Terjerat Pesona Istri

Terjerat Pesona Istri

Surat Cerai

1

"Kenapa surat cerai ini belum ditanda tangani?"

Azka menajamkan mata melihat Yura yang baru tiga bulan menjadi istrinya. Ia tidak menduga wanita bertubuh mungil itu punya nyali besar melawannya. Berkas-berkas perceraian dan surat perjanjian sebelum menikah ia hempaskan begitu saja di atas meja.

"Tanda tangani. Setelah itu hubungan kita selesai," tutur pria itu lagi. Azka sangat marah saat pengacaranya mengatakan kalau Yura tindak mau membubuhkan tanda tangan sebelum bertemu dengannya.

Kehadiran Azka di apartemen untuk pertama kalinya disambut Yura dengan baik. Tidak sia-sia Yura mengecoh pengacara Azka dan meyakinkan Azka sampai mau datang menemuinya. Hidangan lezat sengaja ia siapkan untuk menjamu suaminya tersebut.

"Kenapa marah-marah? Sini, makan dulu." Yura tidak menggubris apa yang dikatakan Azka, ia dengan santainya menyiapkan makan malam untuk suaminya itu.

Azaka berkacak pinggang, ia berusaha meredam emosi yang selalu menguasai diri jika bicara dengan Yura. Sikap Yura yang menyebalkan seperti ini berhasil membuat darahnya mendidih.

"Berapa mamaku membayarmu sampai kamu setuju menikah denganku? Apa uang yang diberikan perempuan tua itu masih kurang sampai kamu nggak mau pernikahan konyol ini berakhir?"

Azka mengusap wahah gusar, ia masih tidak bisa menerima pernikahannya dengan Yura. Hidupnya baik-baik saja dan sangat menyenangkan sebelum Yura datang di kehidupannya. Namun, semua berubah setelah mamanya mengambil Yura dari panti asuhan untuk dijodohkan dengannya.

Azka yang sudah memiliki kekasih terpaksa harus menerima perjodohan aneh yang dibuat keluarganya. Jika tidak orang yang paling berpengaruh di rumah akan menghapus namanya dari kartu keluarga.

Yura menunjuk kursi di seberang meja tepat di hadapannya. "Aku nggak mau menjawab apapun kalau kamu tetap berdiri di situ! Kita bahas setelah selesai makan. Nggak baik menganggurkan makanan yang aku masak untuk kamu, suamiku."

"Jangan panggil seperti itu, aku geli mendengarnya!" Dengan kesal Azka menarik kursi dan mendudukan bokongnya di sana. Namun, ia tidak berniat menyentuh makanan yang tersaji di depan matanya. Ia hanya fokus melihat Yura yang sedang asik menyantap makan malamnya.

"Kenapa manatapku seperti itu? Tenang saja nggak ada racun yang aku campur di makanan kamu. Setelah ini kamu bisa sampaikan tujuan kamu datang menemuiku."

Lesung pipinya terlihat jelas kala Yura tersenyum, ia sengaja memancing emosi Azka agar suaminya itu khilaf dan menyentuhnya. Tiga bulan menyandang gelar sebagai seorang istri, tapi Azka sama sekali belum menyentuhnya. Jika tetap seperti itu sampai batas waktu perjanjian kontrak pernikahan yang telah mereka sepakati maka itu artinya Yura tidak berhasil menunaikan janji kepada mama Azka.

Mulut Azka tentu menolak tawaran yang dilontarkan Yura, tapi perutnya tidak sejalan dengan ego dan otaknya. Akhirnya dengan setengah hati Azka memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya. Jika diingat lagi ini yang pertama kali Azka mencicipi masakan Yura dan rasanya tidak terlalu buruk.

Suara sendok dan garpu yang berdenting saat bergesekan dengan piring mengisi ruangan yang diisi dua manusia dewasa itu. Yura dan Azka tidak terlibat percakapan lagi selain menikmati makan malam pertama bagi mereka. Yura tentu senang melihat Azka menghabiskan makanannya, sementara Azka tidak mau memuji. Lapar menjadi alasan mengapa ia betah duduk di sini.

Yura membersihkan piring kotor di wasetafle. Sementara Azka duduk menopang dagu di sofa memerhatikan setiap sudut ruangan yang tersusun rapi. Jika seperti ini mereka terlihat seperti pasangan suami istri sungguhan.

"Yura, jangan pura-pura sibuk di sana. Kamu menyita waktuku saja," kesal Azka, ia hampir lupa tujuannya datang ke sini. Padahal, ia punya janji dengan kekasihnya.

Yura menggulung rambutnya asal hingga memperlihatkan lehernya yang jenjang. Ia menyusul Azka di ruang tamu.

"Masih mau membahas perceraian? Bukannya kontrak pernikahan kita sampai satu tahun? Ini baru tiga bulan, loh."

Yura duduk bersilang kaki, tidak ada sedikit pun rasa takut menghadapi Azka. Padahal, sedari tadi wajah pria itu sangat dingin. Ucapannya pun seperti semburan api.

"Nenekku sudah meninggal dan itu artinya pernikahan kita berakhir. Tidak perlu menunggu satu tahun seperti yang sudah kita sepakati. Tanda tangan saja biar pengacaraku yang mengurus semuanya!"

Azka menyerahkan bolpoin dan menunjukkan di mana saja Yura harus menggoreskan tinta tersebut.

Yura menghela nafas dalam mencoba tetap tenang menghadapi Azka. Janjinya dengan mama Azka belum terwujud, tapi sekarang Azka malah ngotot berpisah darinya.

Yura nemutar otak mencari cara untuk mengurungkan niat Azka.

"Kenapa bengong? Jangan-jangan kamu udah mulai jatuh cinta sama aku," ucap Azka, ia tersenyum meremehkan Yura. "Udah sadar 'kan kalau kamu sulit menolak pesonaku? Tapi sayangnya hatiku nggak mudah berpaling dari kekasihku."

"Narsis ... kamu pikir cuma kamu yang punya kekasih? Aku juga punya," jawab Yura tidak mau kalah.

Azka mengepalkan tangan di atas meja, ia merasa tertipu karena selama ini Yura mengaku tidak punya kekasih.

"Kalau gitu tunggu apa lagi? Aku nggak tahu apa perjanjian mu dengan mama ku, aku juga nggak tahu berapa mama membayarmu. Aku hanya tahu aku mau menikahi kekasihku. Akan aku buktikan sama semua orang kalau Agata jauh lebih baik darimu. Jadi, mari kita akhiri pernikahan ini."

Yura menegakan punggung menatap Azka. Ia tidak akan membiarkan Azka lolos kali ini.

"Baik, aku akan tanda tangani semuanya seperti yang kamu mau."

"Bagus!" Azka mengepalkan tangan di udara menyoraki kemenangan. Setelah ini ia akan berlari ke pelukan Agata dan membawanya ke hadapan sang mama.

"Tapi ... satu tanda tangan untuk satu malam. Apa Anda setuju, Suamiku?" tanya Yura seraya menaikkan sebelah alisnya. Sungguh, hanya ini satu-satunya cara yang terlintas di benaknya.

"Kamu bercanda? Mana mungkin aku bermalam di sini denganmu!" Azka berdecih, ia tidak habis fikir Yura bisa bicara omong kosong seperti itu padanya.

"Kenapa tidak? Kita sepasang suami istri yang sah. Selama ini kamu saja bisa sesuka hatimu bermalam di rumah kekasihmu itu, kenapa tidak denganku?"

"Agata adalah wanita yang aku cintai. Sedangkan kamu tidak. Pernikahan kita hanya sementara dan aku ingin akhiri semuanya malam ini juga!"

"Terserah, keputusan ada di tangan kamu." Yura beranjak dari duduknya, ia sengaja memberikan ruang untuk Azka berfikir. Namun, pria itu menarik tangannya hingga mereka beradu pandang.

"Jangan lewati batasanmu, Yura. Jangan sekali-kali memancingku. Aku bisa membuatmu merintih dan mendes ah sepanjang malam. Tapi aku nggak akan lakukan itu. Jadi, anggap ini peringatan pertama untukmu!"

Pandangan Azka lebih menajam dari sebelumnya. Ia mencengkeram erat lengan Yura lalu mengecup sekilas leher istrinya itu. Awalnya Azka bermaksud memberikan peringatan kepada Yura, tapi aroma wangi yang menguar dari tubuh Yura membuatnya sulit melepaskan wanita itu.

Terpopuler

Comments

Devita Angel

Devita Angel

ya Alloh thor aku cari2di app sblh pntesan gada ditunggu2 lnjutannya mlh dihapus,disini juga yg sblm ini jg udah dihpus,untungnya iseng2 buka promil km ketemu disini... jan pindah2 lagi thor udah..

2022-12-06

1

Aze_reen"

Aze_reen"

hadir mmpir ka

2022-11-30

0

Bunda Ghaly Ghany

Bunda Ghaly Ghany

Alhamdulillah akhirnya karya author balik kesini lagi, doaku terkabulkan hehe, soalnya nggak bisa download apk lain memori hp penuh. makasih y Thor smg makin banyak rezeki dan sehat selalu Aamiin 🤗

2022-11-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!