Jam sudah menunjukkan pukul dua kurang lima belas menit. Sedari tadi Clara sudah mondar-mandir di depan gerbang sekolahnya,menunggu sang abang yang tadi sudah ia hubungi untuk menjemputnya.
Dua menit kembali berlalu,Clara hampir mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi sang abang. Namun tak sampai panggilan terhubung karena sebuah mobil sport dengan atap terbuka tampak menepi perlahan hingga akhirnya berhenti di hadapan Clara.
Seorang pemuda tampan dengan stelan kemeja garis-garis yang di padukan kaos putih,dengan kacamata hitam melekat menutupi matanya,berikut celana jeans dan sepatu hitam tampak melengkapi penampilannya.
Pemuda itu keluar dari mobil dengan gaya angkuh dan berjalan bak model ke arah Clara berdiri.
"Ngerepotin banget sih lo dek. Gue ada masih ada kelas dan harus absen karena lo." Omelnya begitu tiba di hadapan Clara.
Clara diam tak menanggapi ucapan pria yang merupakan abangnya itu dan memilih masuk ke mobil dengan santainya.
"Eh,si bocah. Ketemu orangtua bukannya sungkem malah nyelonong. Mau jadi adek kualat lo?" Omel Nino pada sang adik sambil berjalan masuk ke mobil menyusul Clara.
"Gue laper. Gak usah banyak bacot,buruan anterin gue balik." Ketus Clara tidak ada sopan-sopannya.
Sikap Clara saat ini sungguh berlawanan dengan sikapnya di sekolah. Jika ada orang yang melihatnya,mungkin orang-orang akan mengira Clara punya kepribadian ganda. Padahal sebenarnya bukan kepribadian ganda,tepatnya Clara ini gadis introvert yang cenderung tak nyaman di kondisi tertentu.
"Tumben minta jemput,mobil lo kemana?" Tanya Nino saat mereka sudah dalam perjalanan.
"Habis bensin. Gue tinggal di pinggir jalan,mungkin sekarang udah di ambil sama pak Wisnu. Tadi gue suruh dia ambil." Jawab Clara sekenanya.
"Kalau mobil lo di tinggal di jalan,lo berangkat ke sekolah gimana? Naik ojek?"
"Bareng Dirga." Jawab Clara lagi dengan sangat jujur.
Nino menaikkan sebelah alisnya.
"Dirga siapa? Pacar lo?" Tanya Nino dengan herannya. Setahunya adiknya ini tak pernah punya teman jadi wajar jika ia heran.
Clara mendengus malas mendengar ucapan tak berdasar dari bibir Nino.
"Sembarangan aja lo. Dia itu temen sekelas gue,udah punya pacar juga!!" Nada bicara Clara terdengar ketus.
Nino terkekeh kecil mendengar kalimat ketus adiknya itu.
"Jangan ngegas dong. Gue kan cuma nanya,atau...,jangan bilang lo cemburu. Ya ampun dek,jangan sampai ya...,amit-amit lo jadi pencokor dek."
"Ngomong gitu lagi,gue cekek lo." Clara mencapit lengan abangnya dengan kuat membuat Nino berteriak kesakitan.
"Ampun-ampun dek. Lepas kulit gue nanti." Nino menjauhkan tangan Clara dari lengannya dan kembali fokus menyetir.
Ia menatap wajah Clara dari spion depan dengan sinis.
"Galak banget sih. Gue kan cuma becanda,lagian kan sekarang emang lagi trend. Para jomblo suka sama pacar orang,ya gue takut lo salah satunya.."
"Aduh!! Dek,ampun dek!!"
"Makan nih capitan orang jomblo,makan nih,makan..!!"
"Ampun dek!! Argghhh.."
Suara jeritan Nino akhirnya menggema di sepanjang perjalan akibat mulut jahilnya yang terus mengusili Clara.
♡♡♡
Mobil yang membawa kedua kakak beradik itu akhirnya tiba juga di kediaman Abigail. Setelah memasukkan mobil ke dalam Garasi,kedua kakak beradik itu pun bergandengan masuk ke dalam rumah dengan raut wajah ceria.
Tanpa berganti pakaian atau pun membersihkan badan,kedua remaja beda usia itu langsung nyelonong ke dapur di mana ada bibi-bibi pelayan yang tengah sibuk menata menu makan siang.
"Dor!!"
"Eh copot...,eh kodok..."
Salah satu pelayan tampak mangap-mangap karena kaget saat Nino dengan iseng berteriak dan menepuk belakangnya.
"Ya ampun den Nino!! Kaget atuh bi Surtinya." Wanita yang menyebut dirinya bi Surti itu tampak mengusap-usap dadanya dengan ekspresi shock.
"Den Nino ikut pulang ke sini?" Kaget pelayan satunya lagi sambil berjalan menghampiri Nino.
Nino menghembuskan napasnya malas.
"Ini arwah Nino bi. Raga aslinya masih ketinggalan di apartemen."
Jawab nino Asal.
"Plak!!"
Satu geplakan mendarat di belakang Nino membuat pria itu meringis.
"Lo kenapa hobi banget sih dek,mukulin gue? Kalau gue beneran mati gimana?"
"Makanya jangan sembarangan ngomong. Yang sopan sama orangtua,lo tuh ya. Makin tua makin gak ada akhlak.
Kini giliran Clara yang mengomeli abangnya karena geram.
Nino tak menggubris omelan Clara dan memilih berjalan menuju meja makan di mana makanan sudah di tata dengan rapi membuat perutnya keroncongan.
Nino sudah bersiap untuk duduk dan satu tangannya juga sudah siap mencomot makanan. Namun belum tangan Nino sampai ke piring,sang adik sudah lebih dulu menarik kerah bajunya dan menyeretnya ke wastafel.
"Cuci tangan dulu kali bang. Jorok banget sih lo." Omel Clara sambil menuangkan sabun cair ke tangan abangnya itu.
Nino hanya bisa pasrah saat Clara mencuci tangannya dengan telaten seolah dirinya itu balita.
"Cerewet banget sih lo dek. Lo kira gue balita apa?" Kalimat protes akhirnya keluar juga dari bibi Nino.
Clara menghempaskan jari Nino dengan kasar setelah selesai di cuci.
"Bang Nino bener banget. Bang Nino emang balita,bawah lima puluh tahun."
"Cuci tangan sendiri aja gak bisa. Dasar!!" Ketus Clara sambil berjalan kembali ke meja makan setelah menyelesaikan urusan cuci tangan mereka.
Nino hanya mencebikkan bibirnya mendengar oceham Clara dan memilih tidak menanggapi karena tidak mau ada perdebatan lagi di antara mereka.
~Begitulah saudara,akan saling bertengkar jika berdampingan namun akan saling merindu bila di pisahkan~
♡♡♡
Di dalam sebuah cafe yang tak jauh dari gedung sekolah SMA Margantara,tampak sepasang muda-mudi tengah duduk berhadapan sambil mengobrol ringan.
Mereka adalah Gelora dan Dirga,pasangan femes yang beberapa waktu ini menjadi topik hangat di SMA Margantara.
Dirga sengaja mengajak Gelora ke cafe untuk mencari waktu mengobrol sekaligus memberitahu Gelora tentang kejadian tadi pagi.
"Jadi kamu tadi berangkat bareng Clara? Temen sekelas sekaligus teman sebangku kamu itu?"
Suara lembut Gelora terdengar bertanya dengan nada syahdu yang benar-benar nyaman di dengar.
Dirga tampak mengangguk menanggapi pertanyaan sang kekasih. "Kamu gak marah kan?" Tanya Dirga sedikir khawatir.
Gelora menggeleng. "Aku gak marah. Ngapain aku marah sama hal sesepele itu? Aku percaya kamu emang mau nolongin dia bukan modus. Lagian wajarkan kamu bantu orang yang emang butuh bantuan,apalagi kamu kenal sama dia."
"Aku malah marah kalau tadi kamu gak bantuin dia,kenapa? Karena kamu udah ngelanggar sila ke dua. Gak peri kemanusiaannya."
Kedua tangan Dirga refleks mencubit pipi Gelora karena gemas mendengar jawaban kekasihnya itu.
"Sempurna banget sih pacarnya Dirga ini." Puji Dirga tulus membuat kedus pipi Gelora memerah.
Siapapun yang melihat mereka saat ini pasti akan langsung mencap mereka pasangan serasi. Memiliki wajah yang sama-sama paripurna,belum lagi deretan kecocokan lain yang membuat mereka memang sangat-sangat pantas bersanding.
Dirga terus-terusan memandang penuh damba pada wajah sang kekasih yang kini pipinya tengah ia uyel-uyel.
"Dirga bersyukur banget punya Gelora. Jangan pernah ninggalin Dirga,Dirga sayang Gelora."
♡♡♡
Sebenarnya guys....
Aku cuma minta like vote komen and skrikep..
Udah itu aja...
Jadi DiLara itu
\= Dirga+Gelora
Atau
\= Dirga+Clara
??
Mereka sama-sama baik woi!!
Otor jadi bingung mau masuk tim siapa
Wkwkw😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments