Ungkapan Cinta

Sesuai janji Gibran yang akan mengajakku kencan malam ini, tepat pukul 19.00 Gibran datang ke kost-anku dengan mobilnya.

Aku sendiri tidak menyangka hal ini akan terjadi. Dengan tiba-tiba Gibran mengajakku berkencan. Sangat mustahil cowok tampan seperti dirinya tidak punya pacar, hanya itu yang selalu aku pertanyakan pada diriku sendiri.

Aku sudah siap dengan pakaianku, aku menemui Gibran yang sejak tadi menunggu di luar kost'an.

"Aku udah siap kak," ucapku saat melihat Gibran tengah sibuk dengan ponselnya.

Gibran menatapku hingga tak berkedip. Apa ada yang salah dari penampilanku?

Tapi satu kata yang masih kudengar dari bibirnya meskipun samar.

"Cantik."

"Kak Gib!"

"Ah, iya ayo!" Gibran mendadak salah tingkah, ia lebih dulu melangkahkan kakinya ke mobil dan aku hanya bisa menggeleng tersenyum melihat tingkahnya yang menggemaskan.

Aku tidak tau Gibran akan membawaku kemana, raut wajahnya menampakkan rasa ketidaksabaran.

Hingga mobilnya berhenti di parkiran sebuah kafe. Namun sayangnya aku tidak melihat satu pengunjung pun disana. Apa makanan disini tidak enak? Kenapa sepi sekali? Itulah yang pertama melintas di otakku saat memasuki kafe.

"Kak Gib, apa makanan disini gak enak? Kok gak ada pengunjung satu pun selain kita," Tanyaku pada Gibran. Rasa penasaran sangat amat menyelimuti hingga terus saja berbisik untuk mempertanyakan.

Bukannya menjawab, Gibran malah tersenyum dan memanggil salah satu waiters yang bertugas di sana. Ah, kenapa harus senyum sih kak Gib, adek gak tahan bang, pengen cepet dihalalin hehe

Jantungku sudah bergemuruh nakal dengan deg-degan akan berkencan dengan Gibran.

Waiters terlihat membawa nampan yang isinya sudah tertutup rapi dengan bunga mawar merah di sampingnya.

"Terimakasih Mbak," Ucap Gibran setelah Mbak-Mbak waiters itu meletakkan pesanan Gibran di atas meja.

"Selamat menikmati, semoga suka dengan hidangannya," ucap Mbak Waiters.

"Mbak, kenapa sepi sekali?" Tanyaku yang amat penasaran.

"Iya Mbak, karena kafe ini sudah dibooking sama pacar Mbak. Saya permisi dulu," pamitnya undur diri.

Aku menatap Gibran tidak percaya. Dia membooking kafe ini hanya untuk kencan denganku? Tapi kenapa?

Gibran rupanya mengerti arti tatapanku, ia menyuruku mencicipi hidangan di kafe itu.

"Nanti aku jelasin, makan dulu ya!" Aku mengangguk patuh.

"Coba deh buka yang itu!" Pinta Gibran padaku membuka tutup yang ada di atas nampan.

Aku menganga dengan mata yang melotot, aku melihat cincin berlian berada di kotak hati yang sangat amat istimewa.

"K-kak, I-ini?"

Gibran bangkit dari duduknya dan mengambil cincin itu.

"Farah, mungkin kamu akan terkejut mendengar apa yang akan aku katakan, tapi serius ini tulus dari hatiku, aku menyukaimu Rah, maukah kamu menjadi calon istri dan ibu dari anak-anak kita nanti?"

Ya Tuhan..

Tidak ada kebahagiaan selain harapan yang nyata terjadi. Aku menatap Gibran tidak percaya, benarkah dia mencintaiku? Membalas perasaan yang sudah lama aku miliki?

Aku mengangguk,"Aku mau!"

Tidak perlu berpikir lama, aku langsung menerima perasaan Gibran. Akhirnya rasa yang selama ini aku anggap mustahil, nyatanya terjadi seperti yang selalu aku harapkan.

Gibran tersenyum, ia memakaikan cincin itu di jari manisku. Dilanjut dengan mencium tanganku.

Angin sepoi-sepoi menambah suasana keromantisan semakin terasa. Aku tidak ingin waktu cepat berlalu, aku masih ingin berada di posisi dan waktu saat ini, saat Gibran menyatakan perasaannya kepadaku.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan

kayu kepada api yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Malam ini hatiku dibuat mabuk kepayang dengan sikap romantis Gibran.

"Aku sudah mencintaimu sejak lama kak, sejak kita SMA dulu," ucapku.

"Benarkah? Kenapa gak bilang?"

"Kalo aku bilang, memangnya kak Gib saat itu mau menerimanya?"

"Ya mungkin gak sih, karna..

"Karna Ayu kan?"

Ayu adalah pacar Gibran saat SMA dulu. Ayu adalah gadis supel, wajar saja jika banyak cowok yang mengantri untuk menjadi pacarnya, termasuk Gibran.

"Sudahlah semua itu cuma masa lalu."

"Tetep aja aku cemburu," ucapku sedikit kesal.

Gibran tersenyum,"Sekarang aku hanya mencintaimu, dan kamu bukan cuma pacarku tapi juga calon istriku. Aku akan menikahimu secepatnya, bila perlu minggu depan," ucap Gibran berhasil membuatku membulatkan mata.

"Gimana bisa secepat itu," ucapku tidak percaya.

"Kenapa tidak? Tinggal sebutin mau maharnya apa, aku siap apapun itu," jawabnya.

"Tapi kan kak..

"Aku mau kita nikah minggu depan!"

Kata-kata Gibran begitu mutlak hingga aku tidak bisa lagi bernegosiasi dengannya.

Permasalahan cinta memang terkadang menjadi sebuah hal yang pelik tatkala hinggap pada muda-mudi yang merasa sudah cukup umur, utamanya bagi sekelompok orang yang sudah paham agama, sudah istiqomah ngaji dan enggan ikut arus mainstream dengan budaya pacaran. Maka tak ayal jika topik tentang cinta ini menjadi sebuah topik yang cukup sakral di kalangan mereka, seakan bahan ngobrol dan guyonan terasa hambar jika topik cinta ini tak masuk ke dalam bahasan. Seolah ada pelampiasan yang melegakan ketika perbincangan sudah mengarah ke masalah cinta apalagi sampai masuk ke ranah tentang pernikahan.

Memang kalau bicara cinta afdholnya adalah juga bicara tentang pernikahan. Mengapa? Karena memang begitulah agama Islam ini mengajarkan tentang bagaimana memperlakukan kesucian cinta itu dengan benar. Cinta tanpa pernikahan adalah omong kosong. “Kalau anda cinta ya nikahilah!”, begitulah mungkin yang acapkali kita dengar dari sebagian orang. Mereka memegang teguh prinsip, “Seseorang yang membiarkan pasangannya menunggu terlalu lama, sesungghnya dia itu tidak cinta!”. Dari pernyataan-pernyataan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa orang-orang pada umumnya adalah memegang kaidah “menikahi orang yang dicintai”.

Orang yang mencintai akan cenderung melakukan apapun untuk orang yang disayang dan menghindari hal-hal yang memicu pertengkaran, walaupun hal tersebut akan selalu ada.

Sedangkan jika perempuan lebih mencintai akan ada kemungkinan untuk diselingkuhi, ditinggalkan, hingga dimanfaatkan. Menurut beberapa pengalaman tersebut, ternyata banyak juga yang menyatakan bahwa mereka merasa lebih bahagia setelah menikah dengan orang yang mencintainya setelah memiliki hubungan dengan orang yang yang membuatnya tergila-gila. Walapun demikian perlu kamu kenali dirimu sendiri juga apakah benar cinta datang karena terbiasa berlaku pada dirimu selama ini.

Walau terdengar klise namun pernyataan bahwa pernikahan tak hanya bisa berlandaskan rasa cinta ternyata benar adanya. Perlu ada logika yang digunakan sebelum memutuskan komitmen jangka panjang ini karena bukan hanya perkara menikahnya itu sendiri tapi juga tentang bagaimana untuk stay married. Nah, kalau menurut para Readersku sendiri gimana? hehe

TBC.

Terpopuler

Comments

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

wuih ketemu langsung suka dan ngajak nikah,

2023-06-24

0

lena

lena

lanjut thor

2023-03-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!