Ketika ia pergi untuk selamanya

Emieer POV

(Satu Yang Tahun Lalu)

Apakah begini rasanya sekarat.

Aku bisa apa.

Aku sudah berjuang untuk berusaha tetap hidup.

Tapi sayang nya, aku hanya pelaku pemeran kehidupan.

Dan sang pemberi kehidupan, sepertinya sudah menentukan batas akhir hidup ku hanya sampe di sini.

Maafkan aku Sava.

Telinga ku tidak tuli, walau kini mata ku sudah buta untuk melihat dunia.

Raga ku boleh diam saja, tapi ruh ku belum sepenuhnya meningalkan raga ku.

Sejak tadi aku bisa mendengar para dokter dan para perawat itu sibuk berargumen tentang kondisi ku.

Dan berbagai alat bantu yang kini menempel di tubuh ku juga sepertinya sudah tidak ada manfaatnya lagi. Aku bisa apa.

Ada satu hal yang ingin aku dengar sebelum diri ini benar benar pergi.

Aku ingin mendengar putra ku menangis.

Sava, aku merasakan kehadiran mu sejak tadi. Hati ku teramat sedih dan sakit Sava. Saat aku harus meninggalkan mu sendirian bersama putra kita.

Maaf kan aku sayang, aku bener benar minta maaf. Karena tidak bisa menemanimu lebih lama.

Untuk kesekian menit. Aku tidak mendengar apapun selain bunyi ventilator yang mungkin sebentar lagi akan berdenging melengking. Sebuah tanda jika aku benar-benar sudah mati.

Sava, datang lah pada ku sayang. Mendekatlah pada ku untuk yang terakhir kali.

Izinkan aku merasakan hangat nya kulit mu. Setelah ini aku akan mati rasa sayang.

Aku sudah tidak bisa merasakan lagi hangat nya tubuh mu dan lembutnya kulit mu.

Aku sangat ingin bersentuhan dengan putra ku untuk pertama dan mungkin untuk yang terakhir kali saat ini.

Walau hanya dengan bersentuhan dengan nya, aku sudah senang bisa menyapanya anak ku.

Cepat Sava, waktu ku sudah tidak banyak.

Nafas ini hanya sisa di pangkal tenggorokan ku saja. Bahkan sekarang kaki ku sudah mulai dingin.

KU MOHON..........

Tiba tiba ku rasakan sesuatu yang hangat berada di samping ku. Sesuatu yang bisa ku rasakan pergerakan nya.

Apa itu?

"Emieer sayang, bagaimana keadaan mu. Aku datang." Sebuah suara yang familiar aku bisa mendengarnya. Itu Sava, pekik ku.

Tapi aku hanya bisa mendengarnya, tanpa bisa membalas sapaannya.

Bicaralah Sava, bicaralah terus, aku ingin mendengar suara mu.

Luapkan semua beban mu, luapkan semua kemarahan mu, luapkan kekesalan mu pada ku. Aku tau kau marah pada ku.

"Emieer, aku datang membawa anak kita. Dia sudah lahir siang tadi. Dia sehat, lucu dan menggemaskan. Wajah nya sangat mirip dengan mu. Ku letakkan dia di sisi mu Emieer."

Aku bisa merasakan pergerakan lemah bayi ku. Kulit nya yang menempel pada kulit ku terasa hangat kontras dengan kulit ku yang semakin mendingin.

Tubuh ini rasa nya benar benar terkoyak. Aku bisa merasakan jari jari mungil nya bergeliat.

Dan di lain sentuhan, aku merasakan jari jemari Sava terpaut pada jari jemari ku. Sava merekatkan jari jemari bayi kami bersamaan.

Sejenak aku merasakan ketiga tangan kami bersatu.

Tangan ku, tangan Sava dan tangan bayi kami saling bertautan.

Walau aku tak bisa membalas sentuhan itu, aku bisa merasakan kehangatan telapak tangan mereka. Aku merasa bahagia.

