Aditia terlihat begitu bersemangat saat mendengar jawaban istrinya, ia menambahkan kecepatan mobilnya itu.
Seulas senyuman terlihat dari bibir laki-laki itu.
Namun entah apa arti senyumnya itu. Apa kerena ia sebentar lagi akan menjadi seorang Ayah? Jawabnya, Tidak! bukan itu, ia bahagia akhirnya waktu yang sejak dulu ia nanti itu tiba. Kerena usai melahirkan anak tersebut, Aditia akan menceraikan Melati, seperti yang pernah ia katakan pada saat itu.
Bayi yang ada dikandung Melati sama sekali tidak diinginkan olehnya. Malah Aditia menganggap jika bayi itu penghalang kebahagiaannya. Jika saja bayi itu tidak hadir, mungkin saat ini Aditia sudah bahagia dengan wanita yang dicintainya.
Tak lama kemudian, akhirnya mereka pun sampai di Rumah Sakit. Aditia langsung turun dari mobil dan memanggil petugas Rumah Sakit untuk membantu ia membawa Melati ke dalam.
Petugas Rumah Sakit dengan sigap membantunya, membantu Melati turun dari mobil dan memindahkan wanita itu ke atas brankar.
“Tolong bantu istri saya, dia akan melahirkan,” ujar Aditia pada petugas Rumah Sakit tersebut.
"Baik Pak, silahkan Anda urus administrasinya dulu.”
Aditia mengangguk, ia pun bergegas menuju tempat Administrasi. Sementara Melati, ia sudah di bawa oleh Suster menuju ruangan bersalin.
Usai mengurus administrasi, Aditia pun menghubungi orang tuanya dan juga mertuanya. Memberi kabar pada mereka jika Melati akan melahirkan dan sudah berada di Rumah Sakit.
“Iya, Bu. Aku tunggu. Oh iya, Ibu bisa mampir ke Rumah aku dulu gak? Tolong bawakan baju ganti untuk Melati dan perlengkapan bayi yang ada di kamar, sudah di siapkan kok Bu.” pinta Aditia pada sang Ibu lewat sambungan telepon tersebut.
“Makasih, Bu.”
Ucap Aditia diakhiri sambung telepon bersama Ibunya itu. Setalah itu Aditia pun bergegas menuju ruangan bersalin.
Sesampainya di sana, terlihat seorang Dokter baru saja keluar dari ruangan tersebut.
“Apa Bapak, suaminya dari Ibu Melati?” tanya Dokter tersebut.
Aditia pun menjawab dengan anggukan kepalanya.
“Bisa ikut saya sebentar? Ada yang ingin saya bicarakan sama Bapak,” ujar Dokter tersebut.
“Maaf, membicarakan soal apa ya, Dok?” Aditia nampak bingung.
“Mengenai kondisi istri Bapak, sebaiknya kita bicara di ruangan saya saja.”
Aditia mengangguk, lalu ia mengikuti langkah Dokter yang bernama Marsela itu. Sesampainya di sana, Dokter Marsela mempersilahkan Aditia untuk duduk.
“Mengenai kondisi istri, Bapak. Seperti Ibu Melati tidak bisa melahirkan secara normal. Kerena fisiknya tidak memungkinkan--”
“Lakukan saja yang terbaik Dok, asalkan Ibu dan Bayinya selamat,” potong Aditia. Memotong ucapan Dokter Marsela yang belum selesai.
Dokter Marsela terlihat menghelai napas beratnya. “Kami pasti akan melakukannya yang terbaik Pak. Tapi, kami di sini ingin meminta persetujuan Bapak dan pernyataan Bapak. Melakukan operasi Caesar pada Ibu Melati juga sangat beresiko besar, jika Bapak setuju, kami akan membuat surat dan Bapak harus menanda tanganinya terlebih dahulu,” jelasnya.
“Baik, Dok."
“Baiklah, saya akan menghubungi Dokter Dirga dulu, kerena saya tidak mungkin melakukan operasi ini sendiri, kita butuh Dokter spesialis dalam.”
“Tunggu! Dokter spesialis dalam? Maksud Dokter?” tanya Aditia. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Dokter tersebut.
Dokter Marsela terlihat mengerutkan kedua alisnya, menatap Aditia heran.
“Dok jawab! Memangnya siapa yang mengalami penyakit dalam?” tanya Aditia lagi, suaranya kini terdengar penuh penekanan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Piko Rohati
lanjut Thor semangat
2022-11-25
2