...MAB by VizcaVida...
...|04. Jantung Berdebar|...
...Selamat membaca...
...[•]...
“Louis?” panggil seorang wanita cantik yang mengenakan pencil dress berwana gelap dan berdiri tak jauh dari Louis berada.
Si empu yang punya nama menoleh guna melihat siapa yang memanggil namanya. Dahi pria itu berkerut seolah bertanya siapa wanita yang sudah menyapa dirinya itu.
“Benar Louis kan?”
Kini Angel turut mengangkat pandangan, melihat sosok cantik dan tinggi yang kini membuatnya berbinar. “Mbak Jihan?” pekik Angel langsung bisa menebak.
“Oh, astaga. Kamu Jihan?” sambung Louis dengan senyuman lebar yang tidak mengira jika wanita cantik itu adalah Jihan, artis terkenal yang sudah malang melintang di industri pertelevisian yang tak lain adalah teman SMA Louis yang bisa dikatakan cukup dekat.
Sedangkan Angel, mengenalinya karena Jihan memang seterkenal itu. Namanya sudah melambung di papan atas dan belum bisa digeser sedikitpun oleh artis lainnya. Kepiawaian seorang Jihan yang mampu menarik seluruh perhatian penonton adalah kunci sukses wanita itu menerjang karirnya.
“Yuk gabung sini.” ajak Louis ramah. Angel tak lagi heran dengan kebaikan atasannya.
Tak menolak, Jihan ikut bergabung bersama Louis dan Angel yang sedang makan malam setelah menyelesaikan agenda rumit dan padat hari ini.
“Dia ... ” Jihan mencoba menerka. Bibir bergincu coklat keorenan itu mencoba merangkai kata tebakan.
“Saya sekretaris keduanya pak Louis.” jawab Angel ramah penuh dengan senyuman dan kekaguman pada sosok Jihan. Disinilah enak dan kelebihannya bekerja di industri pertelevisian, kalian bisa bertemu artis ternama tanpa sulit-sulit mengikuti fan meeting.
“Kebetulan kami baru selesai meeting didekat sini. Dan aku memutuskan untuk mengajaknya makan malam sekalian disini.” lanjut Louis tanpa sedikitpun melepas pandangan dari sosok Jihan. Dan itu berhasil membuat sedikit sengatan sakit di hati Angel. Namun segera ia tepis karena mengingat perbedaan strata sosial dan latar belakang mereka yang memang tidak bisa dibandingkan, apalagi di sandingkan.
Angel mengangguk.
“Ah, dia cantik sekali, Lou.”
Mendengar pujian itu, pipi Angel seketika bersemu merah.
“Ya, memang. Aku pandai merekrut orang.”
Sahutan Louis membuat Angel semakin besar kepala dan tersipu malu. Namun dilempar dari atas dan jatuh terkapar di tanah ketika mendengar kalimat terakhir dari bibir Louis.
Sebenarnya, apa sih yang kamu harapkan, Ngel? Sudahlah, jangan berangan terlalu memuncak, atau kamu akan menanggung akibatnya.
Angel terus menepis perasaan aneh yang muncul beberapa bulan terakhir untuk atasannya itu. Ia bahkan terus menggumamkan pada dirinya sendiri jika dia tidak pantas bahkan hanya untuk berdiri di samping pria Borjuis itu.
“Ya. Itu memang keahlian mu sejak dulu, 'kan?”
Kelakar Jihan membuat dua orang itu tertawa lepas, tapi tidak dengan Angel. Senyuman ia paksa terbit meskipun hatinya tersentil. Percakapan dua orang berduit dan dirinya hanya merupakan sosok Upik abu yang bernasib malang.
Acara berlanjut dengan perbincangan basa-basi kedua orang teman seperti sedang reuni. Sedangkan Angel dengan sabar mendengarkan keduanya berbicara, bahkan tertawa.
Namun disela keseruan keduanya berbincang, ponsel Louis tiba-tiba bergetar. Pria itu merogoh dari saku jas dan menata sekilas nama yang muncul di layar ponselnya.
“Eum, ada apa?”
Setelah menanyakan itu, ekspresi Louis tiba-tiba berubah tidak bersahabat. Wajahnya datar dan rahangnya mengeras. Sepertinya seseorang sedang memberikan kabar buruk dari seberang sana. Angel yang sudah bekerja bersama Louis selama empat tahun lamanya, dapat sedikit membaca amarah yang muncul dalam sorot mata pria itu.
“Dimana dia dirawat?”
Dan setelah mengatakan itu, Louis bergegas pamit dan meminta maaf kepada Jihan. Lalu membawa Angel ke suatu tempat yang tidak pernah perempuan itu duga. Sebuah rumah sakit ternama dan berkelas di ibu kota.
Louis yang setiap hari pembawaannya tenang, malam ini terlihat gusar. Ia nampak khawatir dan telapak tangannya terlihat gemetar karena cemas. Angel dapat membaca dan melihat semua itu dari sosok Louis.
“Ngel, aku ada urusan sebentar didalam. Kamu, ikut atau tetap di mobil?” tanya Louis menawarkan pilihan.
“Saya tunggu disini saja, pak.”
Louis mengangguk paham. “Aku tidak akan lama. Nanti, pulangnya aku antar saja. Ini sudah terlalu malam untukmu.”
Setelah mengatakan itu, Angel hanya bisa berdiam diri di dalam mobil mewah Louis yang terasa nyaman karena selain harusnya datang dari sebuah pengharum mobil yang berada di dashboard depan mobil, aroma parfum Louis juga masih tertinggal dan membuat Angel merasa betah.
Tak lama berselang setelah Louis masuk dan menghilang dari pandangan Angel, mata gadis itu menangkap sosok Nolan yang berjalan lesu, masuk ke dalam rumah sakit.
“Apa ada yang sakit? Bukankah itu tadi Nolan?” gumam Angel, kemudian kembali abai dan memasang earphone demi menghilangkan rasa bosan karena Louis tak kunjung keluar.
“Memangnya pak Louis jenguk siapa sih?” gerutunya sambil mengangkat lengan melihat jam tangan. Sekarang pukul tujuh malam. Dan tanpa Angel prediksi, rasa kantuk menyerang di saat yang salah. Diapun tertidur.
Louis yang telah meninggalkan area rumah sakit bergegas menuju mobilnya yang terparkir di halaman depan rumah sakit. Ia sampai hampir lupa jika membawa Angel bersamanya, tadi.
Buru-buru, dengan langkah sedikit penuh emosi, ia merodoh smart key dari saku celana bahannya, kemudian memakannya hingga lampu berkedip tanpa suara.
Dengan gerakan tangan yang masih sedikit bergetar karena emosi, dia menarik pengait pintu mobil dan membukanya kasar. Namun semua emosi yang meledak-ledak dalam dirinya itu terpaksa teredam karena melihat Angel yang menempati kursi penumpang dibagian depan di samping kursi kemudi, terlihat pulas tertidur.
Nafasnya yang memburu, perlahan tenang. Tanpa sadar senyuman terkembang dibibirnya ketika melihat wajah tenang Angel yang terlihat kelelahan. Lantas, dengan perlahan dia duduk di kursi kemudi, menyandarkan punggung dan menunggu beberapa saat untuk menenangkan perasaannya yang kalut setelah melihat keadaan Caca yang membuatnya khawatir.
Louis menoleh, menatap Angel sejenak dan berkata dalam hati. “Seharian dia mengurusku, tapi masih saja aku repot kan dengan urusan pribadiku.”
Bersamaan dengan gumaman Louis dalam hati yang sudah terucap, Angel perlahan membuka mata. Ia mengedip lambat ketika menangkap bayangan Louis yang memperhatikannya.
Tak butuh waktu lama, dia terlonjak dan kesadarannya pulih seratus persen ketika ingat dia berada didalam mobil Louis.
“Ah, bapak sudah kembali? Maaf saya tertidur.” katanya ketakutan. Ia merasa bersalah karena Louis sampai menunggu dirinya yang sedang tertidur.
“Nggak apa-apa. Tidur saja saat perjalanan. Nanti kalau sudah sampai saya bangunin.”
Angel menggeleng. “Ti-tidak. Saya—”
“Enggak apa-apa, Ngel. Saya yang nggak enak udah ngajak kamu untuk ikut kepentingan diluar urusan kerjaan.” kata Louis menyahut cepat sebelum Angel kembali meminta maaf padanya. “Sekarang, saya antar kamu pulang. Alamatnya masih sama dengan yang beberapa hari lalu itu kan?”
Angel hampir saja lupa jika beberapa hari lalu, Louis juga mengantarnya pulang ke apartemen. Dengan wajah sedikit merona, Angel mengangguk. Untung saja suasana parkiran sedikit gelap, jadi semu di wajahnya tidak akan terlihat oleh Louis.
“Terima kasih, bapak sudah berbaik hati mengantar saya pulang.”
“Iya. Saya juga terima kasih karena kamu mau saya repotkan dengan urusan pribadi saya.”
Louis menyalakan mesin mobil, kemudian menginjak pedal gas perlahan hingga keluar area parkir dan bergabung bersama kendaraan lain menggesa jalanan malam ibu kota yang masih saja padat.
“Kamu istirahat saja, nanti kalau sudah sampai saya bangunkan.”
“Tidak, saya sudah tidak ngantuk kok, pak.”
Suasana kembali hening ketika rasa sungkan kembali menyerbu pribadi Angel. Dia harus membatasi diri karena Louis adalah bossnya. Namun rasa penasaran tidak bisa membuat Angel berhenti bicara.
“Siapa yang sakit, pak?”
Louis menoleh sebentar, kemudian tersenyum. “Kamu kenal orangnya.”
Bukannya terjawab, Angel malah semakin penasaran. Dia mengenalnya, memangnya siapa?
“Saya mengenalnya?”
Sebuah anggukan menjadi jawaban dari Louis, namun tidak ada jawaban karena Angel sibuk berfikir. Melihat sekretaris nya memasang wajah kebingungan, Louis terhibur hingga akhirnya ia terkikik geli.
“Clarita, Ngel.”
Ah, mbak Caca? Mantan tunangan pak Louis. Tapi bukankah dia sudah menikah dengan Nolan? Oh, jangan-jangan . . .
Kedua manik mata Angel membola ketika menyadari ekspresi sendu Louis sejak menerima telepon di restoran tadi. Terlihat jelas raut khawatir di wajahnya.
“Mbak Caca sakit apa, pak?”
Dengan wajah sedih dan suara bergetar Louis menjawab. “Seseorang menabraknya dengan sengaja hingga dia tidak sadarkan diri dan mengalami luka serius di kaki.”
Ada rasa ngilu yang menyerang ulu hati Angel. Masih ada saja orang yang berbuat buruk kepada wanita sebaik Caca.
“Aku sudah pernah mewanti-wanti Nolan untuk menjaga Caca. Tapi dia gagal. Dan aku memberi perhitungan padanya.”
“Astaga.” pekik Angel tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Louis orang yang sabar dan baik, namun kesabaran seseorang tetap saja ada batasnya.
“Tidak perlu khawatir. Hanya pelajaran kecil karena dia sudah gagal menjaga amanat yang aku berikan padanya. Kamu tau sendiri bagaimana perasaanku ke Caca kan?”
Angel mengangguk.
“Aku masih belum bisa melupakan Caca sepenuhnya dari diriku. Dan aku tidak akan diam saja jika Caca terluka. Termasuk keteledoran Nolan saat menjaganya.”
Sebesar itu rasa cinta Louis pada Caca. Pria itu bahkan belum bisa move on dari sang mantan kekasih.
“Maaf, jadi curhat ke kamu.” kata Louis dengan senyuman yang sudah berubah hangat.
“Ah, tidak tidak.” sahut Caca, mengibaskan telapak tangan di depan dadanya sendiri. “Bapak bisa cerita ke saya, anggap saya sebagai teman jika bapak butuh partner untuk mendengar keluh kesah atau merasa berat dengan masalah yang sedang bapak hadapi.” kata Angel dengan intonasi lucu hingga Louis tak mampu membendung senyumannya yang kian melebar.
“Makasih, ya.”
Mungkin ini terasa biasa saja untuk Louis, tapi tidak untuk Angel. Aroma Musk pria ini mampu membuat kepala Angel pening, bingung mendeskripsikan perasaanya sendiri. Ada satu debaran di jantungnya yang membuat dia merasa tidak nyaman berada disamping Louis. Bukan tanpa alasan jantungnya berdebar, semua ini terjadi karena Louis telah menawan hati Angel seluruhnya. Ada satu perasaan yang amat sangat dia pahami namun terus berusaha ia tepis. Yakni, sebuah kata yang belakangan membuat Angel bingung. Sebuah cinta. []
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
moureza
ceritanya bagus,tp kok yg like cm dikit ya,semangat thor
2023-09-12
2
Sandisalbiah
Angel main hati... semoga tetep bisa mengendalikan perasaan ya Ngel.. biar tetep waras... krn si Loe belum bisa kau gapai krn dia belum move on dr masa lalunya..
2023-07-25
1
Putu Suciptawati
angel angel memang nek diceritake perasane angel
2022-11-30
1