Bukti Kecelakaan
“Kalau begitu, kau harus menungguku!”
Rully tersenyum lembut lalu mengangguk memberikan keyakinan yang menenangkan. Sikap dan sentuhan tangan gadis itu membuat desiran halus di hati Naka, dengan mudahnya dia percaya, hingga dia pun turun dari mobilnya. Kemudian berdiri berhadap-hadapan dengan Deni serta Juli tak jauh dari mobil mereka.
Sikap menurut yang ditunjukkan Nakha membuat Deni serta Juli heran, apa yang sudah dikatakan wanita itu di dalam mobil hingga adik tirinya itu mau turun begitu saja.
“Bukti apa yang sudah kalian temukan? Kejadian itu sudah tiga bulan, jangan mengada-ada atau kalian berusaha membohongiku? Aku tidak akan percaya!” kata Nakha sambil menghilangkan kedua tangannya di depan dada.
“Ada, tentu saja dari kotak hitam yang ada di pesawatmu dan mereka baru bisa menemukan penyebabnya setelah setelah penyelidikan selama dua atau tiga bulan!” kata Deni.
“Apa kau punya dokumennya?” tanya Nakha masih tidak percaya.
“Tentu saja!” sahud Deni.
Juli mengambil sebuah dokumen berupa map coklat besar di dalam mobilnya dan memberikannya kepada Nakha.
“Ini!” kata pria itu, “dan jangan menuduhku pembunuh, kalau memang aku mau membunuhmu, kenapa aku tidak melakukannya sejak kau bayi?” kata July lugas.
“Ya ya! Aku percaya! Apa kau puas sekarang?” tanya Nakha ketus dan dan berniat kembali ke mobilnya.
“Kau mau mengantar gadis itu, apa dia pacarmu, dia bukan wanita jadi-jadian, kan, sampai bisa berada di mobilmu?” pertanyaan Deni seperti menyudutkan Nakha.
“Bukan, Dia perempuan sungguhan!” sahut Nakha datar, dia sudah biasa dengan candaan kakak tirinya itu.
“Apa kau sudah mulai menyukai wanita sekarang?” tanya Deni lagi.
“Aku masih sama seperti dulu!” kata Nakha membuat Deni dan Juli tersenyum tipis.
“Oh, semua orang memang susah merubah kebiasaan, kan?” kata Deni lagi.
Nakha mencebikkan bibirnya dan mengabaikannya, dia tahu maksud dari semua ucapan Deni itu. Selama ini dia memang lebih banyak bergaul dengan laki-laki bahkan cuma sedikit sekali teman wanitanya. Semua itu karena trauma dari kematian ibunya, yang sampai saat ini pun masih dicap sebagai seorang wanita penggoda.
Sementara sang Hamza—ayahnya, tidak pernah jujur mengatakan apa yang telah terjadi di antara ibunya, hingga lahir dirinya. Siapa yang benar-benar tergoda dan siapa yang menggoda, pria itu hanya mengakui bahwa kejadian antara dirinya dan ibunya adalah sebuah kecelakaan dan dia tidak pernah mencintai wanita yang sudah mengandungnya selama sembilan bulan.
Semua peristiwa dan ucapan orang-orang itu membuat hati Naka begitu terluka, hingga dia bertekad untuk tidak akan mengenal wanita seumur hidupnya. Namun siapa sangka justru dia kini begitu merasa nyaman dengan wanita yang terkesan begitu sabar dan menunggunya.
“Di mana rumahmu?” tanya Nakha ketika mobilnya mulai berjalan keluar dari pintu gerbang mension keluarganya.
“Di Karakas, dua puluh meter dari panti asuhan Bimbim!” jawab Rully.
“Oh!”
“Kau kenal daerah itu?”
“Tidak! Tapi aku bisa mencarinya melalui map!” kata Nakha sambil menekan beberapa aplikasi pada layar datar kecil di mobilnya. Dia tahu kakaknya mengadopsi seorang anak, tapi dia tidak pernah tahu asal muasal anak itu.
“Baiklah, aku pikir kau tahu panti asuhan itu!”
Nakha tidak menjawab, karena sibuk mencari lokasi pada layar, setelah menemukannya dia segera fokus ke jalanan dan mengarahkan mobil ke sana dengan kecepatan tinggi.
Sementara hujan turun lebat, membasahi dan memburamkan kaca mobil hingga jarak pandang ssemakin sempit.
“Apa kau tidak bisa memperlambat laju mobilmu?” tanya Rully tiba-tiba membuat Nakha menoleh sebentar lalu, kembali fokus ke jalanan. Dia tertawa lebar menertawakan ketegangan yang tampak dari wajah Rully yang terlihat lucu di hadapannya.
“Kenapa? Apa kau takut?” setelah bertanya seperti itu, Nakha menginkjak pedal gas semakin dalam, otomatis laju mobil semakin kencang.
Rully melihat wajah Nakha lebih dalam, dia melihat laki-laki itulah yang justru lebih takut dari dirinya tapi, dengan sekuat hati dia berusaha melawan rasa takutnya. Gadis itu tersenyum kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut punggung tangan Nakha yang sedang memegang setir dengan kuat.
