Pagi harinya...
Aulia sengaja mematikan alarm yang biasa digunakan untuk mengingatkan waktu pagi, agar Aulia bisa bangun lebih awal dari Daniel.
Aulia bergegas masuk ke kamar mandi dan menguncinya dengan perlahan agak Daniel tidak mendengar suara pintu terkunci.
Aulia kemudian mengambil sesuatu yang dia sembunyikan di balik tanaman yang ada di dalam kamar mandi.
Aulia mengeluarkan alat yang berupa tespek dan mulai menggunakannya.
Saat di rumah sakit...
"Aulia, apa kamu sudah gila. Tidak mungkin alat ini berkata bohong." Ucap Anita saat Aulia membantah bahwa dirinya sedang hamil.
"Ya mungkin saja alat itu sedang error atau sebelumnya sudah digunakan untuk memeriksakan ibu yang benar-benar hamil."
"Aulia, sepanjang sejarah aku menjadi dokter di sini tidak ada yang namanya alat itu error atau rusak."
"Anita..."
"Aulia.."
Anita melotot pada Aulia namanya dilakukan Alia justru tersenyum sambil mengedipkan matanya.
Anita mana kudahinya sendiri sebelum akhirnya dia menghela nafas panjang.
"Jika kamu masih meragukan hasil pemeriksaan yang baru saja kita lakukan. Dalam perjalanan pulang pastikan kamu membeli tespek."
"Apa kamu sudah gila, jika Daniel melihat aku membeli tespek dia pasti akan langsung mengira bahwa aku hamil."
"Kenapa kamu justru merasa takut? bukankah kamu seharusnya merasa senang jika memang bayi yang ada di dalam kandunganmu benar-benar anak Daniel."
"Atau memang benar dugaanku jika bayi yang ada di dalam kandunganmu bukan milik Daniel?" Pekik Anita.
"Aku akan mengatakannya setelah hasil pemeriksaan tes kesuburan dari Daniel keluar dan bisa dipercaya keakuratannya."
"Sekarang, lebih baik kamu mengatakan caraku membeli tespek tanpa Daniel ketahui."
"Huft, kenapa sejak dulu kamu selalu penuh dengan teka-teki." Ketus Anita.
"Sudah, lebih baik saran katakan apa yang harus aku lakukan." Ucap Aulia.
Anita kemudian mengambil beberapa obat yang menunjukkannya kepada Aulia, agar Aulia membeli obat itu dan mengatakan bahwa itu adalah vitamin yang harus diminum oleh Aulia dan Daniel.
"Apa kamu yakin jika obat ini aman dikonsumsi oleh aku dan Daniel?"
"Ya, obat ini adalah vitamin jadi sangat aman, khususnya untuk kamu yang sedang hamil."
"Hehe, baiklah kamu memang teman terbaikku."
"Pastikan kamu menggunakan urine di pagi hari, dan jika garisnya menunjukkan garis 2 maka sudah dipastikan kamu sedang hamil. Jika kamu masih mengila kamu boleh membeli beberapa jenis tespek dan mencobanya." Ucap Anita.
"Baiklah." Ucap Aulia.
"Ingat, kamu berhutang penjelasan padaku setelah ini."
Flashback off...
Aulia harap-harap cemas menunggu hasil dari tespek itu. Mata Aulia membola dengan sempurna saat tespek itu menunjukkan garis dua.
"Tidak ini pasti salah." Ucap Aulia.
Aulia segera mengambil beberapa jenis tespek yang sengaja dia beli saat di apotek. Aulia berharap dari ketujuh jenis tespek itu akan ada satu hasil yang menunjukkan garis satu.
Sayangnya, dari ketujuh tespek itu semua menunjukkan garis 2.
"Oh my God. Aku sudah bermain api, ya sekarang aku sudah terkena asapnya." Pekik Aulia.
Tok
Tok
Tok
Aulia segera menyembunyikan hasil tespek itu dan membuka pintu, tidak lupa sebelumnya, dia membasahi wajahnya dan juga pakaiannya agar terlihat bahwa Aulia sedang mencuci wajahnya.
"Sayang..." pekik Aulia.
"Lagi apa di kamar mandi, tumben banget pintunya terkunci?" Tanya Daniel.
"Iya, aku tadi perut aku begah. Aku tidak ingin kamu masuk saat aku masih bersemedi di atas WC." Kekeh Aulia.
"Jadi, kamu mau mandi sendiri atau aku mandiin?" Tawar Daniel.
"Bolehkah jika aku mandi sendiri?"
"Tentu saja." Pekik Daniel.
Aulia tersenyum dan langsung menutup pintu kamar mandi.
Aulia menghilangkan nafas panjang kemudian dia kembali ke tempat di mana dia menyembunyikan tespek.
Aulia memastikan bahwa tespek itu tersembunyi dengan benar sehingga ketika Daniel menggunakan kamar mandi, Daniel tidak akan menemukan nya.
Sementara itu, Daniel yang menunggu giliran untuk mandi memilih untuk duduk di dekat tempat tidur.
Pandangan Daniel tertuju pada obat yang kemarin dibeli oleh Aulia.
Daniel mengambil beberapa jenis obat itu dan memperhatikannya dengan seksama.
"Dua di antara beberapa obat ini adalah obat khusus untuk ibu hamil. Apa Aulia hamil? kenapa Anita memberi Aulia obat hamil?" Pekik Daniel.
Tak lama kemudian Aulia keluar dari kamar mandi.
"Sayang, apa kamu yakin jika obat-obatan ini direkomendasikan untuk kita berdua?"
"Yang dua, yang sedang kamu pegang itu memang khusus untuk aku." Ucap Aulia sambil berjalan menuju meja rias dan duduk untuk mulai merias wajahnya.
"Dua obat ini adalah obat yang khusus digunakan untuk Ibu hamil, apa kamu sedang hamil?" Tanya Daniel.
"Kata Anita obat itu justru bagus untuk kesehatan rahim."
"Begitu?"
"Ya, tentu saja." Ucap Aulia sambil menggunakan hair dryer untuk mengeringkan rambutnya.
Setelah mendapatkan penjelasan dari Aulia, Daniel memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi.
Aulia yang melihat itu dan memastikan bahwa Daniel sudah masuk ke dalam kamar mandi, langsung berdiri dan membuka pakaiannya untuk melihat perut.
Aulia menyentuh perut yang masih terlihat datar.
"Aku hamil?"
...----------------...
Di tempat lain..
"Le, Bagaimana kabar wanita yang selalu datang ke sini?" Ucap seorang wanita paruh baya di sebuah rumah sederhana yang letaknya tidak jauh dari pusat kota.
"Bu, sudah aku bilang sebaiknya kita tidak terlalu mengharapkan wanita itu untuk menjadi menantu di rumah ini."
"Kenapa?"
"Bu, asal Ibu tahu saja wanita itu adalah orang kaya. Dia pemimpin perusahaan besar yang ada di kota."
"Kalau wanita itu sudah menjadi jodoh kamu, walaupun tingkatan kita berbeda pasti akan ada jalan untuk kalian bersatu."
"Bu, berapa kali sudah aku katakan jika aku dan wanita itu hanya teman biasa. Kami tidak sengaja bertemu dan mengenal. Aku juga baru tahu beberapa bulan setelah aku menjadi temannya bahwa dia adalah pemimpin perusahaan besar."
"Tapi kamu mencintainya kan?"
Pria itu terdiam. Entah harus bagaimana dia menjelaskan perasaan yang ada di dalam hatinya.
Jujur saja, pria itu sangat mencintai wanita yang sering datang dan terkadang mereka melakukan kencan bersama.
Hanya saja, pria itu takut untuk terlalu banyak berharap melihat kasta mereka yang sangat jauh berbeda. Terutama setelah mengetahui bahwa wanita itu adalah pemimpin perusahaan besar dan sudah memiliki seorang suami.
"Sudah lah Bu, jangan membahas itu lagi."
"La, terus kalau kita tidak membahas tentang itu kita membahas apa lagi? atau kamu ingin kita membahas tentang Sinta?"
"Ibu.."
"Le, Ibu ini sudah tua. Umur seseorang itu tidak tahu. Ibu sangat ingin melihat kamu menemukan pasangan sebelum Ibu menyusul bapak kamu."
"Hus, Ibu ini ngomong apa sih. Jangan bicara yang aneh-aneh deh. Sudahlah, aku mau berangkat kerja dulu."
"Ya wes. Hati hati.."
"Mas, sudah mau berangkat?" Tanya Sinta yang datang setiap pagi untuk membantu ibu pria itu merawat tanaman sebelum bunga-bunganya dijual.
"Iya, terima kasih ya Sinta, kamu sudah berkenan untuk datang setiap hari ke sini dan membantu ibu."
Sinta hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.
"Ya sudah ya, kalau gitu aku berangkat kerja dulu."
"Hati hati, mas."
Mas, kapan kamu bisa tahu jika aku sudah sangat lama mencintaimu dan berharap kamu akan membalas cinta ini.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments