Satu Malam

Selama menikah Azka tidak pernah berniat sedikit saja melirik atau menyentuh Yura. Baginya Yura adalah perempuan materialis yang mengedepankan uang dan harta. Buktinya, wanita itu dengan senang hati menerima pernikahan mereka, tentu sudah diiming-imingi uang oleh mak lampir yang tidak lain adalah ibu kandungnya sendiri.

Azka yang hanya berniat memberikan peringatan dengan mencium leher Yura malah terjebak dalam permainan yang ia ciptakan. Bahkan, inti tubuhnya yang tersembunyi di balik celana tiba-tiba saja bereaksi. Terasa mengeras dan sesak seperti memberontak minta di keluarkan. Satu hal yang tidak pernah ia rasakan ketika bersama Agata.

Hubungannya dengan Agata memang sudah terjalin cukup lama. Ciuman dan meraba sudah menjadi hal yang biasa mereka lakukan. Tapi, untuk berhubungan badan tidak pernah mereka lakukan. Sebab, Azka tidak mau berhubungan intim dengan wanita yang belum sah menjadi istrinya.

"Nggak terlalu buruk." Yura pura-pura berkikap tenang dan biasa saja, padahal jantungnya hampir mau luruh hingga mata kaki. Pertama kali bagi Yura dikecup hingga membuat sekujur tubuhnya meremang. Yura berusaha tetap tenang agar usahanya menjerat Azka berhasil.

Azka memicingkan mata dan berdecih, "Kamu nggak akan bisa mendapatkan apa yang kamu mau." Sialnya, rasanya bibir ini ketagihan hingga ingin mencium Yura lagi. Azka tidak tahu pesona apa yang dimiliki Yura hingga bisa membuat tubuhnya bereaksi lain.

Yura mengangguk paham. "Itu artinya, kamu juga nggak akan bisa mendapatkan apa yang kamu mau." Yura tersenyum meremehkan Azka.

"****! Kamu cari masalah dengan orang yang salah!" Mata Azka menyalang merah. Pancaran amarah terlihat di sana. Dirinya paling tidak suka diremehkan apa lagi oleh seorang wanita kecil seperti Yura. Dengan amarah Azka meraih dagu Yura lalu menyatukan bibir mereka.

Yura tersentak ketika benda kenyal milik Azka terasa dingin di bibirnya. Ciuman yang dilakukan Azka dengan tergesa-gesa membuat Yura kesulitan bernafas. Yura dengan refleks memukul dada Azka agar pria itu berhenti menciumnya.

"Azka.... " Nafas Yura tesenggal. Dadanya berdebar. Jujur ini ciuman pertama untuknya. Azka telah berhasil meresapi permukaan bibirnya.

"Kamu ... udah nggak bisa mundur lagi." Senyum jahat dan kepuasan terpancar di wajah Azka. Nafasnya menderu bersama nafsu yang minta dilepaskan. "Ayo, kita mulai kesepakatan kita." Pria itu menarik tangan Yura hingga tubuh Yura menempel di badannya. "Malam ini... serahkan tubuhmu padaku seperti yang kamu mau kita nikmati malam ini."

Hembusan nafas keduanya saling bertemu. Baru kali ini Azka mengamati wajah Yura dengan jarak sedekat ini. Ibu jari Azka meraba bibir Yura lalu kembali merampas rasa manis yang dihasilkan bibir Yura.

"Gimna ini... aku harus gimana?" batin Yura bertanya, ia pun takut malam ini akan menjadi malam pertamanya dengan Azka, tapi mengingat perjanjian dengan mama Azka membuat insting ikut bergerak. Tanpa ragu lagi Yura membalas ciuman Azka yang terkesan kasar.

Azaka tidak bisa menahan diri lagi. Tangannya tanpa ragu meraba dua gundukan yang tersembunyi di balik piyama berbahan kain satin yang dipakai Yura. Dan itu berhasil membuat nafsunya semakin memuncak. Azka tidak sadar kalau dirinya telah jatuh dalam perangkap Yura.

Sentuhan yang diberikan Azka berhasil membuat Yura mendesah. Bagaimana tidak? Gerakan tangan pria itu begitu menggebu meraba bagian tubuh Yura tanpa melepaskan tautan bibir mereka.

"A-azka tu-

Meskipun Azka telah mengakhiri ciuman mereka, tapi Azka tidak membiarkan Yura bicara. Pria itu langsung memungkas ucapan istrinya tersebut.

"Ya, sebut namaku sepanjang malam. Ayo kita tuntaskan kesepakatan kita malam ini. Aku butuh tanda tangan dan kamu butuh kepuasan dariku. Tenang, Yura... aku turuti kemauan kamu. Kamu merindukan sentuhan, bukan?"

Giliran Azka tersenyum meremehkan Yura. Ia berfikir jika wanita ini pasti tidak perawan lagi. Hingga begitu ngotot minta disentuh olehnya. Ya, tiba-tiba saja pikiran itu hinggap di benak Azka.

Jujur saja Yura merasa canggung dan tidak siap jika harus menyerahkan tubuhnya kepada Azka, tapi Yura sebaik mungkin mencoba agresif agar Azka tidak berubah pikiran. Dengan penuh percaya diri Yura melingkarkan kedua tangannya di leher Azka hingga ia bisa melihat kilatan nafsu di wajah Azka.

"Malam ini aku milikmu," ucap Yura lirih. Percayalah, rasanya ingin sekali Yura mengutuk dirinya sendiri yang tampak seperti wanita penggoda.

"Ya, nikmati apa yang akan aku berikan untukmu. Ingat ini baik-baik hingga kamu akan memintanya lagi dan lagi."

Azka menghempaskan kemejanya ke sembarangan arah, lalu melakukan hal yang sama dengan Yura. Ia tarik secara kasar piyama Yura hingga bisa melihat bagian menyembul yang tadi telah digenggam.

Yura sudah tidak punya jalan untuk mundur. Sebenarnya Yura bersedia menikah dengan Azka bukan karena uang dan kepuasan seperti yang dituduhkan Azka padanya. Semua itu ia lakukan demi anak-anak panti yang harus ia selamatkan. Yura hanya bisa pasrah ketika Azka menatapnya penuh nafsu. Ya, Yura tahu itu tapi ia juga tahu Azka tidak akan mengakuinya. Yura membuang muka ketika Azka satu-satunya pengait yang ada di balik punggungnya.

Azka berulang kali menelan ludahnya sendiri. Apa yang ia lihat ini sungguh indah dan menggairahkan hingga ia merasakan di bagian bawahnya terasa sangat sesak. Sial sekali, ia bahkan hampir tidak berkedip melihat tubuh putih polos milik istrinya itu. Wanita yang halal untuk ia sentuh. Tanpa mau membuang waktu lebih lama lagi. Azka mulai menghujani wajah Yura dengan ciuman, kali ini pria berambut cepak itu melakukannya dengan lembut seolah ingin menikmati setiap permukaan bibir Yura.

"Azka.... " Tubuh Yura semakin meremang, sentuhan Azka berhasil membuat ia lemas.

"Ya, seperti itu. Sebut namaku di setiap desahanmu."

Perlahan Azka menggiring Yura hingga wanita itu berbaring di tempat tidur. Tidak lupa Azka melepaskan celana Yura dan celananya sendiri hingga tubuh keduanya nyaris polos.

"A-Azka, kamu ngapain?" Yura merapatkan kedua pahanya saat Azka mendekatkan wajahnya di sana. Pria itu tidak menjawab sepatah katapun malah melanjutkan aktifitasnya hingga Azka berhasil melepaskan kain tipis yang menutup bagian inti tubuhnya. Yura memejamkan mata saat Azka menatap aset pribadinya itu. Malu dan gelisah yang ia rasakan kini.

Perlahan Azka naik ke kasur dan mengungkung Yura dengan tangan yang menahan tubuhnya. Ia cium lagi bibir Yura yang rasanya masih manis meskipun sudah berulang kali ia resapi.

Malam pertama setelah pernikahan hari itu dengan Yura yang tidak diinginkan Azka kini dilakukan juga. Azka bahkan begitu lihai meninggalkan jejak-jejak merah di beberapa bagian tubuh Yura.

"Azka, pelan-pelan saja. " Yura meringis merasakan sakit ketika Azka mulai menyatukan tubuh mereka. Ia bahkan mencakar lengan Azka demi menepis rasa sakit yang mencabik-cabik tubuhnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!