“Tenanglah, kau tidak perlu menunjukkan apapun padaku, aku bukan bagian dari keluargamu ataupun orang yang membahayakan dirimu, jadi, tidak tidak ada yang perlu kau khawatirkan bila bersamaku, apa kau mengerti?” Rully berkata padanya seperti berkata pada anak kecil yang, sedang tantrum dan butuh ditenangkan.
Nakha lambat lain mengurangi kecepatan kendaraannya, sedangkan jarak menuju daerah Karakas seperti yang dikatakan oleh Rully, sudah dekat. Gadis itu juga tahu bahwa mereka hampir tiba di tempat tinggalnya. Waktu terasa begitu capat, karena kecepatan mobil yang menempuhnya pun tinggi, hingga terasa dekat.
Nakha terkejut karena tiba-tiba satu layar kecil lain di mobilnya menyala dan berbunyi, menandakan radar telah mendeteksi adanya sinyal yang dicarinya selama ini terdeteksi, jauh dari daerah itu.
Nakha mengalihkan perhatiannya pada layar radar, yang tidak pernah menyala selama ini. Dia telah melakukan modifikasi beberapa perangkat dalam mobil, hingga tersambung dengan penyeranta lama miliknya yang hilang bersama kursi pelontar pesawat tiga bulan yang lalu.
“Apa daerah Karakas adalah kawasan hutan?” Tanya Nakha setelah mobilnya berjalan dengan lambat, bahkan terlalu lambat sedangkan hujan sudah mulai mereda.
“Oh, bukan ... tetapi, ada hutan lindung kecil, tak jauh dari sana sekitar 50 km saja jaraknya!”
“Oh!” gumam Nakha sambil mengangguk. Bertemu dengan Rully, seperti anugrah yang penuh kejutan, hingga dia bisa menemukan tempat itu. Dia tidak sadarkan diri waktu kecelakaan itu dan dua orang penolongnya pun tidak mengetahui nama tempat di mana mereka menemukannya.
“Apa kau pernah ke hutan itu, Ru?” tanya Nakha tiba-tiba.
Rully menoleh dengan wajah datar menatap pada Nakaha yang menyebut namanya, setelah sepanjang perjalanan mereka hanya bergulat dengan keheningan.
“Ke hutan? Hmm ... pernah.” Rully menjawab setelah diam sejenak.
“Dan kau mengajak Bimbim, untuk apa kau ke sana?
“Tentu saja tidak, aku dan Bimbim hanya dekat karena aku sering ke panti asuhan saja, aku tidak berhak mengajaknya ke mana-mana. Apalagi untuk mencari tinospora atau plucea indica, itu tidak mungkin?”
“Untuk apa kau mencari itu? Setahuku itu tanaman obat!”
“Ya, kau benar!”
Nakha mengangguk tanpa suara, lalu Nawa meminta pria itu menghentikan mobil karena sudah dekat dengan rumahnya.
“Ini rumahmu?” tanya Nakha sambil melihat ke sekeliling pemukiman warga yang cukup ramai, tersusun rapi di samping kiri kanan jalan, masing-masing rumah tanpa pagar besi dan memiliki halaman luas. Tempat tinggal Rully termasuk yang cukup besar di antara rumah lainnya, meski bentuk bangunannya sederhana.
“Ya!” jawab Rully sambil membuka pintu mobil, dia baru menurunkan satu kaki sambil berkata, “Terima kasih, apa kau mau mampir?”
“Apa aku tidak menggangu keluargamu, ini sudah malam!”
“Tentu saja tidak!”
Nakha hampir mengikuti ajakan Ruli untuk singgah ke rumahnya, dia membuka pintu dan ketika hendak turun dia memegangi satu lututnya yang masih terasa nyeri. Seperti itulah dia setiap kali hendak turun dari kendaraan atau dari tempat lainnya, akan selalu memegangi lututnya agar tidak terlalu berat menyangga beban bobot tubuhnya.
Rully melihat hal itu lalu, dia berkata sambil mengerutkan alisnya, menatap ke arah lutut yang dipegang oleh Nakha
“Apa lututmu sakit atau kau pernah terluka di bagian itu?”
“Tidak, ini hanya goresan kecil.”
“Oh!”
Saat mereka turun tiba-tiba terdengar suara petir menggelegar di atas langit, hingga Nakha yang tersentak dan trauma dengan suara ledakan itu mengurungkan niatnya dan kembali ke dalam mobil lalu, menolak ajakan Rully, dia berjanji akan mampir suatu saat nanti.
Sebagai kenalan Rully hanya bisa menggangguk dia tidak mungkin memaksakan kehendak oada orang yang sama sekali tidak mempunyai hubungan apa-apa.
❤️❤️❤️
terima kasih sudah membaca, jangan lupa like dan dukung dengan subscribe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Noviana Lestari𖣤᭄
ternyata nakha ikut jg dalam kecelakaan pesawat itu ap yang nolong itu rully
2022-12-08
7
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
sedikit demi sedikit nakha akan memecahkan teka-tekinya
2022-12-02
11