......................
"Ehm ...!"
Gadis yang terbaring lesu diatas kasur itu mulai membuka matanya, dia Fasya, hanya mata yang bisa dia buka karna mulutnya sedang tersumpal oleh kain, diikat sangat ketat.
Membuka ikatan itu juga tidak mungkin, karna tangan dan kaki Fasya juga terikat kuat, dia disandera di sebuah ruangan yang besar, tampilannya mirip sebuah hotel?
Hotel?!
Fasya membesarkan matanya saat dia mengingat hal lainnya, saat dia ingat satu hal dengan pasti bahwa hal yang terakhir kali dia ingat adalah Dimas kekasihnya membawanya ke sebuah hotel demi menodainya.
Tak cukup hanya mencoba menodai tubuh Fasya, Dimas juga menghancurkan kepercayaannya, mengkhianati cinta gadis lugu ini, padahal ternyata Dimas sudah berpacaran dengan Sena.
Fasya takut, air mata langsung jatuh dari ekor matanya, jika diingat kembali itu teras menyakitkan.
Fasya kemudian merinding, saat dia mengingat bagaimana Dimas mencoba memaksanya, Dimas hanya ingin tubuh Fasya, pria itu sama sekali tidak mencintai gadis ini.
Tubuh Fasya gemetar saat dia kembali teringat wajah dan sentuhan yang mengerikan dari Dimas.
Dia sudah cukup terluka dengan hatinya yang dikhianati, kepercayaannya yang rusak. Traumanya tentang hubungan bukan hanya sembuh, melainkan semakin buruk.
Apa aku masih perawan?
Fasya memikirkan hal itu, dia tidak sadarkan diri berapa lama, apa dia masih baik-baik saja?
mungkin iya.
Karna Fasya tidak merasakan apa-apa di tubuhnya, tidak ada nyeri di area sensitifnya, tidak ada pinggang yang sakit atau otot yang pegal, mungkin hanya tangan dan kaki saja yang agak perih karna ikatan kuat itu, atau karna kain yang disumpal membuat Fasya menjadi sedikit sesak nafas.
Fasya mencoba tetap tenang, jika dia panik, dia yang mungkin akan terluka.
Dan
Jalan keluar, Fasya ingin mencoba mencari jalan keluar.
Fasya mengedarkan pandangannya, melihat apakah ada celah agar dirinya bisa minta tolong atau kabur?
Brak!
Tapi sepertinya tidak, takdir dan dewi keberuntungan tidak dipihak Fasya sekarang, belum sempat dia memikirkan rencana kabur, tapi pintu itu sudah terbuka.
Fasya bisa melihat seorang pria berjas hitam, rambut hitam berjalan mendekat dengan langkah yang penuh aura dan tekanan.
Pria itu berjalan terus mendekat, dengan mata setajam elang, bibir yang mengatup, terlihat dingin dan menyeramkan.
Melihat pria itu, Fasya jadi mengingat-ingat saat dia pingsan, sebelum dia pingsan karna bius, samar-samar dia mengingat percakapan jual beli antara Dimas dan seseorang.
Apakah Fasya benar-benar dijual? Apakah Fasya sungguh dijual kepada orang ini?
Pria itu berjalan mendekat.
Semakin dekat, hingga dia duduk dihadapan Fasya dengan raut wajah tak berubah, pandangan datar tanpa nafsu seperti Dimas.
Tapi meski dia tampak tak bernafsu, Fasya tetap merasa ketakutan, dadanya sesak, matanya tak berhenti mengeluarkan bulir hangat, bahkan air mata keluar semakin deras dari dasarnya.
Fasya takut.
Dia takut pada pria di depannya.
Fasya sudah dijual, dan pria ini sudah membelinya, lantas bagaimana sekarang? Bukankah akhirnya Fasya sudah tau, mungkin kehormatan yang selama ini dia jaga dengan susah payah malah terbuang sia-sia ditangan pria asing yang tidak dikenalnya.
Harusnya tubuh Fasya miliknya sendiri, tapi bagaimana Dimas bisa segila itu menjual Fasya dengan gampangnya merasa tak berdosa? Padahal di tidak berhak atas satu inci pun bagian tubuh Fasya.
Dimas memang bajingan yang gila, mengingat itu Fasya jadi murka. Nama Dimas bukan lagi melambangkan kebahagiaan, melainkan penderitaan.
