4. PUKULAN TELAK

Tuan Samyokgie membuka matanya ketika mendengar pintu kamarnya diketuk orang beberapa kali. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11.00. Sudah cukup lama dia tidur.

Seorang pemuda dengan mengenakan jas dan dasi blue black berdiri dengan sabar di depan pintu. Menunggu respon dari dalam kamar.

"Pagi, Pa," sapa pemuda itu sopan ketika Samyokgie membuka pintu kamarnya.

"Lho kamu sudah di rumah, kapan pulang?" Tanya Tuan Samyokgie muncul di depan pintu masih mengenakan pakaian piyama.

"Tadi malam. Papa dan Mama tidak ada jadi Radit langsung tidur aja capek," jawab pemuda bernama Radita itu.

Tuan Samyokgie menggaruk-garuk rambutnya sambil melirik ke kamar di depannya. Kelihatan masih tertutup rapat. Radita tidak mungkin masuk ke sana karena itu kamar khusus untuk tamu. Berarti dia belum tahu Cytra dia sembunyikan disana.

'Sembunyikan? Oh tidak. Kalau dengar anak tomboy itu bisa tersinggung dan ngamuk lagi nanti.'

"Papa...Radit mau ngecek hotel sebentar. Sudah satu bulan Radit tidak kesana. Silahkan Papa tidur lagi kalau masih mengantuk," kata Radita kemudian.

Anak itu tahu bahwa Papanya sering kelayaban kalau malam sejak Mamanya, Prama Agustin meninggal dunia. Sedang kalau siang sibuk bekerja. Mama Vionita hampir tak pernah dijamah.

"Oh iya, Pa...Mama Vionita kemana. Kok tidak kelihatan?" Tanya Radita.

"Sudah tidak usah mikir dia," ucap Tuan Samyokgie ringan.

Setelah mencium tangan papanya Radita pun berjalan keluar lewat pintu samping. Karena garasi mobil ada disana.

"Dit...Dit! Sebentar Papa mau bicara."

Radita yang sudah sampai pintu keluar terpaksa kembali lagi mendekat ke Papanya.

"Nanti tidak usah lama-lama di hotel. Papa ada rapat di kantor pusat hari ini. Kamu wakili ya. Papa lagi ndak enak badan," kata Tuan Samyokgie.

"Siap bos!" Seru Radita dengan mengangkat tangannya.

"Ah kamu!" Samyokgie menepuk bahu Radita yang tingginya hampir sama dengan badannya yang tegap itu.

Selepas Radita menghilang Tuan Samyokgie melirik lagi ke kamar khusus itu. Hasratnya bangkit seiring adik kecilnya yang mengeras. Tapi nanti dululah. Toh Cytra juga belum bangun. Karena tidak terdengar apa-apa dari dalam kamar itu.

Di dalam kamar mandi Tuan Samyokgie kembali membayangkan tubuh Cytra. Gaya 'bermain' gadis itu benar-benar mirip dengan Agustin. Dia sangat menyukainya. Ibaratnya semua yang dimiliki Agustin, ada pada diri gadis itu.

Sangat sempurna!

#FlASBACK ON

Seandainya Agustin masih hidup tak mungkin ada Vionita di rumahnya. Kedua wanita itu sama cantiknya. Tetapi Samyokgie hampir tak punya hasrat sama sekali dengan Vionita. Bayang-bayang Agustin selalu membayang di benaknya setiap saat.

Maka Sejak menikah dengan Vionita dia hanya sekali menjamahnya. Setelah itu Vionita dibiarkannya tidur sendiri di ranjangnya. Samyokgie selalu menghindar untuk bertemu. Apalagi ngobrol. Hampir tak pernah suami-istri itu duduk berdua.

Alasan Samyokgie selalu mengatakan dalam hati bahwa dia belum bisa melupakan Agustin.

Daya pikat Agustin begitu kuat kepada Samyokgie. Hingga pada hari-hari terakhirnya dia pun menolak istrinya memintanya untuk menikahi Vionita.

"Maafkan aku. Aku sangat mencintai mu Mama. Kalau aku menikah dengan Vionita aku tidak bisa," ucap Samyokgie.

Kondisi Agustin saat itu sudah sangat lemah. Dan tubuhnya makin menyusut karena penyakit kanker. Agustin sering memanggil Vionita ke rumah. Untuk menghibur suasana jiwanya yang semakin mencekam. Karena sudah divonis dokter hanya kurang dari setahun bisa bertahan hidup.

"Mungkin karena masih ada aku. Jadi kamu sulit jatuh cinta pada Vionita, kan?" Tanya Agustin.

Tanpa menjawab pertanyaan itu sebenarnya Agustin faham kalau Samyokgie memang sangat mencintai dirinya. Hampir tiap hari dia mendampinginya. Baik di kamar atau jalan-jalan di taman dengan kursi roda. Kalau tidak jalan-jalan Agustin menghibur diri mendengarkan lagu-lagu nostalgia saat berpacaran.

Biasanya kalau sedang bermain musik di rumah, selalu ada Vionita disitu. Karena Agustin sangat demen sekali dengan suaranya. Pasti wanita single parent itu yang diminta menemani sampai ia terlelap tidur.

Waktu Agustin masih sehat bugar, Vionita itu bekerja di Hard Cafe. Di kafe itu Agustin mengenal Vionita karena suaranya yang merdu melantunkan lagu-lagu kesukaannya. Selain itu pembawaan Vionita yang menyenangkan membuat mereka cepat akrab. Apalagi mereka berasal dari satu daerah. Sehingga hubungan mereka sudah seperti saudara sendiri.

Setelah Agustin meninggal Samyokgie sangat berat melaksanakan amanat istrinya menikah dengan Vionita. Walau pun akhirnya ia laksanakan, itu hanya sebagai bentuk rasa hormatnya pada Agustin. Bukan lantaran dia mencintai Vionita.

Pada malam pertama pernikahan, Samyokgie mau menggauli Vionita. Tetapi malam-malam berikutnya menjadi malam yang sangat kelabu. Tuan Besar tak mau lagi menyentuh. Seperti batang pisang yang tidak berguna Vionita teronggok di ranjang setiap malam. Kesepian merajut wanita itu. Rasanya lebih sepi dibandingkan dia masih sendiri. Batinnya menjerit perih.

Samyokgie yang diharapkan menjadi suaminya yang utuh. Seperti waktu beristrikan Agustin. Bagai panggang jauh dari api.

Samyokgie menjadi lelaki yang sangat ia benci.

Sikap Samyokgie sendiri sangat kejam padanya. Ia dituduh sebagai wanita yang bersenang-senang di atas penderitaan orang lain.

Suami macam apa kalau tak pernah pulang dan menyentuh istrinya. Walaupun hidup bergelimang harta, Vionita seperti burung yang dikurung dalam sangkar emas. Sudah tidak tahan dia menderita seperti itu terus. Samyokgie sudah tidak mempedulikan dia lagi. Dia pun tidak peduli sedang apa suaminya yang jahat itu di luar sana. Mau pulang atau tidak terserah.

Dan akhirnya ia pergi dari rumah besar itu ketika rumah sedang sepi. Radita anak Samyokgie juga tidak ada di rumah. Karena sedang berada di luar negeri.

#FLASBACK OF

Usai mandi dan berpakaian santai, Tuan Samyokgie berjalan ke kamar yang semalam untuk menyimpan gadis pujaannya itu.

Lelaki itu telah menjalankan strateginya dengan baik. Tidak mungkin ia akan membawa Cytra ke dalam kamarnya. Karena disana ada Vionita. Ternyata Vionita tidak ada. Entah pergi kemana. Kalau tahu begitu sudah dari awal Cytra ia bawa kamarnya. Akan ia habisi gadis yang mengatakan dirinya loyo itu.

Dengan mudah Tuan Samyokgie membuka pintu kamar. Karena tidak dikunci. Dari pintu terlihat Cytra masih tidur dengan sekujur badannya tertutup selimut. Akhirnya lelaki itu keluar lagi.

"Heran...Pemalas juga gadis itu," gerutunya.

Tuan Besar kemudian menuju ke meja makan. Segenap makanan sudah tersedia di atas meja besar itu.

"Sinaaaah....," teriaknya.

Seorang perempuan gendut masih muda tergopoh-gopoh mendekatinya dari arah dapur.

"Bangunkan itu anak di kamar itu. Suruh makan sama saya disini," perintah Tuan Samyokgie garang.

Perempuan itu bingung sejenak. Karena kamar yang ditunjuk adalah kamar tamu. Apa mungkin Radita tidur disana. Padahal Radita tadi ia lihat sudah bangun. Dan kini mungkin sudah ada di kantornya. 'Masa saya yang harus membangunkan tamu' gumam Inah.

"Cepaaat...!" Suara geledeknya terdengar lagi.

Si Inah cepat-cepat menuju ke kamar yang ditunjuk. Tetapi semenit kemudian perempuan itu kembali lagi ke tempat Tuan Samyokgie duduk dengan ketakutan.

"Tet...tu...Tuan. Disana tidak ada orang sama sekali," kata Inah gugup.

"Goblok! Itu yang sedang tidur. Seluruh badannya tertutup selimut."

"Itu bantal guling, Tuan."

Samyokgie seperti terkena pukulan telak oi-zuki-chudan dalam ilmu bela dirinya. Hingga perutnya tiba-tiba mual mendengar keterangan Si Inah.

Lelaki itu bergegas masuk ke kamar yang dimaksud. Dan tetnyata memang bantal guling yang ditutup selimut.

"Kemana dia pergi. Dasar anak sialan !!"

Bersambung ke bab 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!