Setelah berbagi peluh bersama Ridwan dan Weni tertidur berpelukan hanya menggunakan baju dalam di atas karpet di ruang tamu kos-kosan Sinta, hingga suara alarm di handpone Weni membangunkan keduanya.
"Ya ampun aku harus bekerja," ucap Weni.
"Kamu kerja dimana emang?" tanya Ridwan.
"Kan tadi sudah aku bilang aku pemandu karoke, udah yah aku mau mandi, harus siap siap tampil cantik," ucap Weni.
Weni meraih anduk Sinta yang tergantung di dinding dekat kamar mandi lalu mengetuk pintu kamar Sinta yang masih tertutup rapat.
Tak lama kemudian Sinta membuka pintunya dengan selimut yang melilit di tubuhnya.
"Ada apa Wen?" tanya Sinta.
"Pinjem baju kamu yang **** ada ga? Buat aku kerja, baju yang aku pake tadi udah lecek," ucap Weni.
"Oh ada, nanti aku cariin dulu, emang abis ngapain kok bisa lecek?" tanya Sinta terkekeh.
"Gak usah sok polos deh, gara gara suara ******* kamu yang kekencengan aku sama dia jadi horny," ucap Weni.
"Hahaha ... Gimana rasanya sama dia?" tanya Sinta.
"Lumayan sih kuat juga dia, aku sampe tiga kali keluar, dia baru selesai," ucap Weni.
"Wah gila, udah lumayan buat temen saat kesepian, " ucap Sinta.
"Iya lumayan, udah aku mau mandi siapin baju nya ya, ntar mau langusng kerja," ucap Dewi.
Sinta mengangguk lalu kembali menutup pintu kamarnya, Weni ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya lalu memakai baju yang di siapkan oleh Sinta, setelah itu kembali ke ruang tamu, ia memoleskan make up di wajahnya dan menyemprotkan farfum ke bajunya.
Wangi farfum yang segar menyeruak di ruangan tersebut, Ridwan yang melihat Weni berpakaian ****, bermake up dan wangi pun mendekatkan tubuhnya, tanpa izin memeluk pinggang Weni dan mencium ceruk leher Weni.
"Ish, ngapain sih kamu?" ucap Weni menjauhkan tubuhnya dari Ridwan.
"Kamu sangat menggoda Wen, aku tidak tahan," ucap Ridwan.
"Hei, kamu itu bukan pacarku, bahkan tadi kita sudah melakukannya, jauhan sana aku mau kerja, jangan membuat make up ku rusak," ujar Weni.
"Kalau gitu aku mau jadi pacar kamu mulai hari ini," ucap Ridwan.
"Hahaha ... Mau jadi pacar aku, gimana istrimu di rumah, lalu apa yang bisa kamu kasih ke aku?" tanya Weni menantang.
Ridwan memandang Weni dengan penuh minat, mengingat istrinya di rumah lalu membandingkan dengan Weni, lalu tersenyum miring.
"Jangan pikirkan istriku di rumah, dia sangat jauh berbeda denganmu, melihatmu aku sungguh bersemangat dan penuh minat, aku akan beri semua yang kamu minta tenang saja," ujar Ridwan.
Weni tersenyun senang mendengar jawaban Ridwan yang terlihat mulai menggilainya.
Ridwan mengantarkan Weni ke tempat kerjanya, meski Ridwan tau pekerjaan seperti apa yang Weni kerjakan dia tak peduli, ia kini sedang terbuai dan menggilai Weni.
"Baru pulang bang, dari mana saja?" tanya Rani saat Ridwan telah di rumah.
"Em ...."
Ridwan tak menjawab hanya berdehem lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, Rani membawa anaknya yang berusia dua tahun ke kamar lalu menidurkannya.
Terdengar suara tv di nyalakan oleh suaminya, Rani hanya menghela nafas kasar.
"Kenapa Bang Ridwan semakin acuh padaku, dari mana saja dia jam segini baru pulang?" gumam Rani.
Setelah Bintang tertidur pulas Rani menuruni ranjang dan berjalan ke ruang tamu untuk menghampiri suaminya.
"Bang tadi abang kemana?" tanya Rani.
"Main sama temen, sekalian makan bakso," jawab Ridwan.
Matanya masih memandang lurus ke tv melihat acara bola.
"Yah, minggu besok Endi ada ulangan semester, spp bulan kemarin sama bulan ini harus di bayar, kalau enggak Endi ga bisa ikut ulangan," ucap Endi yang tiba tiba keluar dari kamar.
"Minta sama ibu tuh," jawab Ridwan singkat.
"Bu minta uang untuk spp," ucap Endi.
Rani menghela nafas kasar, spp sebulan seratus ribu masih ambil dari jatahnya yang di berikan Ridwan satu juta setengah.
"Kan biasanya spp Endi kamu yang bayar Bang, kok jadi minta sama aku," protes Rani.
"Sesekali kamu yang bayar, lagian uang yang kamu pegang kan uang dari aku, anakku berhak memintanya," ucap Ridwan.
"Tapi Bang ...."
"Gak ada tapi tapian, udah kasih uangnya sama Endi, jangan sampai Endi ga bisa ikut ulangan Karena kamu ga kasih uang," ucap Ridwan.
Rani menghela nafas lalu berjalan gontai memasuki kamarnya, ia membuka lemari dan mengambil dompet lusuhnya, uang dari suaminya hanya tersisa tujuh ratus ribu, jika di berikan pada Endi maka sisa lima ratus ribu sedangkan ini baru pertengahan bulan.
"Ya Allah aku ingin kerja dan menghasilkan uang sendiri, tapu jika aku kerja siapa yang menjaga anak dan ibu mertuaku," gumam Rani.
Uang senilai dua ratus ribu di berikan pada anak sambungnya untuk membayar spp, di lihatnya Ridwan sekarang sudah tidur dan mendengkur di samping tubuh mungil anaknya.
Rani memutuskan menawarkan jasa cuci baju dan setrika pada tetangga sekitar demi mendapatkan upah dan ia memiliki uang tambahan.
"Mbak Rani beneran mau nyuci dan setrika baju saya sekeluarga?" tanya Intan tetangga sebelahnya.
"Iya mau Mbak intan," jawab Rani.
"Iaudah mulai besok pagi ya Mbak, di rumah saya ada ibu saya, soalnya saya kerja dari pagi sampai sore, kalau bisa sekalian bersih bersih rumah saya mau enggak Mbak, nanti saya gajih sebulan tujuh ratus ribu," ucap Intan.
"Mau Mbak Intan, saya mau, mulai besok pagi saya rutin ke rumah Mbak Intan, anak saya di bawa ga apa apa kan Mbak," ucap Rani.
"Ga apa apa, asal jangan sampai ngerusak barang barang saya aja," ucap Intan.
Rani sangat senang akhirnya bisa mendapat pekerjaan itu, rumah intan tidak besar mungkin dalam waktu 3-4 jam Rani bisa menyelesaikan pekerjaannya, dan lagi jarak rumah Rani dan Intan sangat dekat hanya terhalang sati rumah, Rani tidak perlu mengkawatirkan mertuanya saat ia bekerja, karna pekerjaan yang sebentar dan dekat dengan rumah.
Pagi menjelang, Ridwan dan Endi pergi untuk kerja dan sekolah, Rani melakukan aktifitas sepeti biasanya, ia mulai merendam baju kotor yang akan ia cuci, karna tak memiliki mesin cuci Rani harus mencuci dua bak pakaian kotor menggunakan tangan setiap harinya.
Saat sedang membalik balikan pakaian kotor ia menemukan sesuatu di dalam kantong jaket suaminya.
Rani mengambil benda itu alisnya berkerut, hatinya mulai panas, dada nya bergemuruh melihat benda tersebut, tak terasa air matanya membanjiri pipinya.
Ia menemukan bungkus alat kontrasepsi dengan wangi stroberi di jaketnya.
"Astagfirullah Bang, apa yang sudah kamu lakukan di luar sana, kenapa kamu jahat sekali padaku, aku sudah rela menghabiskan waktuku mengurusmu dan keluargamu, aku rela makan sehari sekali demi mengirit hidup bersamamu, tapi sikapmu makin keterlaluan padaku, mana janji manismu dulu yang akan membahagiakanku, sudah tak berartikah aku dimatamu?" gumam Rani dalam hati lirih sambil meremas bungkus kontrasepsi tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Herlina Lina
jgn sampai Ridwan tau klu Rani punya penghasilan. takutnya tambah perhitungan dia ngasih uang.
2022-12-05
0
Noor Sukabumi
dasar ridwan sengklek g bersyukur punya istri yg mau ngurus anak n ibumu yg g bisa ngapa2in msh j selingkuh diluar kusumpahin kau bangkrut g punya p2
2022-12-04
0