Pertama Kali

Rumah besar dengan segala fasilitas yang telah tersedia siap di tempati tapi untuk sementara Julia dan Putra pulang ke rumah orangtuanya Julia untuk mempersiapkan kepindahan mereka. Semua telah di sepakati kedua belah pihak dan mereka setuju.

Keduanya berasal dari keluarga berada jadi untuk masalah ekonomi tidak ada yang perlu di khawatirkan. Tapi sebelum itu Julia merasa belum menjadi istri sepenuhnya sebelum ia melakukan kewajiban yang seharusnya sudah di lakukan di hotel tempat mereka menginap saat malam pengantin.

Baju berwarna pink lembut dengan renda-renda yang kian mempercantik penampilannya juga riasan telah di kenakan. Ia melingkarkan tangannya di perut Putra dan memeluk laki-laki dari belakang saat melihat ke arah ponsel sedari tadi.

"Aku di cuekin, lama-lama nanti aku dilupakan." Ucapnya dengan nada sebal yang manja, banyak harapan Julia untuk pernikahannya termasuk cepat di beri momongan karena baik keluarganya dan keluarga Putra juga ingin punya cucu segera. Tapi sebelum itu tentu saja harus melakukan hubungan suami istri.

"Memangnya siapa yang mengirim pesan sedari tadi ?."

Putra langsung meletakkan hp-nya dan melepaskan pelukan Julia lalu mengangkat tubuhnya ke ranjang. " Bukan siapa-siapa hanya urusan kerja, tentu saja aku tidak akan melupakan istriku."

Mereka berdua berada di atas ranjang dengan posisi Julia di bawah sehingga mereka bisa dekat dan saling berkomunikasi dengan baik. Ini adalah pembicaraan antar suami-istri yang lebih intens pertama mereka setelah menikah, sekarang terasa tiada jarak lagi.

"Aku akan melakukannya, apa kau siap ?."

Julia menarik nafas, ini pertama baginya dan tentu akan merasa malu sekaligus canggung meski ia melakukannya dengan suami sendiri. "Aku siap tapi lakukan pelan-pelan saja ya, aku masih sedikit takut."

Putra mengangguk sebagai jawaban, ini adalah hari yang telah di tunggu sedari mereka pacaran. Ternyata cinta dan perhatian yang Putra berikan selama ini cukup membuat Julia mampu menahan godaan dan berpegang teguh pada prinsip sehingga tidak goyah sedikitpun.

Julia bukanlah pemain, jadi Putra yang mengendalikan semuanya dan Julia hanya menerima apa yang di berikan. Belaian demi belaian nyatanya tak mampu menghilangkan rasa sakit yang tercipta, ia sedikit menjerit dan menangis saat bagian bawahnya di sakiti.

"Putra sakit sekali aku tidak bisa melanjutkan ini."

"Tidak, tahan sebentar lagi akan berhasil masuk."

Putra tak bisa membiarkan ini berhenti di tengah jalan, terlalu nanggung bahkan jika di lanjut kemudian hari ia tak akan sanggup kalau harus menunggu lagi. "Tahan sebentar lagi, tidak apa-apa."

Julia menahan semua rasa sakit itu dan berpikir wanita lain bagaimana bisa menahannya bahkan melakukan berkali-kali kalau ternyata sesakit ini.

Keringat membasahi tubuh dan rasa sakit bagai di tusuk pisau tajam lalu di siram dengan irisan jeruk ia rasakan, perih dan pedih.

"Aaaargh." Jeritan itu tak bisa lagi di sembunyikan, Putra telah berhasil melakukannya sekaligus menyakitinya hingga darah keluar. Julia gemetar sementara Putra tetap keluar masuk seperti menikmati.

"Kapan akan selesai ?." Ia sudah tidak tahan lagi ingin mengakhiri ini, pertama kali merasakan perasaan aneh seperti nano-nano dari pada 'enak' yang sering di katakan oleh orang lain.

"Sebentar lagi." Putra merasa ia sudah hampir di ujung dan tak ragu ketika membasahi bagian dalam Julia, rasanya sangat puas dan tentu saja ini pertama kalinya Putra merasakan milik wanita yang belum pernah melakukannya, terasa sempit dan bikin nagih.

"Terima kasih sayang." Ciuman di dahi diberikan.

Julia hanya mengangguk pasrah, di satu sisi ia senang akhirnya berhasil menjadi istri sesungguhnya tapi di lain sisi ia masih merasakan rasa sakit dan perih yang tak kunjung hilang.

Lelah dan kantuk membuat Julia cepat terlelap, bahkan ia sudah tak sanggup lagi untuk sekedar mengenakan baju hingga tubuhnya di tutupi dengan selimut oleh Putra.

*****

Putra kerap menyempatkan waktu untuk berkunjung ke apartemen milik Thalia kali tanpa sepengetahuan Julia. Tentu saja ia punya banyak alasan agar bisa pergi ke sini dan sambutan hangat di peroleh baik di rumah maupun di luar rumah.

"Kukira kau tidak akan kesini hari ini, kau selalu sibuk benarkan pak direktur ?." Thalia menyindir dengan halus dan menuangkan jus kemasan dari kulkas lalu di berikan ke Putra.

Lelaki yang telah di percayai oleh orangtuanya memimpin sebagai direktur setelah menikah itu, membuat Thalia tak akan ragu untuk menikmati sebagian dari apa yang di peroleh Julia sebagai istri direktur.

"Kau tau tidak mudah untuk kesini."

"Aku merindukanmu tapi tidak bisa menghubungimu."

Thalia memperlihatkan wajah yang kurang menyenangkan, ia murung dan menundukkan pandangan sedari Putra datang hingga membuat laki-laki yang ada di depannya menyadari.

"Ada apa ?."

"Sepertinya aku sudah tidak bisa tinggal disini lagi, aku tak bisa membayar apartemenku dan harus keluar negeri lagi karena aku tidak mendapatkan pekerjaan disini."

Thalia melirik saat Putra mengeluarkan dompet, ia tersenyum dalam hati bahkan ketika sebuah kartu di berikan kepadanya.

"Ini untuk pengeluaranmu, dan biaya sewa apartemen ini akan kubayar sampai 2 tahun kedepan."

"Terima kasih."

"Tapi bagaimana kalau Julia tau salah satu kartumu aku yang pegang ?."

"Dia tidak akan menyadarinya, kau tenang saja Julia bukan wanita yang akan repot mengurusi hal seperti ini."

Thalia sangat senang akhirnya ia bisa mendapatkan apa yang dia mau tanpa harus bersusah payah. Ternyata Putra lebih royal dari perkiraan dan Thalia tak akan segan menikmati apa yang telah ia dapat.

Karena sangat senang maka hari ini ia akan memberikan service yang sangat baik untuk Putra, agar lelaki itu merasakan sesuatu yang sebanding dengan apa yang telah di keluarkan bahkan membuat Putra lupa pulang ke rumah.

Thalia langsung berpindah tempat duduk yang semula berhadapan kini ia duduk di sebelah Putra, bahkan ia dengan manja meletakkan kepalanya pada lengan laki-laki itu dan merasakan kenyamanan yang tak seharusnya di lakukan.

Rasa ingin memiliki suami temannya sangatlah tinggi hingga ia tak peduli bahkan ini seperti sebuh tantangan yang mengasikkan.

"Sebenarnya aku ingin jalan-jalan ke luar negeri bersamamu, kalau ada kesempatan pasti menyenangkan."

"Untuk saat ini belum bisa tapi aku janji suatu hari nanti aku akan cari cara agar kita bisa berjalan-jalan bersama."

"Kau harus menepati janjimu."

"Baiklah."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!