Author POV
( Dua bulan setelah Emieer meningal)
Hawa pagi kala itu terasa sangat dingin menusuk kulit.
Gerimis tipis masih menguyur hampir di seluruh wilayah Jakarta.
Beberapa titik genangan bekas air hujan yang semalam turun pun belum juga mengering.
Rintik-rintik gerimis terlihat menggoyangkan dedaunan dan bebungaan.
Jalanan nampak masih lengang dan terlihat basah. Kabut pagi seperti engan mau pergi.
Membuat suasana pagi kala itu tampak dingin, lengan dan sunyi.
Aroma pagi yang segar, sejuk, dan begitu terasa menenangkan.
Udara basah dan cuaca yang masih mendung nampak masih menguasai angkasa.
Di suasana pagi yang hening serta masih berkabut dan sunyi itu. Tak membuat seorang wanita muda yang cantik untuk tetap betah terlelap di rajang hangat nya.
Bahkan sepagi itu dia sudah bersiap akan meninggalkan rumah kost nya untuk pergi bekerja.
🍁🍁🍁🍁
Seorang wanita muda tampak keluar dari sebuah rumah kost kost an dengan mendekap seorang bayi di rengkuhan nya.
Di pundak kiri nya, wanita itu tampak menenteng dua tas yang seperti nya tas kerja dan tas perlengkapan bayi.
Dengan sedikit tergesa, dia mengunci rumah nya.
Kemudian dia membenarkan rengkuhannya pada bayi yang ada di gendongannya.
Sedangkan tangan yang lain ia gunakan untuk memegangi payung guna melindungi diri dan bayinya dari gerimis tipis kala itu.
Berjalan agak tergesa, wanita yang mengenakan rok span selutut dan atasan kemeja putih serta balutan blazer warna hitam itu terlihat sedikit mempercepat gerak kaki nya.
Sambil terus memeluk bayi yang ia gendong, wanita itu nampak bersemangat.
Gulungan blazer berlapis jaket cokelat yang dia gulung di area lengan menampakan dua lengannya putihnya terekspos.
Kulit putih bersih, rambut yang tergerai panjang menjuntai menutupi punggung. Kaki jenjang yang mulus serta perawakan tinggi sekitar 165 meter semakin membuat wanita itu terlihat elegan.
Dengan mempercepat langkah nya, wanita muda itu sesekali memeluk erat bayi nya untuk memberikan sang bayi kehangatan.
Walau masih muda, ia nampak sudah sangat lihai mengedong bayinya.
Wanita muda itu bernama Georgia Savanah Almeera.
Gadis muda 19 tahun yang sudah menjadi seorang ibu dari seorang bayi laki laki berumur 2 bulan. Yang ia beri nama Zeeyan Emieer Shadiq.
Tidak perlu waktu yang lama. Sava, pangilan wanita muda itu kini telah sampe di sebuah rumah kecil sederhana.
Rumah itu terletak di pinggir jalan setapak berjarak 60 meter dari sisi jalan raya.
Sava mengetuk pintu rumah sederhana yang cat nya nampak hampir pudar termakan waktu.
Tak lama, seorang wanita paruh baya sekitar 63 tahun membuka kan pintu.
"Bik, titip Zee ya!" Ucap Sava yang masih memeluk erat bayi nya dalam dekapan.
"Ia tenang saja, aku akan menjaga nya." Jawab seorang wanita paruh baya yang seperti seorang pengasuh.
"Hati hati di jalan Sava. Cuaca sedang tidak bagus."
Ucap wanita tua memperingatkan Sava. Kemudian ia meraih baby Zee dari gendongan Sava.
"Iya Bik, sepertinya cuaca memang sedang tidak bagus. Semua keperluan Zee seperti biasa sudah ada di tas ya Bik!" Imbuh Sava.
Sava kemudian menyerah kan bayi nya pada Bik Inah. Lalu ia juga menyerahkan tas bayi yang berisikan berbagai macam kebutuhan untuk baby Zee. Mulai dari ASI yang sudah ia pompa dari sumbernya langsung yang kemudian ia taruh di botol botol kaca sebagai wadah ASI pompa an nya.
Sava juga membawakan beberapa setel pakaian, pempes, alat mandi, serta selimut untuk baby Zee.
Setelah menitipkan bayi nya pada seorang perempuan tua yang bernama Bik Inah.
Sava kini melanjutkan langkahnya menuju halte bus.
Dengan menggunakan moda transportasi itu lah Sava pergi dan pulang bekerja.
Sava bekerja di sebuah hotel berbintang di pusat kota.
Ia bekerja sebagai petugas kebersihan kamar hotel atau istilah di sebut Housekeeping.
Apapun yang menjadi pekerjaan Sava ia sangat bersemangat dan bersyukur.
Bagaimanapun ia harus bekerja dan menghasilkan uang demi memenuhi kebutuhan diri nya serta membeli kebutuhan bayi laki laki nya Zeeyan.
Siapa lagi yang bertanggung jawab atas semua kebutuhan diri nya dan juga putranya yang baru berumur 2 bulan itu, kalau bukan diri nya sendiri.
Kembali ke rumah besar minta maaf lalu meminta belas kasihan Papa nya, tidak ada di benak Sava.
Sejak meninggalkan rumah mewah yang ia tinggali 18 tahun penuh cinta dan kehangatan. Sava tak ingin lagi kembali ke rumah itu.
Dan dia tidak ingin minta di belas kasihani.
Hidup yang keras sudah mengajarkan Sava banyak hal.
Sebenarnya ia sempat depresi beberapa hari setelah kematian sang suami.
Kematian sang suami yang begitu tiba tiba sangat memukul psikis nya dan membuat nya takut.
Terbiasa hidup bersama seorang pria hangat penuh cinta dan kasih sayang membuat Sava tergantung pada pria itu.
Sava sudah sangat nyaman dan terbiasa hidup bersama lelaki yang sangat ia cintai itu. Lelaki yang selalu ada di sisi nya. Lelaki penuh kehangatan yang menjaganya dengan baik, serta membuat Sava terlindungi dan bahagia. Walau ia hidup dalam kesederhanaan.
Tetapi sebuah kenyataan harus Sava terima. Sang suami meninggal kan diri nya dengan sang buah hati. Bahkan sang suami belum sempat melihat buah hati mereka pada saat itu.
Di saat kehidupan mereka terasa sempurna dengan kehadiran seorang anak. Sava dan Emieer (suami Sava) begitu bahagia saat itu.
Tapi, takdir berkata lain. Sang suami, Emieer telah pergi untuk selamanya dengan cepat.
Siapa yang bisa menghindari takdir. Tak ada seorangpun yang bisa menghindari takdir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments