Nastar Atau Kastengel?

...MAB by VizcaVida...

...|03. Nastar atau Kastengel?|...

...Selamat membaca...

...[•]...

Macet sudah menjadi sahabat kental rutinitas Louis setelah melahap sarapan roti bakar selai kacang buatan Mama nya di pagi hari. Jalanan pagi memang sering kali penuh dan didominasi oleh pengguna kendaraan bermotor roda dua di jam-jam kerja seperti saat ini. Mereka saling salip berebut cela, tanpa peduli pengguna jalan lain yang lebih mengutamakan keselamatan.

Ia hanya bisa melajukan Lexus RX 300 F Sport silver nya setiap dua menit sekali. Itupun kembali berhenti dengan jarak tempuh 20-30 meter dari titik awal berhenti. Macet pagi ini benar-benar parah dan menguras emosi.

Kedua telapak besarnya melepas lingkaran kemudi, lalu menyandarkan bobot tubuhnya dengan hembusan nafas kasar sedikit kesal karena bangun kesiangan. Seingatnya, tadi pagi Angel mengirim pesan, memberitahunya jika ada meeting di kantor dengan seluruh staff sekitar jam sembilan pagi. Dan sekarang dia masih berada dititik pusat kemacetan terparah di jam delapan. Dia butuh waktu sekitar satu jam lagi untuk sampai di kantor.

Lagi-lagi Louis menghela nafas. Ia meraih ponselnya untuk menghubungi Angel, menanyakan posisi keberadaan wanita itu sekarang.

Tidak butuh waktu lama ketika panggilan itu tersambung, suara halus Angel menyapa diseberang.

“Ya, pak?”

“Kamu sudah sampai kantor?”

Angel menjawab singkat. “Ya.” sedangkan Louis, semakin frustasi dan memijat pelipisnya yang terasa berat.

“Bisa kamu undur jadwal meeting nya? Saya takut tidak bisa datang tepat waktu. Jalanan sangat macet, saya terjebak ditengah-tengah dan tidak bisa maju atau mundur.”

“Tunggu sebentar, biar saya cek sekali lagi jadwal bapak hari ini.”

“Eum, aku tunggu.”

Louis memijat keningnya yang kini turut merasakan pusing. Sepertinya anggota tubuhnya selalu kompak dalam hal yang berhubungan dengan kata puyeng.

Setelah menunggu beberapa detik, suara Angel kembali terdengar. “Pak,”

“Ya.” Louis tersentak dengan suara lembut itu, lalu menegakkan punggung, bersiap mendengar Angel membaca rentetan jadwalnya pagi ini yang pastinya selalu padat.

“Sepertinya tidak bisa, pak. Karena jam setengah sebelas, anda ada agenda meeting lain membahas salah satu rencana acara televisi dari tim kreatif yang baru-baru ini dibuat dengan beberapa artis sebagai pengisi nya.”

Louis mendecak sebal. Lalu bagaimana? Meeting dengan staff juga penting karena dia ingin memberitahu kepada seluruh pegawainya jika perusahaan akan menerapkan kebijakan baru yang lebih menguntungkan untuk mereka. Sebuah loyalti yang akan diberikan tiap pertengahan bulan.

“Kalau meeting nya ditunda besok, bisa?” tanya Louis masih mencoba bernegosiasi.

Louis mendengar samar-samar ketika Angel membuka lembaran kertas. “Besok, jadwal Anada justru dimulai dari jam delapan pagi, pak.”

Lagi, Louis mendengus kali ini sedikit kesal. Hidupnya benar-benar tidak bisa diajak bernegosiasi sedikitpun. Semua sudah terprogram dan terencana dan tidak mungkin bisa ia langgar satupun. Atau semua akan kacau berantakan, dan berimbas pada perusahaan.

“Kalau begitu, tolong beritahu pada semua peserta yang ikut, meeting kita mulai sesampainya saya disana, ya. Saya tidak bisa menerjang macet.” keluhnya menyesal. Ia sama sekali tidak berniat bekerja tidak profesional, tapi dia benar-benar terjebak.

“Baik, pak.” kata Angel tenang dan sudah bersiap menyebar informasi melalui grup perusahaan yang beranggotakan lebih dari seribu orang.

“Terima kasih, ya.”

“Sama-sama, pak.”

Louis mengakhiri panggilan dan melempar ponselnya diatas dashboard sebagai pelampiasan rasa kesalnya. Ia lantas kembali menginjak pedal gas karena kendaraan didepannya sedang berjalan menjauh dari kap depan mobilnya.

Disudut lain, Angel mengulum senyumnya ketika menatap dua kotak transparan masing-masing berisi kue nastar dan kastengel. Karena beberapa waktu lalu Louis mengetahui pekerjaan sampingan nya sebagai penjual kue kering, ia berniat memberi si boss kue kering buatan tangan nya sebagai tanda terima kasih sudah bersedia sabar dan menerima dirinya bergabung di perusahaan pertelevisian ini.

Ia lantas memasukkan dua kotak transparan itu kedalam sebuah tas kecil berwarna biru langit, Tidak lupa juga menyelipkan sebuah sticky note kecil didalamnya bertulis ucapan terima kasih kepada sang atasan, lalu ia berjalan menuju ruangan Louis sambil menata dan membersihkan ruangan itu sebelum si penghuni tiba.

Ada satu perasaan yang tiba-tiba bergemuruh didalam dada Angel, namun ia tau dan sadar diri bukan disini ranahnya melepaskan perasaan. Mereka memiliki latar belakang yang berbeda. Biar dirinya saja yang mengagumi, tanpa perlu di ketahui. Biar dia saja yang menyimpannya rapi dalam hati.

Diletakkannya tas biru itu diatas meja. Ia tersenyum, membayangkan wajah Louis ketika melihat tas itu lalu memakannya disela sibuknya bekerja. Angel tersipu tanpa diminta.

“Oh, ayolah Ngel. Bukan disini tempat Lo. Mimpi Lo ketinggian.” gumamnya memperingati diri sendiri. “Sakit tau, kalau jatuh dari langit.” lanjutnya dengan senyuman masam, kemudian menata meja dan meletakkan jadwal Louis diatas tempat yang sama. Ah, jangan lupa menggeser sedikit tas biru itu agar dekat dengan jadwal Louis dan tidak terlewat oleh pandangan boss nya, lalu Angel berjalan kembali ke meja kerjanya.

***

Dengan langkah terburu-buru, Louis menuju tempat meeting yang ada di salah satu hall khusus yang memang dibuat untuk pertemuan bersama.

Kaki jenjang dalam balutan pantofel House Of Testoni hitam dengan ujung runcing, dan setelan abu-abu Desmon Merrion Supreme Bespoke yang melekat tubuh kekarnya itu segera meluncur tanpa basa-basi. Sesekali ia mengecek waktu, dan setiap detik yang terbuang, seperti neraka baginya.

“Shiiit!!!” umpatnya pelan karena kesal sudah terlambat empat puluh lima menit dari jadwal on time yang sudah disusun oleh sekretarisnya, Angel.

Begitu ia sampai didepan pintu kaca aula yang di peruntukkan untuk meeting kali ini, ia tak lagi mau menunggu atau sekedar membetulkan letak dasi nya. Yang ada di dalam otaknya hanya menebus waktu yang terbuang dengan materi inti yang harus ia sampaikan secara lugas dan tepat sasaran.

Tatapan tertuju padanya ketika langkah kakinya yang mengetuk lantai itu terdengar menggema. Ratusan pasang mata yang hadir disini tak lepas menyorotnya karena ini memang kejadian langkah bisa melihat boss mereka yang tampan dan berkharisma. Bisik-bisik kagum mulai tertangkap indra, namun tidak membuat Louis senang, melainkan sedikit terganggu. Ia tidak begitu suka di kagumi. Dia bukan artis.

Suara loud speaker aktif sedikit berdenging diawal, lalu terdengar suara moderator yang tak lain adalah Angel yang membuka acara. Selain Louis yang menarik Dimata kaum hawa, Angel memiliki tempat tersendiri di hati kaum Adam yang bernaung di perusahaan pertelevisian ini. Karena paras Angel yang memang cantik dan mampu menarik perhatian mereka yang melihatnya.

“Selamat pagi, para audience.”

Meeting berjalan sesuai keinginan Louis meskipun hanya singkat. Ada sedikit rasa tidak puas hingga Louis terpaksa harus meminta maaf kepada seluruh pegawai karena keterlambatannya. Dan kemudian ia tutup dengan ucapan penyemangat dan motto perusahaan yang diucapkan bersama-sama secara kompak.

Selesai dengan satu agendanya, Louis berjalan melewati lobby hendak menuju ruang kerjanya terlebih dahulu sebelum melanjutkan agendanya yang lain.

Angel yang berusaha menyamakan langkah, terpaksa sedikit berlari demi mensejajarkan diri untuk membaca serangkaian jadwal agar Louis tau meskipun di mejanya nanti, Louis juga bisa membacanya.

“Tolong buatkan aku teh tawar hangat ya, Ngel.” pinta Louis karena kehausan. Jujur ia menahan haus meskipun tadi di meja meeting tersedia air mineral yang tidak ia sentuh karena tergopoh-gopoh. Angel mengangguk meng-iyakan.

“Terima kasih.” ucapnya, kemudian mendorong pintu dan berjalan menuju meja kerjanya.

Louis pun dibuat terkejut akan kehadiran tas biru kecil diatas mejanya, didekat lembaran yang ia tau berisi jadwal kerjanya jari ini.

Louis memicing guna memastikan, namun nihil dan berakhir meraih tas biru kecil tersebut dan membukanya.

Senyuman terbentang ketika melihat isi dari tas kecil itu adalah kue kering nastar dan juga kastengel yang di susuk dalam kotak berbeda. Ia lantas meraih sticky note berwarna pink bertulis tangan dengan baju tersusun rapi dan indah berisi ucapan terima kasih dan di akhiri dengan emoticon senyuman dan nama si pengirim, Angel.

“Hah,” semburnya menghela nafas. “Setidaknya bisa aku makan saat bosan, nanti.” bisiknya untuk diri sendiri.

Louis meletakkan kue-kue itu didalam laci besar di bawah meja dengan senyuman masih merekah, kemudian duduk dan mulai menyalakan laptopnya.

Tak lama berselang, Angel muncul dengan secangkir teh tawar hangat sesuai yang dia inginkan.

“Makasih ya, Ngel.” tegur Louis yang membuat Angel sedikit terkesiap, lalu berusaha mengembalikan kesadaran. “Kue keringnya.” lanjut Louis melirik sekilas ke arah Angel yang meletakkan cangkir teh di sisinya.

“Semoga bapak suka.”

Louis mengangguk. “Aku bisa mengudapnya saat bosan bekerja.”

Angel mengangguk membenarkan niat Louis.

“Ah, apa nama kue itu?”

Angel celingukan mencari benda yang ia hadiahkan kepada atasannya itu. Melihat gelagat Angel, Louis membungkuk dan mengeluarkan dua kotak yang belum lama ia masukkan kedalam laci meja. Kemudian meletakkannya tidak jauh dari jangkauan penglihatan Angel.

“Yang ini nastar,” tunjuk Angel pada kue berbentuk setengah bola berwarna kekuningan dengan parutan keju diatasnya. “Kalau yang ini, kastengel.” tunjuk Angel pada kue kering yang bentukannya seperti persegi panjang kecil namun oval di bagian sudut-sudut, dengan parutan keju yang sama dengan kue nastar.

“Ah, boleh aku mencobanya?” tanya Louis meminta izin persetujuan.

Angel mengangguk antusias. “Silahkan, pak.” Ia bahkan membantu Louis membuka kotak nastar dan menyorongkan sopan tepat didepan Louis yang sudah terlebih dahulu memasukkan kastengel kedalam mulutnya.

Jantung Angel berdegup menunggu pendapat Louis tentang kue buatannya itu. Ia sampai meremas jemarinya sendiri, sangking gugupnya.

Lalu, Louis mulai meraih nastar dan memasukkan kedalam mulut. Ekspresi yang ditunjukkan lebih menakjubkan.

“Enak.” katanya tanpa ragu yang membuat Angel bisa menghirup nafas lega.

Ia lantas kembali tersenyum dan bertanya kepada atasannya itu. “Jadi, menurut bapak, recomended yang mana?” tanyanya, menarik atensi Louis untuk memperhatikan dua makanan berbeda di dalam wadahnya masing-masing. Mencoba melakukan penilaian setelah mencicipi. “Nastar, atau kastengel?” []

###

Boleh like dan komennya dong akak ...☺️

Terpopuler

Comments

nobita

nobita

klo aku sihh sukanya kue nastar...

2023-10-14

2

yumin kwan

yumin kwan

aku suka dua2nya Ngel...aku blh ikut icip ga? 😂

2023-01-06

2

jasmine

jasmine

Diam-diam mengagumi, diam-diam menyukai.... gak enak Angel....

2022-12-22

3

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Louis itu ...
3 Angel, si pekerja keras
4 Nastar Atau Kastengel?
5 Jantung Berdebar
6 Pesan Di Pagi Hari
7 Satu Keinginan
8 Hal Yang Tidak Bisa Di Pahami
9 Draft Masa Lalu
10 Rencana Weekend Selanjutnya
11 Bertemu Dengan Keluarga Hutama
12 Membuat Kue Dan Menjalin Keakraban
13 Toko Boneka
14 Dia Mantan (Gebetan) Terindahku
15 Meneroka Hati Yang Pernah Lantak
16 Nggak Apa-apa, Itu Wajar
17 Pengakuan Louis Tentang Masa Lalu
18 Sebuah Pertimbangan
19 Dekat Yang (tidak) Di Sengaja
20 Syok Berat
21 Penolakan Halus
22 Ajakan Menjadi Pacar ... ... Sementara
23 Bawa Aku Ke Duniamu, Aku Bosan Dengan Duniaku
24 Angkat Kaki, Pergi
25 Implikasi
26 Apartemen Angel
27 Tidak Buruk
28 Apartemen Angel 2
29 Baby?
30 Ungkapan Mengejutkan
31 Yes, Or No
32 Terlena
33 Masa Lalu Yang Diungkap Oleh Orang Lain
34 Bicara
35 Keputusan Untuk Sebuah Hubungan
36 Restu?
37 Kita Ke Surabaya, Besok
38 First Impression With Calon Mertua
39 Hari Pernikahan
40 Malam Pertama?
41 Ternyata, Siang Pertama
42 Ada Tamu
43 Permintaan Maaf
44 Bertemu Dan Bicara Lagi Dengan Mama
45 Hujan Dan Sebuah Keinginan
46 Sedang PMS kah?
47 Dua Garis Merah Tua
48 Rencana Memberitahu Mama Jenita
49 Kenyataan Pahit Yang Harus Diterima Angel Dan Louis
50 Mencoba Membuka Hati Yang Terkunci
51 Kunci Yang Terbuka
52 Usaha Berdamai
53 We
54 Kembali Seperti Seharusnya
55 Formasi lengkap Keluarga Hutama Dan Keluarga Rubel [END]
56 Nightfall
57 Can I Love You?
58 Recognize You
59 Novel Baru
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Prolog
2
Louis itu ...
3
Angel, si pekerja keras
4
Nastar Atau Kastengel?
5
Jantung Berdebar
6
Pesan Di Pagi Hari
7
Satu Keinginan
8
Hal Yang Tidak Bisa Di Pahami
9
Draft Masa Lalu
10
Rencana Weekend Selanjutnya
11
Bertemu Dengan Keluarga Hutama
12
Membuat Kue Dan Menjalin Keakraban
13
Toko Boneka
14
Dia Mantan (Gebetan) Terindahku
15
Meneroka Hati Yang Pernah Lantak
16
Nggak Apa-apa, Itu Wajar
17
Pengakuan Louis Tentang Masa Lalu
18
Sebuah Pertimbangan
19
Dekat Yang (tidak) Di Sengaja
20
Syok Berat
21
Penolakan Halus
22
Ajakan Menjadi Pacar ... ... Sementara
23
Bawa Aku Ke Duniamu, Aku Bosan Dengan Duniaku
24
Angkat Kaki, Pergi
25
Implikasi
26
Apartemen Angel
27
Tidak Buruk
28
Apartemen Angel 2
29
Baby?
30
Ungkapan Mengejutkan
31
Yes, Or No
32
Terlena
33
Masa Lalu Yang Diungkap Oleh Orang Lain
34
Bicara
35
Keputusan Untuk Sebuah Hubungan
36
Restu?
37
Kita Ke Surabaya, Besok
38
First Impression With Calon Mertua
39
Hari Pernikahan
40
Malam Pertama?
41
Ternyata, Siang Pertama
42
Ada Tamu
43
Permintaan Maaf
44
Bertemu Dan Bicara Lagi Dengan Mama
45
Hujan Dan Sebuah Keinginan
46
Sedang PMS kah?
47
Dua Garis Merah Tua
48
Rencana Memberitahu Mama Jenita
49
Kenyataan Pahit Yang Harus Diterima Angel Dan Louis
50
Mencoba Membuka Hati Yang Terkunci
51
Kunci Yang Terbuka
52
Usaha Berdamai
53
We
54
Kembali Seperti Seharusnya
55
Formasi lengkap Keluarga Hutama Dan Keluarga Rubel [END]
56
Nightfall
57
Can I Love You?
58
Recognize You
59
Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!