Hari - hari berikutnya aku lewati dengan tidak baik, aku yang saat itu masih anak - anak masih tidak dapat memahami kenapa aku sering pingsan dan mimisan. Aku sering kali melewatkan masa sekolahku karena harus keluar - masuk rumah sakit dan dalam jangka waktu yang tidak tanggung - tanggung.... sekali masuk aku bisa satu sampai dua bulan berada di rumah sakit Scott.
Menjelang ujian kelulusan sekolah dasar aku pun mulai semakin dewasa, aku juga sering bertanya pada ayah dan ibu tentang kondisi kesehatanku namun mereka mengatakan jika yang aku alami adalah hal yang normal sebagai salah satu tanda jika aku semakin besar. Tapi kebohongan itu tidak akan mampu untuk ditutupi terus - menerus dan aku sudah mulai sadar jika kesehatanku memang sedang tidak baik - baik saja.
Di hari kelulusanku aku mendapatkan berita baik dan buruk dalam satu waktu yang bersamaan, di pagi hari aku dan Selena bersuka cita karena kami lulus dengan nilai yang baik meski aku jarang bersekolah dan sore harinya.... sesuatu yang membuatku sadar akan kondisi kesehatanku yang sesungguhnya harus aku dengar saat itu juga.
Diruang dokter pada sore itu.... bersama dengan ayah dan ibu...
Aku duduk tepat di depan dokter yang menangani kesehatanku dari awal aku masuk sampai sekarang... namanya Dokter Richard...
Seorang pria berusia mungkin tiga puluhan saat itu, dia berkata padaku jika aku menderita penyakit keras dan harus mendapatkan penanganan medis yang berkelanjutan. Aku tidak tahu apa artinya... tapi yang ada di kepalaku saat itu hanya "Aku akan mati muda..."
Dokter itu menjelaskan sedemikian rupa namun telingaku seakan sudah tidak berfungsi dengan baik, tapi sepertinya saat itu ayah dan ibu sangat yakin jika aku akan berhasil sembuh setelah mendengar dokter di depanku ini berbicara panjang lebar tentang apa - apa saja yang harus dan tidak boleh aku lakukan sepanjang aku dirawat olehnya.
Air mataku tidak kuasa aku tahan dan akhirnya menetes lah satu demi satu air mata itu membasahi tangan dan pahaku, setelah itu aku melihat jika dokter Richard berhenti untuk menjelaskan dan tatapan matanya kini menatapku begitu dalam dengan sedih. Perlahan dokter Richard datang mendekatiku lalu duduk tepat di depanku dan menggenggam kedua tanganku, mata kami bertemu sangat dalam namun aku masih membatu.
"Apa pun jenis pengobatannya, jika pasien tidak memiliki semangat hidup maka semua akan sia - sia. Ayo bantu aku untuk membuatmu kembali sehat agar kamu bisa menikmati kehidupan indah mu kedepannya" ucap dokter Richard di hadapanku
Aku menangis sejadi - jadinya ketika mendengar perkataan dokter Richard, entah berapa kali aku berteriak saat itu menyesali apa yang sedang aku alami. Namun saat itu aku masih dapat mempertahankan rasa optimis ku dan mengatakan pada diriku sendiri "Aku pasti akan sembuh!" sembari terus menjalani semua pemeriksaan dan pengobatan yang sangat menyakitkan itu.
Kelas satu SMP aku menjalani hari - hariku dengan penuh siksaan, berbagai terapi medis aku lakukan sampai aku tidak peduli apa namanya, prosesnya, dan rasa sakit yang akan aku derita. Aku masih berkeyakinan akan sembuh suatu saat nanti, namun.... hingga aku naik kelas dua SMP semua berubah...
Tubuhku melemah...
Aku pingsan ketika berada di dalam kelas saat sedang pelajaran berlangsung...
Dan lagi - lagi ketika aku tersadar.... aku sudah kembali di rumah sakit...
"Dimana aku...?" gumamku saat itu ketika akhirnya aku sadar dari pingsan ku, aku mendengar suara langkah kaki mendekat dan ternyata saat itu Selena yang menjagaku.
Selena dengan penampilannya yang masih tomboi walau sudah menginjak SMP selalu dengan setia menemaniku melewati hari - hari yang begitu berat untukku.
"Luna... kamu sadar? aku panggilkan dokter dulu ya..." suara Selena terdengar begitu sedih di telingaku, meski aku tidak sempat untuk melihat wajahnya namun aku yakin dia sedang menangis saat itu.
Tidak lama dokter pun datang bersama beberapa perawat untuk memeriksakan kesehatanku, kata dokter kondisiku stabil dan dia menyarankan aku untuk lebih sering beristirahat. Ketika dokter dan para perawatnya keluar, kini aku hanya berdua dikamar itu bersama Selena. Kami terdiam... Selena seakan tidak ingin kembali mendekatiku... mungkin karena pada akhirnya dia tahu tentang kondisi kesehatanku...
"Selena...." gumamku memanggilnya, aku yakin dia meminta penjelasan tentang kenyataan yang baru dia ketahui
Namun Selena tidak menjawab ku, aku hanya mendengarnya menangis begitu pilu. Ingin aku mendekatinya dan memeluknya namun seluruh sendi - sendiku terasa begitu sakit dan nyeri ketika bergerak, aku sampai harus menguatkan hatiku sendiri untuk membiarkan Selena menangis begitu memilukan di dalam kamarku karena tangisan itu membuat aku semakin berat untuk segera pergi meninggalkannya sendiri....
Kami seperti itu hampir dua jam, Selena masih menangis sedangkan aku hanya terdiam hingga bantalku terasa begitu basah karena air mataku. Hingga akhirnya ayah dan ibuku datang bersama dengan kedua orang tua Selena, tidak lama kedua orang tua Selena pun mengajaknya untuk pulang.
Aku sempat mengobrol beberapa saat dengan ayah dan ibu sampai tiba - tiba aku kembali tertidur karena efek obat yang masuk lewat infus ku, namun ditengah proses aku tidur aku mendengar suara ibuku menangis begitu pilu seakan menggantikan suara tangis Selena. Suara tangisan ibu berangsur - angsur tidak terdengar dan menghilang begitu saja, sampai tiba - tiba aku terbangun di siang hari yang cerah.
Begitu mataku terbuka, aku melihat Selena berdiri di sebelahku sedang mengganti bunga yang berada di dalam vas di sebuah meja. Mata kami bertemu dan aku melihat ekspresi terkejut Selena menatapku yang baru bangun dari tidur, tapi kami masih saling terdiam untuk beberapa saat.
"Selena..." gumamku untuk mencairkan suasana, namun Selena membuang muka lalu meneruskan kegiatannya.
Dia tidak menjawab ku sama sekali bahkan sampai dia selesai mengganti bunga dalam vas dan membuang bunga yang sudah layu ke dalam keranjang sampah, aku mencari remote lalu menekan tombol agar menaikkan sandaran kasurku agar lebih tegak supaya aku dapat menatap Selena yang duduk di sofa tepat di hadapanku. Aku menatapnya dengan penuh amarah, begitu pula Selena yang juga menatapku penuh amarah.
"Apa - apaan ini?! kenapa kamu marah padaku?!!" tanyaku dengan bentakan
"Kamu yang apa - apaan?!! kenapa kamu tidak jujur tentang kondisi kesehatanmu?!!!" tanya balik Selena dengan bentakan pula
"Aku cuma tidak ingin membuatmu khawatir!!" jawabku dengan bentakan
"Bukan begitu caranya untuk membuatku tidak khawatir!!!" timpal Selena dengan bentakan
"Lalu dengan cara apa?!! kamu yang membuat aku tidak sampai hati untuk mengatakan yang sebenarnya!!" kali ini bentakanku seakan mampu untuk membungkamnya dan ini menjadi pertama kalinya aku berhasil menang debat dengannya, tapi ekspresi wajahnya yang tiba - tiba berubah menjadi sedih itu membuat aku tidak senang dengan hasil yang baru aku capai....
"Jadi begitu ya... apa karena aku bilang aku tidak punya teman selain kamu? atau karena aku bilang aku tidak bisa bergaul dengan orang lain selain kamu? atau karena...." ucapan Selena yang begitu sedih aku potong karena aku tahu kemana arah pembicaraan ini.
"Cukup Selena!! jangan kamu teruskan ucapanmu!!" bentak ku meminta Selena untuk diam, perlahan kini pandangannya menunduk menatap meja.
"Atau karena... ucapanku dulu yang mengatakan jika aku tidak ingin punya teman karena aku berfikiran jika mereka akan berkhianat dan juga mengatakan jika sekolah itu hanya tempat berkumpulnya orang yang ingin memanfaatkan orang lain? atau karena ucapanku yang bilang kalau aku tidak ingin bergaul dengan mereka dan tidak membutuhkan mereka karena alasanku itu?" tanya Selena lagi seakan menekan ku, kami pun terdiam lagi untuk beberapa saat.
Ketika itu aku teringat kejadian ketika kami masih di sekolah dasar, ketika Selena di bully habis - habisan karena bermasalah dengan salah satu teman sekelas kami yang juga salah satu teman akrab kami berdua. Hanya karena Selena tidak ingin memberikan jawaban dia tega melakukan hal keji itu pada Selena, tidak sampai disana... aku yang saat itu membantu Selena pun harus terkena dampaknya.
"Selena... apapun alasannya.... aku cuma tidak ingin membuatmu khawatir, hanya itu..." celetukku ditengah kebisuan kami
"Aku sudah memiliki teman selain kamu sekarang... aku dan Naomi kini sudah sangat dekat, jadi berjanjilah sama aku... tidak ada lagi rahasia diantara kita... kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun dariku karena aku sudah baik - baik saja berkat kamu..." ucap Selena dengan air mata yang begitu deras mengalir membasahi kedua pipinya
Sejenak aku merasa lega dengan perkataan Selena, entah karena dia mengatakan semua akan baik - baik saja atau karena kenyataan jika akhirnya Selena punya teman lagi sejak dia merasakan kenangan pahitnya bersama teman sekolah kami... aku tidak tahu...
Aku hanya menjulurkan kedua tanganku memberi tanda pada Selena agar dia mendekatiku untuk memeluknya, Selena berlari mendekatiku dan memelukku begitu erat. Kami pun menangis bersama dalam pelukan masing - masing....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments