Ayo Kita Pergi

"Ini masih belum terlambat Julia, ikutlah denganku pergi dan kita tinggalkan tempat ini." Tangan Darren terulur siap membawa Julia pergi, ia sangat berharap Julia akan mau bersamanya.

"Ayo Julia ..."

"TIDAK DARREN, aku tidak mau pergi dan tolong lupakan kejadian ini karena aku juga akan melupakannya dan menganggap semua yang kau katakan tidak pernah terjadi."

Julia sudah memutuskan untuk tetap menikahi Putra karena ia mencintai calon suaminya, belum lagi dengan tamu yang telah hadir juga kedua orang tua Julia yang pasti akan malu kalau ia pergi.

"Tapi kenapa ? Aku tidak mau melupakannya."

"Tolong lupakan kalau kau masih mau menjadi temanku, aku menyayangimu tapi hanya sebagai teman tidak lebih."

Kepala Darren berdenyut seperti di pukuli palu. Resiko yang terburuk yang Darren pikirkan ternyata benar terjadi, meski ia telah siap sebelumnya tapi tetap saja mendapat penolakan ini begitu sakit.

Senyuman akan menghapus ketegangan di antara mereka meski tidak bisa menghapus rasa sakitnya. " Baiklah aku akan melupakannya, anggap saja tadi aku sedang mabuk dan sekarang bolehkan aku mendapat pelukan sebagai teman yang di tinggal menikah."

Julia memeluk Darren begitu erat seolah ada penyesalan bercampur rasa bersalah. Ia bahkan bertanya-tanya dalam hati apakah keputusannya telah benar. Tapi ingatan tentang kebersamaannya dengan Putra menyakinkan Julia bahwa ia tepat dalam mengambil keputusan besar.

"Aku akan selalu jadi sahabatmu." Darren menutup matanya, memeluk erat karena ia tidak akan mungkin mendapat kesempatan itu di lain kali, mungkin ini pelukan terakhir mereka sebelum Julia menikah.

"Juliaaa."

Panggilan dari seseorang membuat mereka terkejut dan melepaskan pelukan. Semua pengiring pengantin Julia masuk ke ruangan untuk melihat calon pengantin.

"Darren ternyata kau disini ?." Monica cukup terkejut akan keberadaan Darren dan Julia berdua saja.

"Aku mengucapkan selamat kepada sahabatku, lagipula aku lebih dulu mengenal Julia daripada mengenal Putra, sekarang aku akan pergi mengecek Putra." Ia dengan gugup mencari alasan dan pergi sebelum lebih banyak di tanya.

"Wow kau cantik sekali."

"Benarkah Thalia ? Tapi aku sangat gugup."

"Itu hal yang biasa untuk calon pengantin." Monica menenangkan Julia agar tak khawatir.

Beberapa saat kemudian WO memanggil karena acara inti dimana Julia dan Putra akan mengatakan janji suci. Putra menunggu di depan pintu lalu Julia berdiri di sebelahnya sambil memegang lengan Putra.

Di belakang Darren berpasangan dengan Thalia, Angga dengan Monica lalu Alvin dan Tari. Ketika pintu di buka para tamu telah berdiri menyambut pengantin dan bunga bertaburan.

Didepan sana pendeta telah menunggu, dan pengantin berdiri di hadapan pendeta sementara para pengiring duduk di tempat khusus agar tak terlalu jauh dengan pengantin.

" Tibalah saatnya untuk meresmikan perkawinan saudara. Saya persilahkan saudara masing-masing menjawab pertanyaan saya, Putra Aldi Wicaksono bersedia kah saudara menikah dengan Fransisca Juliana, mencintainya dengan setia seumur hidup baik dalam suka maupun dalam duka?."

"Ya, saya bersedia."

"Fransisca Juliana, bersedia kah saudara menikah dengan Putra Aldi Wicaksono, mencintainya dengan setia seumur hidup baik dalam suka maupun dalam duka?."

" Ya, saya bersedia.”

Cincin di sematkan di kedua jari pasangan yang telah resmi sebagai suami istri.

"Atas dasar itu, cincin ini menyatakan bagi saudara berdua dalam kehidupan rumah tangga dengan mengasihi pasangan tanpa awal, juga tanpa akhir.“

"Sekarang kau boleh mencium pengantinmu."

Putra mengangkat tudung pengantin dan mencium bibir Julia dengan senyuman. Di sana ia dan Thalia saling memandang dari kejauhan.

"Kau bisa menikah dengan Putra, tapi apakah kau yakin Julia bahwa kau akan mendapatkan cinta suamimu ?." Thalia tersenyum ke arah Putra menandakan wanita itu turut bahagia.

Sebaliknya Julia saat tak sengaja melihat Darren merasa tidak enak hati ketika berciuman dengan Putra.

"Maafkan aku Putra, mungkin akan sulit tapi kau harus menerima kenyataan kalau aku milik orang lain."

Hati Darren begitu teriris melihat orang yang di sukai akhirnya menikah dengan orang lain. Jika bisa ia ingin membakar tempat ini seperti hatinya yabg terbakar sekarang. Tapi ia tidak segila itu untuk memperlihatkan rasa cemburu.

"Kenapa rasanya sakit sekali, haruskah setega ini Tuhan kau membenciku ?." Ujar Darren dalam hati sambil menghela nafas.

Ketika ciuman usai para tamu bertepuk tangan termasuk Thalia dan Darren. Sekarang Putra dan Julia memulai babak baru menjadi pasangan suami istri yang akan selalu bersama dalam suka dan duka.

Acara masih berlangsung, para tamu menikmati jamuan makan dan beberapa dari tamu memberikan selamat, ada juga yang berpamitan untuk pergi lebih awal karena ada acara lain yang harus di hadiri.

"Selamat akhirnya kalian menikah, mama nggak sabar menunggu kabar baik untuk segera di beri cucu." Mama Julia ikut senang akhirnya putri semata wayangnya menikah.

"Sabar ma baru juga menikah." Ucap papa.

Obrolan mereka terhenti saat ada tamu yang menyalami, hingga waktu berjalan terasa begitu cepat. Mungkin karena hari ini hari yang menyenangkan bagi Julia karena salah satu impiannya untuk menikah dengan Putra dan memakai gaun indah juga di tempat dan dekorasi yang megah terwujud.

"Kak Putra, kak Julia terima kasih telah mempercayakan pernikahannya di Wedding organizer kami, sekarang kami pamit untuk diri."

"Aku yang harusnya berterima kasih kepada kalian, pernikahan impianku terwujud. Ini aku ada sesuatu sebagai kenang-kenangan sebagai tanda terimakasih."

"Tidak masalah, kepuasan pelanggan adalah tujuan utama kami, sekali lagi terima kasih."

Akhirnya pernikahan telah usai dan ini waktu untuk istirahat. Para orangtua telah pulang ke rumah sementara Julia dan Putra masih menginap untuk menikmati masa pengantin baru di mana mereka membutuhkan privasi untuk berdua saja.

Mulai hari ini Julia dan Putra akan tidur dalam satu kamar. Meski lama pacaran tapi Julia berpendirian teguh pada prinsipnya yaitu tidak boleh melakukan hubungan sebelum menikah dan Putra mengikuti prinsip yang di buat hanya dengan Julia saja.

"Ini pertama kalinya kita satu kamar." Putra memeluk Julia dari belakang, tangan kekarnya dengan erat melingkar di perut dan mengesap leher jenjang tersebut.

"Kau pasti sudah tidak sabar setelah menunggu lama. Tapi aku senang kau bisa tahan dan bersabar menunggu sampai kita menikah."

Sejenak Putra terdiam dan tersenyum seolah ia memang lelaki yang seperti Julia katakan yaitu lelaki baik-baik. "Walaupun sulit tapi aku berhasil menunggumu."

"Badanku berkeringat, aku atau kau yang mandi dulu? Setelah itu kita bebas mau melakukan apapun."

"Aku dulu." Putra mengambil handuk dan masuk kedalam kamar mandi.

Tidak perlu waktu yang lama untuk selesai, badannya terasa lebih segar dengan guyuran air yang membasahi tubuh.

Sekarang giliran Julia untuk mandi, ia sedikit kesulitan saat melepaskan resleting gaun pengantin yang berada di belakang dan meminta bantuan Putra.

Sedikit canggung saat punggungnya di elus ketika sudah terbuka. "Sabar aku mandi dulu."

Julia masuk kedalam kamar mandi dan Putra memakai baju yang telah ia bawa. Notifikasi hp berbunyi, nama Red tertera di layar.

Putra sedikit bingung dengan nama yang sepertinya tidak ia kenal. Baru ingat bahwa ini nomor Thalia dan wanita itu memasukkan nomornya sendiri di hp Putra, sebuah pesan singkat ia baca.

"Aku kesepian, bisa kau temani aku malam ini ?."

Terpopuler

Comments

eun 👧

eun 👧

🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰

2022-12-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!