Aku ingin sekali memeluk mereka detik ini juga. Tapi aku tak bedaya. Karena aku sudah tak ada kekuatan lagi.

Aku bahagia Sava, aku senang, aku lega, aku iklas sekarang.

Terimakasih telah memberikan kesempatan untuk bersama moments ini.

Jika aku harus pergi meninggalkan kalian sekarang. Aku sudah pasrah.

"Emieer, apa kau benar bener tak bisa bertahan lagi?"

Aku mendengar suara Sava bergetar. Sepertinya dia sedang terisak.

Jangan menangis sayang, jangan meneteskan air mata. Kau bisa hidup tanpa ku, kau kuat tanpa diri ku.

"Emieer, ini anak mu. Aku letakan di sisi mu, smoga kau bisa merasakan kehadirannya."

"Tangan mu mulai dingin Emieer." Ku dengar Sava makin terisak. Kini tangan ku terangkat, dia sepertinya melekatkan telapak tangan ku yang bertautan dengan tangan nya ke pipi nya.

Walau kini aku sedang sekarat dan nafas ku hanya tinggal di ujung pangkal tenggorokan.

Aku masih bisa menikmati sentuhan mu Sava. Sebisa mungkin aku berusaha menggerakkan tangan ku yang ada di pipi nya sekarang. Sekedar menyampaikan salam perpisahan kami.

Sava, aku minta maaf pada mu. Aku tidak lagi bisa menjaga mu.

Tapi aku yakin. Kelak, saat anak kita sudah besar. Dia yang akan menjadi pelindung mu. Anak itu akan membuat mu kuat.

Dia akan jadi penyemangat mu. Membuat mu semangat dalam kehidupan yang kau jalani.

Aku doa kan kebahagiaan untuk mu sayang.

Dan aku rela, jika kelak engkau menemukan cinta yang lain selain aku. Maka berbahagialah bersamanya.

"Emieer, jika kau memang harus pergi meninggalkan aku dan anak mu sekarang, aku iklas. Pergilah dengan tenang sayang. Aku mencintaimu, selalu, selamanya." Dan bisa ku rasakan, ciuman lembut bibir Sava, kini menempel pada bibir ku.

Terimakasih atas cinta mu selama ni sayang. Aku titip anak kita.

Selamat tinggal, aku mencintaimu Savanah.

Aku akan menjaga mu dari alam lain. Sekali lagi aku minta maaf.

(Dan, bunyi lengkingan suara ventilator berdenging nyaring)

🍁🍁🍁🍁🍁

Sava POV

Tak lama setelah aku menciumnya. Suara lengkingan ventilator yang menjadi menyokong oksigen pada Emieer berdengung keras.

Dan aku tau, apa artinya itu.

"Selamat jalan Emieer." Ku cium sekali lagi dengan dalam bibir nya.

Menyesap sekali lagi dan terakhir kali nya bibir nya yang masih terasa hangat itu. Yang masih ada sisa sisa hembusan nafas nya. Lalu aku juga mengecup keningnya dengan kecupan penuh rasa kehilangan.

Dan aku bersumpah, aku melihat air mata dari sudut mata Emieer yang kini sudah terpejam untuk selama.

Bersamaan dengan itu. Bayi kami menangis dengan sangat keras. Bahkan sekeras-kerasnya.

Beberapa perawat kini menghampiri ruangan keramat ini. Ruangan di mana menjadi tempat perpisahan paling menyakitkan antara aku dan suami ku Emieer.

Seorang perawat menghampiri ku, dia memenangkan aku. Karena aku terlihat syok.

Seorang perawat meraih bayi ku yang masih tergelak di sisi Emieer. Yang kini sudah tak bernyawa.

Dan salah seorang lagi melepaskan satu persatu alat alat medis yang menghiasi tubuh Emieer.

"Jadi hanya cukup sekian dia bersama ku. Baiklah Emieer, pergilah." Guman ku dengan suasana hati yang sudah hancur.

"Selamat jalan belahan jiwa ku"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!