Flashback
Malam itu sekitar pukul 11 malam. Aditia baru saja pulang, sebenernya ia sudah pulang dari tempat kerjanya 3 jam yang lalu. Namun, ada suatu hal yang penting sehingga ia pulang terlambat.
Sesampainya di rumah, keadaan sudah terlihat sangat sepi. Aditia pun bergegas menuju kamarnya.
Ceklek!
“Ya ampun Mas, kenapa jam segini baru pulang?” Tanya seorang wanita yang kini tengah bersandar di atas ranjang. Raut wajahnya terlihat dipenuhi kekhawatiran.
“Aku ada urusan.” jawabnya acuh, lalu berjalan begitu saja menuju kamar mandi.
Wanita itu hanya menghelai napas beratnya. Entah sudah berapa kali suaminya itu pulang larut seperti ini. Yang pasti belakang ini Aditia memang selalu pulang telat bahkan pernah satu malam suaminya itu tidak pulang.
Sebenarnya ia tahu apa yang membuat suaminya itu pulang telat, namun rasanya sakit jika harus diceritakan.
‘Kenapa kamu berubah secepat ini, Mas? Apakah sudah tidak ada harapan untukku? Tidak kah kamu sedikit pun mengkhawatirkan kondisiku? Setidaknya anakmu, Mas. Anakmu yang ada di rahimku ini,’ ucap Melati dalam hatinya, seraya mengelus perutnya yang sudah membesar itu. Jika bukan kerena bayi yang ada dikandungnya itu, mungkin ia sudah pergi dan mengakhiri pernikahan yang menyiksa batinnya ini.
15 menit kemudian, Aditia terlihat sudah menyelesaikan ritual mandinya, laki-laki keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Melati segara menyerka air matanya yang sedari lolos begitu saja. Padahal sebelumnya ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, jika ia tidak akan menangisi nasib malangnya ini.
Usai berganti pakaian, Aditia langsung membaringkan tubuhnya di samping Melati, tidak ada kata yang terlontar dari mulut laki-laki itu.
Tiba-tiba saja Melati merasakan kepalanya sakit, sejak tadi memang kondisinya kurang baik. Wajahnya pun kini terlihat pucat.
“Mas kepalaku sakit, minta tolong di pijitin dong,” pinta Melati pada suaminya itu, Aditia yang baru saja memejamkan matanya pun, langsung menatap padanya dengan tatapan kesal.
“Apaan sih gitu aja manja, minum obat saja sana kalau sakit, aku capek!” tolaknya.
“Tapi wanita hamil gak boleh minum obat Mas. Ya udah aku minta tolong ambilkan air hangat aja Mas, aku haus.”
“Ambil aja sendiri sih. Aku itu capek! Seharian kerja, sementara kamu? Kerjaannya cuman di kasur aja, rebahan. Ambil sendiri saja sana!” ketus Aditia, ia langsung membelakangi Melati, tanpa memperdulikannya laki-laki itu langsung memejamkan matanya kembali. Tubuhnya memang terasa sangat lelah, seharian ia berkerja setalah itu ia menemani kekasihnya belanja di Mall.
Melati hanya menatap punggung suaminya itu, sakit, perih terasa menggema di dadanya. Tapi ia tidak bisa apa-apa, tidak mungkin ia memaksa Aditia menuruti permintaannya itu. Ia tahu betul bagaimana sikap suaminya itu, jika laki-laki itu bilang ‘tidak’ ya tidak!
Perlahan Melati pun beranjak dari ranjang, menahan sakit di kepalanya yang terasa semakin berat, terlebih sedari tadi ia merasakan perutnya mules dan pinggangnya terasa panas.
Kehamilan saat ini memang sudah memasuki bulan ke-9, apa mungkin ia akan melahirkan malam ini?
Entahlah, Melati tidak terlalu memikirkan hal itu, kerena sakit yang dirasakannya kini sering terjadi belakangan ini. Biasanya jika ia minum air hangat, sakitnya itu sedikit berkurang.
Perlahan Melati pun bergegas menuju dapur untuk mengambil air minum. Namun saat ia hendak mengambil gelas, tiba-tiba pandangan menjadi buram, dan detik kemudian semuanya terasa gelap.
Prang!
Aditia yang baru saja memejamkan matanya, langsung terkejut. Ia membuka matanya saat mendengar seperti ada sesuatu benda yang pecah.
“Ck! Apa lagi sih!" gerutunya. Dengan wajah yang kesal, ia bangun dan beranjak dari tempat tidurnya itu. Lalu berjalan keluar, untuk melihat apa yang terjadi.
“Melati!” teriak Aditia. Ia terkejut saat melihat Melati yang tergelatak tak sadarkan diri di lantai.
Aditia langsung menghampiri dan mencoba menyadarkan istrinya itu.
“Melati bangun...”
“Melati, kamu kenapa?” Aditia menepuk-nepuk pipi istrinya itu.
“Mas, sakit ...” ucap Melati lirih, dengan mata sedikit terbuka.
“Kita ke Rumah Sakit sekarang, bertahanlah.” Tidak ada jawaban dari Melati, Aditia langsung memangku wanita itu dan membawanya menuju mobil.
Usai memasukan Melati ke dalam mobil, ia pun bergegas masuk ke dalam mobil, duduk di kursi pengemudi dan mulai melajukan mobilnya.
“Mas cepat! perutku sakit," pinta Melati. Ia benar-benar sudah tak tahan lagi. Perutnya semakin terasa mules, bahkan wanita itu kini terlihat sudah berkeringat dingin.
“Aku akan berusaha secepat mungkin, tahan ya. Apa kamu mau melahirkan?” tanya Aditia tanpa menoleh kearah istrinya itu, pandangan lurus ke depan memperhatikan jalanan.
“Sepertinya iya, Mas," jawab Melati pelan, sambil menahan sakitnya itu.
Aditia terlihat begitu bersemangat saat mendengar jawaban istrinya, ia menambahkan kecepatan mobilnya itu.
Seulas senyuman terlihat dari bibir laki-laki itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments