"Ya ampun Bang Ridwan, kenapa?" tanya Rani.
Rani yang mendengar suara piring pecah segera menggendong anaknya, lalu berlari kecil mencari sumber suara, rupanya suara pecahan itu dari dapur, terlihat Ridwan berdiri di depan rak piring dan ada pecahan piiring berserakan di lantai.
"Ada apa Bang kok piring bisa pecah?" tanya Rani.
"Bersihin tuh beling di bawah, aku pulang kerja laper pengen makan, begitu liat menu makannan yang kamu masak mendadak hilang nafsu makanku, kamu tuh jadi istri ga becus ya, tiap hari masak itu itu aja," ucap Ridwan.
Nafas rani terasa sesak mendengar ucapan suaminya, lalu ia menurunkan anaknya dari gendongan mendudukan anaknya di tempat yang jauh dari pecahan beling.
"Bintang, sayang diem di sini dulu ya, ibu mau bersihin pecahan beling, nanti kalau BIntang deket deket takut kena beling, berdarah terus sakit," ucap Rani.
Anak Lelaki yang belum genap berusia dua tahun itu pun mengangguk, meski masih kecil tapi ia mengerti sedikit demi sedikit ucapan ibunya.
Rani mulai memunguti beling di lantai dengan tangan kosong lalu di masukan ke dalam plastik, tak sengaja jarinya tergores pecahan beling itu.
tak terasa air bening mengalir dari sudut matanya.
"Jangan cengeng kamu makanya jadi istri pinteran dikit, jangan masak itu itu terus setiap hari." ucap RIdwan.
Rani tak tahan untuk tidak menjawab ucapan suaminya kali ini.
"Aku juga mau makan enak bang, aku juga mau masak menu berbeda setiap hari, tapi uang yang Abang kasih ga cukup buat beli bahan masakan enak dan beragam," sahut Rani.
"Itu lagi, itu lagi yang kamu bahas, kamu kan tau aku cuma buruh pabrik, gajiku berapa dana untuk apa saja kamu tau, kenapa masih bahas uang yang aku kasih terus sih," ucap Ridwan.
"Kan memang itu kenyataanya Bang, udah tau gaji Abang kecil, Abang kasih uang ke aku ga cukup buat beli makan enak tapi Abang ga mikir kesana dan selalu menyalahkan aku," sergah Rani.
Ridwan kesal karna istrinya berani melawan perkataannya, lalu dengan entengnya ia melayangkan tangannya ke pipi istrinya.
Plak.
"Sudah berani kamu menjawab ku, dasar istri ga berguna kamu," ucap Ridwan.
Ridwan melangkahkan kakinya meninggalkan rumah tak peduli lagi pada istrinya yang sedang menangis.
Pipi Rani terasa sangat panas, bekas tangan Ridwan mencetak merah di pipi Rani, sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah, ia menangis tergugu memeluk anaknya.
"Ya Allah kenapa suamiku bisa setega itu padaku, jika tidak memikirkan ibu dan Bintang mungkin aku sudah meninggalkannya," gumam Rani.
Di saat Rani menangis di rumah, Ridwan malah asik sendiri mendaatangi kios bakso membeli bakso untuk memanjakan perutnya sendiri tanpa memikirkan bagaimana istri dan anaknya di rumah.
"Mantap Lah makan bakso di sini selain enak pelayannya juga cantik," ucap Ridwan menggoda anak pemilik kios bakso tersebut.
Anak pemilik kios bakso tersebut hanya menanggapi dengan senyuman, setelah memberikan bakso pesanan Ridwan gadis itupun kembali ke belakang untuk mengerjakan tugas lain.
"Coba istri di rumah kaya gitu, betah lah aku di rumah," gumam Ridwan.
Ridwan menyantap baksonya sampai habis, tak lama kemudian handphone nya berdering.
ia mengangkat pannggilan masuk dari temannya itu.
Ridwan : "Hallo,"
Edi : "Hallo di mana bro?"
Ridwan : "Di bakso Pak Sur emang kenapa?"
Edi : "Sini lah temenin nongkrong cewek ku bawa temen ga ada yang nemenin ni,''
Ridwan : "Emang dimana?"
Edi : "Tempat kost cewek aku, nanti aku sharelock,"
Panggilan telepon di matikan, lalu Ridwan mendapatkan sharelock dari Edi, Edi adalah temannya di pabrik sebenarnya Edi sudah punya istri di kampung tapi ia berselingkuh dengan wanita lain yang bekerja satu pabrik juga dengannya.
Ridwan melajukan motornya menuju alamat yang di berikan oleh Edi, setibanya di sana ia memarkirkan motor di sebuah deretan bangunan berpetak, ia mengenali mtor dan juga sendal yang biasa di gunakan Edi hingga ia dengan santai melihat ke dalam salah satu rumah petak tersebut.
Terlihat edi dengan kekasih gelapnya itu sedang bercumbu mesra, bertukar saliva dengan nikmat tanpa memperdulikan temaan wanitanya yang duduk si sana sambil memainkan gawai sesekali memakan kuaci di hadapannya.
"Woi masih siang woi," ucap Ridwan.
Seketika Edi dan kekasih gelapnya melepas pangutan bibir mereka, edi terkekeh melihat kedatangan temannya itu.
"Masuk Wan, cepet juga kamu sampe, kenalin tuh Weni temennya Sinta," ucap Edi.
RIdwan menjawbat tangan wanita seksi dengan pakaian mini dan make up cukup tebal tersebut.
Ridwan telah mengenal Sinta karena mereka kerja di pabrik yang sama.
"Kamu temenin weni ya, kasian sendirian," ucap Edi.
Edi menarik tangan kekasih gelapnya lalu membawanya kekamar, Ridwan sudah mengerti apa yang akan segera pasangan selingkuh itu lalukan.
"Temen kamu gila ya, siang siang maen juga mau aj lagi sama si Edi," ucap Ridwan.
Weni tersenyum dan kembali memakan kuaci, Ridwan menyalakan sebatang Roko lalu menghisapnya.
"Maklumi ajalah mereka sama sama kesepian jauh dari pasangan," ucap Weni.
Ridwan menelisik penampilan Weni yang sungguh berbeda jauh dengan istrinya.
"Kamu sendiri jauh gak dari pasangan?" tanya Ridwan.
"Gak punya pasangan, aku janda," ucap Weni.
"Wah janda semok," ucap Ridwan terkekeh.
"Kamu kerja di mana? kayanya bukan anak pabrik ya aku ga pernah lihat," ucap Ridwan.
"Emang bukan, aku pemandu lagu, di tempat karoke," jawab Weni santai.
Ridwan mengangguk, pantas saja penampilannya seperti itu, seorang pemandu lagu harus berpenampilan menarik agar ada yang mau memberi tips saat ia menemani tamu karoke.
Suara erangan dan ******* dari kamar Edi dan Sinta terdengar hinga keluar, hingga membuat Ridwan ikut terbakar gairah.
"Sial banget si Edi, kalau mau gituan ga usah teriak teriak smpe kedengeran kesini juga kali," umpat Ridwan.
"Kenapa emang Bang, pengen juga yah?" tanya Weni terkekeh.
Ridwan mulai memandang Weni dengan tatapan memburu, Weni yang di tatap justru semakin bersemangat menggodanya.
"Aku cowok normal, denger suara aneh gitu ya tentu jadi pengen," ucap Ridwan.
Ridwan mendekatkan tubuhnya kepada Weni, wanita **** itu diam saja tak menghindar sehingga kini tubuh mereka semakin dekat.
dengan nafas memburu RIdwan dengan berani mendekatkan wajah mereka, sehingga hembusan nafas Ridwan terasa sampai kepada weni.
lalu dengan lancang Ridwan mencium bibir weni, merasa tak ada perlawanan ciuman itu berubah menjadi ******* yang semakin bergelora.
Emh ...
******* Weni semakin membuat Ridwan tertantang, kini tangannya mulai nakal menjamah sintalan wanita **** itu.
Ridwan dan Weni menikmati permainan dan pertemuan pertama mereka, Ridwan tidak memikirkan lagi bagaimana perasaan anak dan istrinya di rumah sungguh lelaki tak berperasaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Herlina Lina
makanya kasih uang lebih, 1.5 jt satu bulan, gila aja loe. bukan ngk menghargai rejeki,tapi gimana ya. sudah ngasi uang segitu,trus mulutnya pedes banget keluarnya.
2022-12-05
0
Noor Sukabumi
bukan g berperasaan emang laki bejat pingin istri cantik tp g mau modalin km waras ridwan
2022-12-04
0