"Anita, kamu tidak sedang bercanda kan." Pekik Aulia.
"Tidak. Aku tidak sedang bercanda, aku melihat ada bakal janin di dalam rahimmu."
"Ya Tuhan Aulia, apa kamu tahu artinya itu?" Pekik Anita sambil tersenyum bahagia dan melihat ke Aulia.
"Apa?" Tanya Aulia.
"Kamu hamil, Aulia."
"Oh, aku hamil." Ucap Aulia yang masih dalam mode loading.
"Iya, kamu hamil."
Jebret...
Seketika Aulia langsung bangkit dari posisi tidurnya.
"Aku hamil?" Lirih Aulia sambil melihat ke arah perutnya.
"Iya, selamat ya. Aku akan memberitahukan kepada dokter yang saat ini sedang melakukan pemeriksaan terhadap Daniel, untuk menghentikannya."
Anita yang sangat bahagia meninggalkan Aulia dalam keadaan masih bingung.
Aku hamil? Anita mengatakan bahwa usia kandunganku sudah memasuki 2 bulan.
Saat Aulia mendongak untuk mencari keberadaan Anita, Anita sudah dalam sambungan telepon dan berbicara dengan seseorang.
Aulia segera berjalan menghampiri Anita, Aulia mengkode agar Anita menutup panggilannya.
"Ada apa?" Tanya Anita setelah dia menutup teleponnya.
"Apa kamu baru saja memberitahukan kepada dokter untuk menghentikan pemeriksaan terhadap Daniel?"
"Iya."
"Apa kamu mengatakan jika aku hamil?"
"Tidak."
Aulia bernapas dengan letak kemudian dia duduk di kursi yang tidak jauh dari tempat berdirinya Anita.
"Ada apa?" Tanya Anita.
"Tidak apa apa." Ucap Aulia.
"Aulia, apa kamu yakin jika kamu hamil anak Daniel?" Tanya Anita.
"Kenapa?"
Anita menelan nafas panjang kemudian dia menarik kursi dan duduk tepat di Aulia.
"Tadi aku memang menelpon ruangan tempat di mana Daniel sedang melakukan pemeriksaan."
"Aku memang mengatakan untuk menghentikan saja pemeriksaannya, tapi sebelum aku mengatakan bahwa kamu hamil. Dokter mengatakan bahwa Daniel mandul."
"Apa?" Mata Aulia membola dengan sempurna mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Anita.
"Aku melihat kamu hamil, kemudian aku memutuskan agar pemeriksa indahnya dilanjutkan ke tahap yang lebih dalam."
"Aku tidak mengerti." Ucap Aulia.
"Idealnya, tes kesuburan yang dilakukan pada pria harus dilakukan dua kali, pada hari yang berbeda, untuk memastikan hasilnya."
"Kalau begitu, Anita. Aku meminta kepadamu untuk merahasiakan kehamilan ini sampai hasil tes kesuburan Daniel keluar." Ucap Aulia.
"Kenapa?, apa kamu tidak yakin jika bayi ini adalah diri kalian?"
"Tidak, aku hanya harus memastikan bahwa Daniel benar-benar sehat dan bisa mencetak anak." Ucap Aulia.
"Baiklah, walaupun sebenarnya alasanmu ini tidak masuk dalam logika aku."
Aulia tersenyum manis sambil menunjukkan deretan giginya yang putih dan rata.
"Aulia..."
"Apa" Pekik Aulia.
"Anak siapa ini, bukan anak daniel ya?"
"Itu..."
Belum sempat Aulia berbicara, Daniel masuk ke dalam ruangan.
"Sayang..." Sapa Aulia.
"Hai, apa pemeriksaan kamu sudah selesai?" Tanya Daniel.
"Ya.."
"Anita, jika kami berdua sudah selesai melakukan pemeriksaan bolehkah kami pergi?" Tanya Daniel sambil menatap Anita.
"Memangnya kalian mau ke mana buru-buru pergi?" Pekik Anita.
"Makan siang, hehe.." Ucap Daniel.
"Jadi, apa kalian hanya akan makan siang sendiri tanpa mengajak aku?" Ketus Anita.
"Eh, ternyata dokter juga butuh makan siang?" Kekeh Aulia.
"Dokter juga manusia kalik.."
"Ya sudah, gimana kalau kita makan siang bertiga. Jarang jarang kan kita makan bertiga?" Ucap Daniel.
"Ide bagus." Imbuh Aulia.
Mereka bertiga kemudian pergi dengan menggunakan mobil masing-masing dan langsung menuju salah satu restoran tempat di mana dulu menjadi restoran favorit Aulia dan Anita.
Anita yang awalnya ikut larut dalam canda tawa, tiba-tiba merasa iba terhadap Daniel.
Aulia, kamu berhutang penjelasan padaku. Setelah ini kamu harus menceritakan kepadaku kejadian yang sebenarnya jika Daniel benar-benar divonis mandul.
...----------------...
"Sayang, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Aulia saat mereka dalam perjalanan pulang.
"Aku baik-baik saja. Hanya..." Daniel menggantung ucapannya.
"Aku tahu, kamu pasti sedang memikirkan tentang hasil pemeriksaan kita."
"Aulia, jujur saja aku tidak mengkhawatirkan tentang hasil pemeriksaanmu. Aku hanya mengkhawatirkan tentang hasil pemeriksaan mengingat aku tadi sempat menangkap ekspresi terkejut dari dokter."
"Jangan terlalu khawatir, Anita tadi sudah memberitahukan kepadaku bahwa hasilnya akan akurat setelah kita melakukan pemeriksaan dua kali di hari yang berbeda." Ucap Aulia sambil tersenyum.
Aulia selalu melihat sebuah apotek dalam perjalanan dan meminta Daniel untuk menepi sebentar dengan alasan Aulia akan membeli vitamin yang dianjurkan oleh Anita.
"Vitamin apa?" Tanya Daniel setelah Aulia selesai membeli vitamin dari apotek.
"Hanya vitamin biasa, Anita juga menyarankan agar kamu ikut meminum vitamin ini." Ucap Aulia sambil menunjukkan beberapa jenis vitamin yang dia beli dari apotek.
Daniel kemudian kembali melanjutkan perjalanan pulang setelah membantu Aulia memasang sabuk pengaman.
"Kita akan pulang ke mana?" Tanya Aulia.
"Kamu tidak keberatan kan jika bermalam di rumah kita sendiri lagi." Tanya Daniel.
"Tentu saja tidak." Ucap Aulia.
Malam harinya, ada yang tidak biasa dari Daniel. Jika biasanya ketika mereka bermalam di rumah mereka sendiri, hasrat dari Daniel akan meningkat walaupun mereka baru saja pulang dari honeymoon.
Malam ini, Daniel terlihat duduk sendiri menikmati semilir angin malam di balkon rumah.
"Sayang, apa kamu baik-baik saja?" Pekik Aulia yang memeluk Daniel dari belakang.
"Sayang, kamu belum tidur?" Tanya Daniel sambil mengelus lembut tangan yang melingkar di perutnya.
"Bagaimana aku bisa tidur jika bahu suamiku belum menjadi bantal tempat di mana Aku akan tidur dengan nyenyak." Ucap Aulia yang membuat Daniel tersenyum.
"Kalau begitu ayo, aku akan menjadi bantalmu dan mengantarkan kamu menuju gerbang mimpi yang indah."
"Sayang..." Panggil Aulia sambil menatap Daniel.
"Ya?"
"Aku tahu apa yang kamu pikirkan dan apa yang kamu khawatirkan. Jika kamu merasa bahwa ini menjadi beban pikiranmu, aku tidak keberatan jika kita tidak meneruskan pemeriksaan ini."
"Tidak apa apa. Bukankah kita sudah berjanji akan bersama dalam suka maupun duka, dan akan selalu terbuka dalam segala hal?" Ucap Daniel sambil tersenyum.
Aulia tersenyum dan memeluk Daniel. Tiba tiba ada perasaan bersalah di dalam diri Aulia.
"Sudah malam, kita tahu bahwa terlalu banyak terkena dinginnya angin malam akan membuat kita sakit."
"Aku tidak takut sakit jika ada suamiku yang senantiasa akan memberikan kehangatan." Ucap Aulia sambil tersenyum.
Daniel menoel hidung Aulia dan menciumi seluruh wajah Aulia.
"Aku mencintaimu, Aulia."
"Aku sangat amat mencintai kamu."
"Sebesar apa?" Tanya Daniel.
"Mau nya sebesar apa hayo?" Goda Aulia.
"Sebesar ini boleh?" Ucap Daniel sambil mereemaZ bookong Aulia.
"Sayang, kamu dan aku tahu bahwa cinta kita lebih besar dari apapun."
Daniel dan Aulia saling berpandangan sebelum akhirnya mereka menyatukan bibir.
Setelah beberapa ronde pergulatan panas.
Aulia memandangi wajah Daniel yang sudah tertidur pulas.
Semoga saja, hasil pemeriksaan tadi salah. Aku benar-benar harus memastikan hasil pemeriksaan Daniel sesuai harapan.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments