“Neng sudah sampai tujuan.”
“Ahh iya pak, terima kasih, ini pak ongkosnya, dan lebihnya untuk bapak.”
“Terima kasih neng, tapi ini lebihnya kebanyakan lo neng.”
“Tak apa pak, rezeki untuk bapak.”
"Terima kasih banyak neng."
Braakk!!(suara pintu taxi yang ditutup oleh Ara)
Sedari tadi di dalam taxi hingga telah turun pun, Ara masih berpikir bagaimana cara menghadapi kakek dan mamanya jika dia dimarahi nanti karena tak pulang semalam dan pulang mengenakan kemeja pria. Ara berpikir mungkin jika kakeknya tak akan sebegitu marah dibandingkan dengan mamanya. Mungkin mamanya akan seperti singa tidur yang akan mengamuk saat diusik.
Melihat anak majikannya turun dari taxi Pak Udin segera membukakan pagar dan juga berpikir ada apa dengan nonanya, tapi enggan untuk bertanya-tanya karena bukan urusan dia.
“Selamat pagi non!” sapa security yang membukakan gerbang untuknya.
“Hhmm iya Pak.” Jawab Ara singkat karena dia masih memikirkan omelan mamanya nanti.
Sambil terus berjalan menuju pintu rumah. “Sudahlah hadapi saja, setelah mama mengomel nanti baru rayu-rayu lagi saja.” Monolog enteng Ara sebelum memasuki rumah.
“Ahh aman mama tak ada, aku harus segera masuk kamar agar selamat sedikit.” batin Ara.
Ketika hendak menaiki tangga menuju kamarnya, dari arah meja makan ada mama yang kebetulan melihat Ara datang.
“Berlian Aurora! Berhenti disitu!! Dari mana saja anak gadis semalaman tak pulang dan memberi kabar orang rumah?”
Belum sempat Ara menjawab, mama masih melanjutkan pertanyaannya.
“Baju siapa yang kamu kenakan itu, diimana bajumu saat kamu berangkat dari rumah Araa?”
“Apakah itu kemeja pria yang kamu kenakan, astaga Araaaaa!!” omel mamanya sambil berjalan mendekati Ara.
“Mama satu-satu pertanyaannya, Ara bingung mau jawab yang mana dahulu.”
“Kok kamu malah yang ngomelin mama.”
Dari arah taman samping rumah kakek berjalan perlahan dan berbicara menengahi kedua ibu beranak.
“Ada apa ini May, Ara??” tanya kakek.
“Ini lo pa Ara, semalam tak pulang juga tak memberi kabar, HP juga tak bisa dihubungi, dan sekarang pulang mengenakan kemeja pria.”
“Ini karena papa selalu memanjakan Ara dan terlalu memberi kebebasan kepadanya.” lanjut mama.
“Astaga Ara, apa betul yang dikatakan mamamu?”
“Iya benar kakek, tapi.. tapi Ara bisa menjelaskan apa yang terjadi kok kek, serius Ara enggak macam-macam kok, Ara masih menjaga nama baik keluarga.”
“Kakek, mama, coba yuk duduk dulu, akan Ara jelaskan selengkap lengkapnya.”
Kakek, mama, dan Ara akhirnya mereka duduk di sofa dekat meja makan dan Ara menjelaskan semuanya dengan ditambah bumbu-bumbu ala Ara agar dia tak kena marah mamanya.
“Lalu untuk kemeja yang kamu kenakan ini kamu ambil dari mana, masih ada bau parfum cowok juga ini Ara.”
“Ma, kan Ara belum selesai bercerita.” protes Ara.
“Dengarkan dulu Ara bercerita May!” sela kakek.
“Jadi begini ma, kek, setelah kejadian itu kan Ara jadi kayak orang mabuk, dan syukurnya Ara bertemu dengan pria baik disana, syukur juga dia meminjamkan Ara pakaian untuk berganti meski bekas dia pakai, Ara ganti uang kok kemeja ini, jadi bukan Ara tak tahu terima kasih kan kek.” Pungkas Ara meminta dukungan kakek.
“Tahu dari mana jika dia baik, kan kamu bilang kamu mabuk, apa sadar jika kamu tidak diapa-apakan pria itu??”
“A..Ara sadar kok ma.” Ucap Ara. berbohong, “Jangankan sadar, berbuat apa saja aku tak ingat. Maafkan Ara kek, ma.” batin Ara menyesal.
“Sudah-sudah May biarkan Ara masuk ke kamarnya dulu untuk membersihkan diri dan istirahat, dan kakek yang akan urus teman-teman Ara itu.” putus kakek.
“Terima kasih kakek, Ara sayang kakek.”
“Jangan terlampau senang dulu Ra, mulai sekarang kamu tidak mama ijin kan untuk keluar rumah tanpa persetujuan mama.”
“Dan untuk hukumanmu, mulai Senin depan kamu akan ikut mama ke perusahaan untuk belajar sedikit demi sedikit mengelola perusahaan, itu keputusan mama.”
“Baiklah May, jika itu maumu, papa akan dukung agar Ara menjadi wanita yang lebih baik lagi, bukan selalu menjadi gadis kecil yang suka pesta sana sini.”
“Kakeeeekk.” rengek Ara sambil menatap kakeknya.
“Kali ini kakek setuju dengan mamamu Ra, kali ini juga menurutlah, oke Ara cucu manis kesayangan kakek.”
“Baiklah, kakek mama Ara permisi ke kamar dulu.” pamit Ara.
Setelah kepergian Ara, kakek berdiskusi dengan Mayra, tentang bagaimana cara memberi pelajaran kepada para teman-teman Ara yang berani mempermainkan dan hampir merusak masa depan Ara.
Di dalam kamar Ara merebahkan tubuh di atas tempat tidurnya, dan dalam pikiran yang berantakan. Dia merutuki kebodohannya dalam berteman, juga atas kejadian semalam.
“Mengapa aku sebodoh ini, mengapa aku tak sadar jika mereka baik denganku hanya untuk menjatuhkanku. Aku akan tetap membalas apa yang sudah mereka lakukan kepadaku dengan caraku tanpa sepengetahuan kakek dan mama.”
“Dan pria tadi siapa ya, mau-maunya dia membantuku padahal kesempatan untuk merusakku lebih besar, apa dia benar-benar kekurangan uang?”
“Aaahh sudahlah, lebih baik sekarang aku berendam air hangat dan melakukan ‘me time'-ku, naahh iya sambil menyiapkan mentalku untuk mulai ikut mama ke perusahaan.” Monolog Ara sambil berjalan menuju kamar mandi.
Untuk bidang akademi Ara memang pandai tapi untuk pergaulan Ara selalu dimanfaatkan oleh teman-temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
🔥⃞⃟ˢᶠᶻ🦂⃟ᴘɪᷤᴘᷤɪᷫᴛR⃟️𝕸y💞hiat
Salah pilih teman jadi jadi banyak teman yang hanya mengambil keuntungan dan memanfaatkan
2023-06-28
0
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Berendam air hangat menambah mental? Mitos apa nggak yaa 🤔😁😁
2023-06-27
0
рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩
Ara terllau percaya sama teman-temannya, dan mau saja dibawa ke club
2023-06-27
0