Tidak ada lagi cinta untuk Dimas, yang ada hanya kebencian yang berapi-api dan begitu membara di hati Fasya.
"Siapa nama mu?"
Pria itu membuka ikatan kain yang menyumpal mulut Fasya.
Bukannya menjawab, Fasya hanya diam, dia terus menatap lantang mata pria itu, walau dia takut, dia tidak ingin menunjukkannya.
"Jangan buat aku mengulangi pertanyaan yang sama." Pria itu menatap Fasya sinis, alisnya yang tebal, mata sayu dengan bulu mata yang lentik membuat tatapan matanya semakin tajam.
"Fasya. Lepas, aku mohon lepaskan aku, aku tidak ingin menjadi budak pemuas nafsu siapapun."
Pria itu menatap Fasya dari atas sampai bawah, dia terus memperhatikan sang gadis dengan seksama.
Fasya sebagai objek tatapan tajam dan dingin itu merasa gemetar, dia takut, rasanya dia dikunci hanya dengan tatapan itu.
"Aku sudah mendapatkan mu, aku tidak tertarik menyentuh mu. Selain jelek, kau juga rata." Dia perlahan membuka ikatan ditangan Fasya. Pelan-pelan dengan hembusan nafas itu.
Mungkin karna masih trauma pada Dimas sebelumnya, Fasya jadi gemetar hanya dengan sentuhan-sentuhan kecil.
Haruskah Fasya bahagia? Dia baru dihina terang-terangan dengan wajah yang katanya jelek, dan tubuh yang buruk? Tapi karna alasan itu saat ini Fasya berhasil menjaga kecusiannya kan? Sepertinya untuk kali ini Fasya harus mengakui dia bahagia menjadi jelek dimata pria ini.
"Tapi aku membutuhkan seorang pengasuh untuk anak ku. Jika kau bekerja dengan ku, aku akan memberi mu tempat tinggal, gaji yang cukup, dan menjamin keamanan mu. Kau bersedia?" Lanjut pria itu lagi.
Dia menatap Fasya lekat, setelah dia membuka ikatan itu.
"Aku? Jadi pengasuh?" Fasya menunjuk dirinya sendiri, dia yang tidak tau apa-apa soal anak-anak, atau pengalaman dengan anak-anak malah diminta menjadi seorang pengasuh? Dia hanya gadis 21 tahun yang jangankan akrab dengan anak-anak, umumnya anak-anak menjauh darinya.
"Ya, mengasuh anak ku yang berusia enam tahun. Untuk pengasuhnya, 20 juta adalah gaji yang aku janjikan setiap bulannya, dengan tempat tinggal dan makanan yang terjamin."
Fasya diam sebentar, dia sedang berpikir serius. Kalaupun dia kembali ke rumahnya saat ini, mungkin saja Dimas akan mengganggunya lagi, melaporkan Dimas tanpa barang bukti juga sebuah kebodohan, bisa-bisa nanti malah Fasya yang akan dituduh menggoda Dimas. Dimas ahlinya berakting dan melakukan playing victim.
Untuk sekarang, sampai suasana hati Fasya tenang, atau sampai dia lebih santai, Fasya harus menjauh dari Dimas.
Tapi, apa ikut dengan pria ini adalah jalan keluarnya?
Tapi sepertinya pria ini cukup meyakinkan, sepertinya dia orang hebat, kan? Apalagi gajinya sangat besar, hanya dengan bekerja satu tahun Fasya bisa membuat sebuah usaha sendiri. Dia bisa membuat tokonya sendiri, dan hidup mandiri tanpa satu pria dalam hidupnya.
"Baiklah, saya setuju! Saya akan bekerja sebagai pengasuh anak anda."
"Liam, urus segalanya. Barang-barang dan surat kontrak dengan perempuan ini." Pria itu berbalik, berjalan pergi begitu saja meninggalkan Fasya.
Tapi, saat itu juga ada seorang pria berambut coklat gelap masuk. "Baik Tuan, siap laksanakan." Dia menunduk patuh.
"Nona, silahkan ikuti saya." Pria itu, Liam namanya, untuk sementara Fasya menduga Liam adalah bawahannya pria itu yang bahkan sampai sekarang tidak Fasya ketahui namanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Ana
semoga menjadi pengasuh pilihan yang tepat buat fasya
2022-12-12
2
Park Kyung Na
💪💪
2022-12-04
0
J. Jeannette
tulisannya rapi dan mudah di cerna, semangat othor🤗
2022-11-29
1