"Kenapa jadi begini?! kenapa Naomi malah menantang Selena?!!" gumamku begitu panik, namun aku tidak berani untuk keluar dari persembunyianku. Aku hanya bisa terus menatap punggung Selena dan wajah Naomi yang terlihat begitu siap untuk jambak - jambakan lagi seperti biasanya.
"Hah?!! apa maksudmu?!! kamu ini bodoh atau gimana?!!" bentak Selena yang aku dengar begitu bingung dengan sikap Naomi
Jujur saja bentakan Selena semakin membuat aku panik, bagaimana tidak.... sebuah acara yang seharusnya menjadi ajang untuk saling bermaafan dan memperbaiki hubungan malah menjadi acara untuk semakin memperkeruh keadaan. Selena juga malah membentak Naomi dan bukannya menjelaskan tentang kesalahpahaman itu, "Duuh... Selena, pantas saja kamu gak punya teman selain aku" gumamku lagi dengan begitu menyesal.
"Surat ini!! kamu menantang ku kan?!!" tidak kalah galak saat itu Naomi membalas bentakan Selena, aku pun berusaha melihat surat yang Naomi tunjukkan kepada Selena.
Saat itu aku merasa ucapan Selena tidak sepenuhnya salah tentang Naomi, aku ingin tertawa namun takut keberadaan ku diketahui oleh Naomi. Ternyata kesalahpahaman itu disebabkan karena Naomi tidak membuka isi surat yang aku kirimkan, dengan persepsinya sendiri Naomi menyimpulkan isi dari surat yang dia terima.
"Kamu bodoh ya!! buka dulu isi suratnya dan baca!!" bentak Selena lagi
"Buat apa aku baca?! aku masih tidak pandai membaca!!" bentak Naomi begitu marah
"Hah?!! kamu kan sudah umur enam tahun, kenapa masih tidak bisa membaca?!!" tanya Selena namun suaranya masih terdengar membentak
"Itu bukan urusanmu!! sekarang ayo sele..." belum selesai Naomi berkata, tiba - tiba aku melihat Selena menunjukkan kue coklat yang sedari tadi dia sembunyikan di belakang tubuhnya.
Keduanya pun terdiam dan aku melihat ekspresi wajah Naomi yang berubah seketika saat Selena menunjukkan kue coklat itu, aku sangat ingat dengan ekspresi wajah Naomi yang terkejut itu. Seakan ingin mengucapkan sesuatu namun suaranya seperti tertahan di tenggorokan, aku pernah berada di kondisi itu ketika ayah dan ibu memergoki aku mengacau di dapur rumah.
"Gencatan senjata" celetuk Selena memecah keheningan, suaranya terdengar bergetar dan aku yakin dia sangat malu untuk mengucapkannya di hadapan Naomi.
"Aah... Eeh... ii... yaa... ayo berteman..." terbata Naomi menimpali celetukan Selena
Senyumku pun merekah mendengar apa yang Naomi ucapkan, aku ingin berlari ke tengah - tengah mereka dan memeluk keduanya. Namun aku yakin, jika aku melakukannya maka suasana akan menjadi sangat canggung. Dengan mengendap - endap aku beranjak pergi dari sana untuk memberikan ruang pada Selena dan Naomi agar lebih bisa mengenal satu dengan lain, namun ditengah perjalananku menuju rumah keluarga Parker.... tiba - tiba hidungku mengeluarkan darah yang cukup banyak....
"Haah? darah apa ini?" tanyaku sembari menatap tanganku yang menadahi setiap tetesan darah yang keluar dari hidungku
"Luna!!" teriak ayahku dari kejauhan, perlahan tatapan mataku beralih menatap ayah yang berlari mendekatiku dengan wajah panik.
Seketika itu pengelihatan ku menjadi kabur dan aku pingsan....
Aku tidak terlalu ingat momen setelahnya... aku jatuh sakit dan suhu tubuhku mendadak tinggi. Aku dirawat di rumah sakit Scott untuk waktu yang cukup lama, meski pada saat itu aku tidak tahu seberapa lama sebenarnya aku jatuh sakit. Aku baru menyadari ketika aku sehat dan pulang ke rumahku, aku absen untuk waktu yang cukup lama.... tiga bulan empat hari aku dirawat di rumah sakit...
Kak Justin yang menjadi kakak kelas dan juga tetangga di sebelah rumah yang memberitahuku, ketika itu dia datang ke rumahku untuk menjenguk. Dia datang dengan wajah yang menunjukkan seberapa khawatirnya dia kepadaku, dengan membawa sebuah keranjang buah dia masuk ke dalam kamarku bersama dengan kedua orang tuanya. Kak Justin adalah tetangga yang menjadi teman dekatku di kompleks perumahanku, tak jarang ketika pulang dari keluarga Parker aku memilih untuk bermain bersama kak Justin.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya kak Justin dengan senyuman khasnya ketika kami bertemu, aku pun tersenyum membalas senyumnya kepadaku.
"Lemas~ aku masih tidak bisa beraktifitas meski sudah keluar dari rumah sakit" jawabku dengan manja, dia lalu berjalan mendekatiku dan duduk di sebelah kasurku.
"Cepat sembuh ya, rasanya kompleks rumah kita jadi sepi sejak kamu tidak ada selama tiga bulan ini" ucap kak Justin sembari mengelus kepalaku dengan lembut, aku pun terkejut mendengarnya.
"Eeeh? benarkah selama itu? aku pikir itu cuma berlangsung beberapa hari saja" tanyaku memastikan apa yang dikatakan kak Justin adalah kebenaran, dengan anggukan kepala kak Justin menjawab pertanyaanku.
Sontak aku mengalihkan pandangan mataku menatap ayah dan ibu yang sedang berbicara dengan kedua orang tua kak Justin.
"Ibu ayah, benarkah aku sudah tiga bulan ini dirawat di rumah sakit?" tanyaku penasaran, sontak pertanyaanku itu menarik perhatian kedua orang tua kami.
"Tiga bulan empat hari lebih tepatnya" timpal kak Justin datar, aku menoleh menatap kak Justin dengan ekspresi cemberut ku.
"Serius? ada tambahan empat hari?" tanyaku lagi begitu terkejut
Aku tidak mengira aku akan dirawat selama itu, dalam benakku pun mulai berpikir tentang penyakit apa yang aku derita sampai harus dirawat selama itu. Namun mungkin kekhawatiranku itu tidak dapat dirasakan oleh kak Justin, di umur kami yang masih tergolong anak - anak itu pikiran tentang penyakit keras yang mungkin bisa mengakibatkan kematian sungguh tidak masuk diakal.
"Luna... yang penting kamu sekarang sehat, tidak usah berpikir berlebihan" ucap ibuku dengan senyumannya yang merekah menatapku, namun aku merasa ada hal lain yang ibu sembunyikan dari nada bicaranya.
Tapi saat itu aku tidak mau terlalu memikirkannya, kak Justin juga dengan begitu semangatnya menemaniku bercerita hal - hal seru yang mampu membuatku tertawa terpingkal - pingkal sehingga aku melupakan apa yang baru saja mengganggu pikiranku. Ketika itu.... aku berharap semua akan baik - baik saja....
Delapan hari sesudahnya aku pun kembali masuk ke sekolah, seperti hari - hari biasanya aku ikut ayah dengan mobil milik Selena untuk menjemput Selena di rumah keluarga Parker. Didepan pelataran rumah aku melihat Selena sudah menungguku datang bersama ayah, dia berlari cukup kencang lalu membuka pintu penumpang belakang dengan begitu semangat.
"Luna!!!! kangen!!!!" teriak Selena tepat didepan wajahku, aku terkejut sampai - sampai tidak mampu lagi berkata apapun.
Tangan Selena langsung memeluk tubuhku begitu erat sampai membuatku kesakitan, namun sepertinya Selena begitu merindukanku hingga dia tidak ingin melepaskan pelukannya. Perlahan tanganku pun aku arahkan untuk memeluk balik Selena, aku usap - usap punggungnya dan aku merasakan getaran hebat ditubuhnya. Jujur saja saat itu aku heran "apakah sampai seperti itu Selena merindukanku?" tanyaku dalam hati ketika aku merasakan jika Selena menangis di pelukanku.
"Lama banget kita gak ketemu~" celetuknya dengan suara yang terdengar serak karena menangis
Aku tidak bisa berkata - kata saat itu karena aku sangat memahami jika Selena sangat mengkhawatirkan ku, selama ini aku tidak pernah melihatnya memiliki teman selain aku dan mungkin karena itu aku merasa memiliki beban untuk mencarikannya teman selain aku. Entah lah.... aku merasa pemikiranku lebih dewasa daripada kebanyakan anak seusiaku...
Setelah suasana haru itu berangsur mereda... kami mulai ceria kembali, sesekali aku mendengarkan cerita Selena tentang semua hal yang aku lewatkan karena sakit. Mulai dari PR, teman - teman sekolah, guru, dan bahkan kejadian - kejadian unik disekolah kami. Seharian aku menjalani kehidupanku dengan normal dan seakan tidak pernah ada kejadian aku dirawat di rumah sakit hingga tiga bulan berturut - turut, dengan ceria aku melewati hari itu selayaknya anak - anak pada umumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments