Seminggu berlalu aku pun keluar dari rumah sakit, di siang yang panas ketika itu aku baru sampai rumah dengan mobil milik Selena. Jujur saja aku merasa tidak enak padanya, karena ketika aku keluar rumah sakit saat itu bersamaan dengan Selena yang juga baru pulang dari sekolah. Kami saling bertukar pesan singkat dan dia bilang jika tidak apa - apa karena aku lebih membutuhkan mobil itu dari pada dirinya, ayah juga mendapatkan izin untuk menjemput ku lebih dulu dan membiarkan Selena pulang sendiri dengan taksi.
"Hai Luna" sapa kak Justin sambil membukakan pintu untukku, aku terkejut melihat kehadiran kak Justin siang itu di rumahku.
"Eeh kak Justin, kamu gak sekolah?" tanyaku penasaran lalu keluar dari mobil, kak Justin pun menutup pintu mobil.
"Aku baru pulang dan langsung menunggumu disini" jawabnya lalu tersenyum dengan senyum khas yang selalu menemaniku selama ini, aku pun membalas senyumnya lalu berjalan masuk ke dalam rumah.
Di sofa ruang tamu aku duduk dan melihat ayah dan kak Justin yang begitu sibuk memasukkan barang - barang ku kedalam rumah dan juga kamar, ibu memberikanku sup hangat untuk makan siangku dan aku langsung menyantapnya meski masih terasa panas. Tidak lama kak Justin duduk di sebelahku dengan mulut terbuka seakan ingin aku menyuapinya, aku tertawa lalu menyuapinya sesendok sup buatan ibuku.
"Gimana rasanya sup orang sakit? enak?" sindir ku padanya, kak Justin pun tertawa sembari mengunyah berbagai sayuran yang sempat aku suapi untuknya.
"Itu sup terbaik yang ibu buat, bukan hanya untuk orang sakit" timpal ibuku lalu memberikan mangkok berisi sup yang sama denganku kepada ayah dan kak Justin
Kami pun makan bersama dengan penuh canda tawa, hingga tiga puluh menit berlalu dan ayah segera berangkat kembali untuk bekerja di rumah keluarga Parker. Sedangkan ibu mencuci piring di dapur, sehingga kini hanya tersisa aku dan kak Justin. Setelah makan, entah kenapa kak Justin jadi lebih diam dari biasanya dan sepertinya dia sedikit melamun.
"Kok diam?" tanyaku padanya, benar dugaanku jika kak Justin melamun karena suaraku seakan mengejutkannya.
"Aaa yah... cuma bingung aja mau bicara apa, tentu basa - basi seperti tanya gimana keadaanmu akan membuat kamu bosan kan" jawab kak Justin dengan nada yang terdengar menyindir, aku cemberut menatapnya namun kak Justin hanya tertawa menanggapi cemberut ku.
"Aku sudah mendengar tentang penyakitmu dari tuan Parker, jadi aku tadi berpikir cara untuk membantumu sembuh meski itu hanya dari sebuah kata - kata dan tindakan. Karena hati yang bahagia akan menciptakan tubuh yang kuat" ucap kak Justin sambil tersenyum kepadaku, aku pun terpaku mendengar perkataannya.
Aku merasa mendapatkan kekuatan baru untuk menghadapi tantangan berikutnya, aku seakan semakin siap untuk menghadapi hari yang akan aku lewati untuk sembuh dengan berbagai obat - obatan, terapi, dan banyak hal lainnya yang sudah disiapkan tim dokter untukku.
"Terima kasih kak~" ucapku dengan penuh ketulusan dan rasa senang karena ucapan penguatnya untukku
Tapi....
Kekuatan itu sirna seketika tepat pada saat aku menginjak kelas tiga SMP semester kedua....
Dokter kembali mengatakan hal yang membuatku membatu dan membeku, setelah melewati semua proses penyembuhan yang penuh rasa sakit itu selama hampir tiga tahun ini... semua sia - sia... aku dinyatakan tidak dapat sembuh dengan perkembangan yang ada sampai hari ini.
"Sulit untuk mengatakan ini, tapi saran kami adalah untuk semakin meningkatkan intensitas pengobatan terapi dan juga agar Luna berhenti untuk sekolah dan mulai fokus pada penyembuhannya terlebih dahulu" ucap dokter Richard padaku dan pada kedua orang tuaku, ibuku pun menangis di belakangku.
"Jadi.... berapa lama lagi... aku bisa hidup, dokter?" tanyaku terbata
"Kamu akan hidup lama, ini bukan tentang...." belum selesai dokter Richard, aku memotongnya dengan bentakan.
"Aku sudah melewatkan banyak hal demi penyembuhan diriku!!! Jika memang aku tidak bisa disembuhkan, buat apa lagi aku fokus pada penyembuhan ku?!! ayah dan ibu sudah kehilangan banyak hartanya untuk hal sia - sia ini!!! Jadi sekarang katakan saja.... katakan... aku bisa hidup berapa lama lagi..?" bentakanku membuat suasana ruangan dokter Richard menjadi sunyi seketika
Aku dan dokter Richard saling menatap meski kami terdiam, air mataku pun tiba - tiba menetes begitu saja. Di tengah kegundahan hatiku itu, ibu memelukku dari belakang dan ayah mengelus - elus kepalaku untuk menenangkan ku. Tapi itu percuma... hatiku sudah sangat hancur mendengar hasil usahaku selama ini ternyata sia - sia, entah harus mengatakan apa lagi aku ketika itu karena aku pun sudah kehilangan semangatku untuk... hidup...
Kami pun pulang setelah aku memaksa untuk pulang dan tidak ingin mendengar lagi apa pun yang keluar dari mulut dokter Richard, meski aku tahu ayah dan ibu masih menaruh harapan agar aku sembuh. Namun aku sudah menolak untuk melakukan pengobatan dan memilih untuk terus menjalani kehidupan masa sekolahku sebisa mungkin dan.... sepanjang yang aku mampu...
Hari demi hari aku lalui dan di setiap harinya Selena dan kak Justin silih berganti datang untuk menghiburku, mereka mengkhawatirkan aku yang tiba - tiba kehilangan semangat untuk hidup. Jika aku menggambarkan diriku saat itu... aku seperti zombie yang bergerak karena instingku untuk melakukan kebiasaanku.
Senyumku hilang....
Emosiku hilang...
Aku berhenti dan menolak untuk bertemu dokter Richard...
Aku sudah tidak menikmati hidupku lagi sejak kehilangan rasa yakin akan kesembuhanku, yang aku selalu pikirkan saat itu hanyalah tentang.... kapan aku akan mati....
Rabu sore aku bertemu dengan salah satu dokter dari rumah sakit Scott yang berkunjung langsung ke rumahku, Dokter Ellie namanya. Dia datang secara khusus untuk menemui ku karena sudah empat bulan ini aku tidak pernah lagi kontrol kesehatanku, aku menemuinya diruang tamu bersamaan dengan kehadiran Selena yang saat itu menjengukku.
"Bagaimana kabarmu, Luna?" tanya dokter Ellie kepadaku, aku hanya diam dan memandangi wajahnya dengan ekspresi datar ku.
"Kamu sudah lama tidak kontrol, kami mengkhawatirkan kesehatan..." belum selesai dokter Ellie berbicara aku langsung berdiri dan memotong perkataannya dengan penuh emosi.
"Buat apa lagi?!! aku tidak akan sembuh!!! berhenti untuk menghasut ayah dan ibu untuk mengeluarkan uang lebih dari ini untuk hal yang sia - sia!!!" bentak ku begitu marah, entah kenapa emosiku mendadak memuncak melihat jas putih dokter itu.
Kami pun terdiam untuk beberapa saat sampai aku lari dari ruang tamu untuk masuk ke dalam kamar meninggalkan Selena dan dokter Ellie di sana, aku tahu tindakanku sangat tidak terpuji sore itu... tapi... aku sudah muak dengan semuanya... aku tidak ingin lagi membebani kedua orang tuaku untuk hal sia - sia, hanya itu yang ada didalam pikiranku.
Di dalam kamar aku menangis sejadi - jadinya, membenamkan wajah di bantal untuk meredam tangisanku agar tidak satu pun di rumah ada yang mendengar. Tangisanku terhenti ketika mendengar suara ketukan pintu kamar, aku menoleh menatap pintu yang perlahan terbuka dan aku melihat Selena mengintip ku dari celah pintu. Aku kembali membenamkan wajahku di bantal dan suara langkah dua orang terdengar masuk ke dalam kamar.
"Mau apa kamu masuk ke kamarku?!" tanyaku dengan bentakan
Tanpa melihat pun aku tahu jika suara langkah kaki yang bersama dengan langkah Selena adalah dokter Ellie, perlahan aku merasa jika dia duduk tepat dipojok kasurku lalu mengelus kepalaku dengan lembut. Aku terkejut dengan sentuhan itu, selama ini hanya ayah, ibu, dan kak Justin yang pernah mengelus kepalaku dengan lembut seperti ini.
"Luna, bagaimana sekolahmu akhir - akhir ini? apa menyenangkan?" tanya dokter Ellie terdengar lembut
"Apa peduli mu?!! pergi!!!" bentak ku lagi
"Selena bilang saat disekolah dulu kamu adalah anak yang periang, tapi sejak pemeriksaan terakhirmu... membuat semua teman - temanmu disekolah kini tahu akan penyakitmu dan mereka semua khawatir... karena itu aku bertanya tentang sekolahmu" terdengar menenangkan suara dokter Ellie menimpali bentakanku, dia seakan tidak terpancing sama sekali dengan setiap tindakanku yang pasti menyakiti hatinya.
"Semua baik - baik saja sampai si dokter itu bilang tidak ada perkembangan dari kesehatanku!! Terus gimana aku bisa menikmati masa sekolahku?!!" masih dengan bentakan aku mengatakannya, namun suara tawa dokter Ellie membuat aku mengalihkan pandanganku menatapnya.
"Luna, apa ada cowok ganteng dikelas mu? atau kakak kelas dan mungkin adik kelas yang kamu taksir?" tanya dokter Ellie dengan senyum menatapku
"Hah?" tanyaku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments