan saja!"

Lagi-lagi aku mendengar kata-kata pahit itu, yang selalu dilontarkan mama setiap kali ia memarahiku. Iya, aku hanya menyusahkan orang tua. Aku tak berpendidikan. Aku tak pantas bersama Mas Hansel yang menurutku sangat perfeck dalam segalanya. Aku memang lebih pantas bersanding dengan kakaknya yang berandalan.

Harusnya aku sadari itu dari awal. Harusnya aku mengerti. Aku memang tak pantas mendambakan Mas Hansel sebagai calon suami, sebab aku dan dia bagaikan langit dan bumi.

Benar kata ibu, aku lebih pantas dengan Mas Ronal. Sekalipun dia dan Mas Hansel kakak beradik, tapi mereka beda ibu. Mungkin karena itu pula yang menjadi faktor karakter mereka jauh berbeda, sebab mereka terlahir dari rahim yang berbeda juga. Atau ada masalah lain yang membuat mereka berbeda, hmmm..entahlah.

Jika orang tuanya saja sudah tak sanggup mengurus anak itu, kenapa ibu justru memintaku, lebih tepatnya memaksaku untuk menikahi dan mengurusnya? Bukankah itu sama saja seperti melemparkanku ke dalam kandang singa? Ya Allah ...

"Kamu tahu nikah dengan Ronal, maka beban mama akan berkurang. Kamu tak lagi menyusahkan mama dan kakakmu. Yang pasti, hutang mama akan dianggap lunas oleh Tuan Martin jika mau menjadikan Ronal sebagai menantu. Kamu tahu 'kan, hutang mama pada Tuan Martin sudah terlalu banyak dan mama tak sanggup untuk membayarnya. Semua itu untuk biaya berobat almarhum papa dan membiayai kuliah kakakmu hingga sarjana. Jujur saja mama sudah nggak sanggup membayarnya, Dira. Maka dari itulah mama suda sepakat dengan juragan akan menjodohkanmu dengan Ronal. Juragan benar-benar sudah kewalahan mengurus anak berandalannya itu. Tiap hari selalu berbuat onar dimana-mana."