"Ruangan Presdir...?"
Ara terkejut saat lift berhenti di lantai 20. Mengapa dirinya dibawa kemari? Sekretaris Hans menoleh.
"Ya, benar. Ruangan yang akan kita tuju adalah ruang kerja Presdir S.G."
"Tapi, mengapa aku dibawa kesini?"
"Pertanyaan yang bagus. Oh ya, aku belum memperkenalkan diri, namaku Hans yang menjabat sebagai sekretaris presdir."Ara tambah kaget. Ternyata lelaki ini seorang sekretaris S.G! Ara yang tidak tahu atau terlalu kuper.
Sekretaris Hans menyunggingkan senyum. Tampaknya gadis ini shock mengetahui jati dirinya.
"Ah, aku tidak tahu jika anda adalah sekretaris yang banyak dibicarakan orang. Maaf sekali, aku tidak sopan."ucap Ara meminta maaf.
Sekretaris Hans kembali tersenyum. Gadis ini terlihat menggemaskan saat cemas.
"Tidak apa-apa."
Ara mengelus dada. Ternyata sekretaris yang banyak dibicarakan orang adalah lelaki yang ramah, dia juga tampan. Ara bersyukur sekali bertemu dengannya.
"Dan mengenai pertanyaan yang kau ajukan tadi, di sanalah kau akan mendapat jawabannya."
Ara mengikuti arah pandangan sekretaris Hans. Ruangan yang berjarak tiga meter di depan, ruangan yang pintunya bertuliskan Owner of Samudera Group, jantung Ara berdebar-debar tidak karuan. Ada perasaan cemas, sedih, senang dan takut. Maksud ucapan sekretaris Hans apa?
"Ada apa ini, mengapa perasaanku tidak enak. Pertanda baik atau buruk ini?! Aku deg-degan."batin Ara.
"Jangan cemas, presdir bukan pemakan manusia kok."Sekretaris hans terkekeh.
Ara mendelik. Mengapa sekretaris Hans terdengar sangat menyebalkan.
Brakkk!! Tiba-tiba pintu ruangan presdir terbuka secara kasar. Ara dan sekretaris Hans terkejut. Seorang wanita cantik dengan penampilan menarik keluar dengan berderai air mata, melintas. Banyak pertanyaan terlintas di benak Ara, apa yang barusan terjadi?
"Mengapa wanita itu keluar sambil menangis?"Ara bertanya kepada sekretaris Hans.
"Wanita tidak sopan seperti dirinya pantas mendapatkan itu."jawab Sekretaris hans.
"Maksudmu?"
"Dia datang untuk merayu presdir, tentu saja presdir mengusirnya. Tapi kau tidak perlu khawatir, walaupun presdir tidak terlalu menyukai wanita, tapi kau disini atas perintah darinya jadi dia tidak akan mempermasalahkan."ucap sekretaris Hans meluruskan.
"Lalu apa yang akan terjadi dengan wanita itu?"
"Pecat."
Ara terbelalak. "Sepertinya Presdir ini sangat kejam."gumam Ara.
Sekretaris Hans memicingkan mata. Telinga tajamnya mendengar gumaman Ara. Wanita kesekian kali yang mengatakan jika bosnya kejam. Ya, memang benar.
"Kau tunggu disini, aku akan masuk."
Ara mengangguk.
Sementara itu, Presdir Alex mondar-mandir di depan meja kerjanya. Wajahnya masih sangat kesal akibat perbuatan karyawan wanita yang masuk ruangannya tanpa ijin dan berpakaian sangat seksi yang membuatnya jijik. Untung saja dia masih berada dibatas kesabaran tinggi, jika tidak mungkin wanita itu sudah habis dipukul olehnya. Dan hanya melampiaskan emosi dengan melempar pas ke lantai hingga hancur berkeping-keping.
"Kemana perginya si Hans, mencari satu wanita saja tidak becus !"pekik Presdir Alex dengan galak.
Presdir Alex memencet tombol kemudian berbicara. "Lendra, kirim petugas kebersihan untuk membersihkan ruang kerja ku !"
Tok ! Tok ! Tok !
Sekretaris Hans mengetuk pintu ruangan pak Presdir.
"Masuk!"
Sekretaris Hans pun masuk, dia menginjak pecahan pas di depan pintu yang berserakan. Ruangan terlihat seperti kapal pecah. Presdir Alex yang membelakangi langsung melempar tatapan tajam membuat sekretaris Hans merinding.
"KEMANA SAJA KAU! TUGASMU SEBAGAI SEKRETARIS APA KAU MELUPAKAN ITU?! SEORANG WANITA ****** MASUK KE RUANGANKU DAN KAU TIDAK TAHU. KAU INI BODOH SEKALI. UNTUK APA AKU MEMBAYARMU JIKA MASALAH INI SAJA KAU TIDAK BECUS MENGURUSNYA!"
Tornado dengan ribuan anak panah menghantam telak sekretaris Hans. Kalimat Presdir Alex sangat menusuk. Inilah akibatnya jadi Sekretaris bos sensian, siapa yang salah. Yang ujung-ujungnya marahnya dilimpahkan kepadanya. Untung saja presdir Alex sangat berjasa dihidupnya, jadi walaupun sekeras apapun presdir Alex marah, dia tidak mempermasalahkan.
"SEKARANG JAWAB DARIMANA SAJA KAU?!"
"Maaf, presdir, kejadian ini tidak akan terulang lagi. Dan mengenai aku tidak becus menjalankan tugas itu karena aku sedang mencari wanita yang anda minta."jawab sekretaris Hans.
"Banyak alasan. Apa kau sekarang sudah jadi lelaki gila wanita! Sehingga menjadikan perintahku sebagai alasan."
Sekretaris Hans menghela nafas. Kalo marah sampai lupa dengan omongan sendiri.
"Kenapa kau menghela nafas? Kau tidak terima?!"
Sekretaris Hans menggeleng cepat. "Tidak berani, tuan."
Presdir Alex mendengus.
"Sana keluar!"
"Baik."
Sekretaris Hans meninggalkan ruangan Presdir. Di depan Ara menuggu, suara melengking presdir terdengar sampai luar. Sekretaris Hans keluar. Ara berpikir pasti lelaki ini habis dimarahi oleh Presdir meski wajahnya terlihat baik-baik saja.
"Sekretaris Hans?"
Sekretaris Hans melihat Ara.
"Kau boleh kembali sekarang. Presdir sedang tidak ingin menemui siapapun."
"Emm, baiklah."
Sekretaris Hans melintas begitu saja. Ara menatap punggungnya. Tersenyum lalu Menghela nafas. Jauh-jauh ke lantai 20 puluh hanya untuk ini? Membuang waktu.
Pintu terbuka dengan menampilkan Lyana yang tengah berjalan masuk ke dalam. Terlihat wajahnya sedang tidak bersahabat tanpa ada senyuman yang tampak.
"Lyana datang."cetus karyawan wanita yang sedang berjalan menuju tempat kerjanya sambil mendekap sebuah berkas.
"Cepat, jangan lihat. Ssstt, tundukkan kepala !"bisik karyawan pria yang berjalan di sampingnya.
Mereka berdua berjalan cepat mengindari amukan Lyana dan kembali ke tempatnya masing-masing.
"Bagaimana cara kerja kalian ini, hah !!!"bentak Lyana berdiri di depan para staf dengan tangan yang mengacungkan sebuah berkas berwarna ungu.
"Anggaran bulan ini sangat penting. Jika ada yang tidak beres, akan berpengaruh terhadap evaluasi proyek secara keseluruhan ! Laporan yang kalian buat begitu sembrono, asal-asalan ! Segera buat ulang !"tambahnya dengan emosi dan memarahi habis-habisan para staf.
Para staf diam dengan wajah tertunduk takut. Suasana benar-benar hening, hanya terdengar Omelan demi Omelan yang Lyana lontarkan. Suaranya memantul keras dan mampu membuat siapa saja yang mendengar langsung tutup telinga.
"Sepertinya dia habis dimarahin pak Presdir."bisik Elvy ke Ara sambil menatap ke belakang melihat wanita itu.
"Huh, Lyana ini mengandalkan kecantikannya saja dan usianya juga masih muda. Dia mendekati manajer Lendra dan menggunakan kekuasaannya hanya untuk menindas kita."tambahnya lagi, dengan nada sinis.
Ara hanya ber 'oh' ria saja sambil melihat wanita yang sedang marah-marah itu. Lalu Lyana berjalan mendekati meja mereka dengan raut wajah menyeringai.
"Laporan ini aku serahkan pada kalian berdua ! Besok pagi, begitu aku tiba di kantor. Harus sudah selesai tanpa tapi !"pekik Lyana ketus karena masih dalam keadaan kesal, ia menyerahkan berkas tersebut pada Ara dan Elvy.
Elvy tertegun sambil meneguk Saliva nya kasar. Wanita itu benar-benar tega menyerahkan berkas tersebut dengan waktu satu malam dan besok harus selesai, yang benar saja?? ini bekerja kantor atau kerja Rodi???
Elvy menerimanya dengan berat hati. Setelah itu Lyana pergi dengan wajah yang masih kesal.
"Ya Tuhan yang benar saja... Seusai pulang kerja aku ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan."ucap Elvy mencebikkan bibirnya sedih sambil menatap berkas tersebut.
Ara menengok ke arah Elvy yang masih saja sedih sok dramatis gitu. Lalu ia mengambil map itu dari tangan Elvy.
"Laporan ini serahkan padaku saja. jika kau ada urusan yang mendesak, Pergi saja."ujar Ara sambil membuka map tersebut dan memeriksanya.
Elvy diam dengan wajah cengo menatap wajah Ara yang tampak biasa saja.
"Apa kau yakin?"tanya Elvy memastikan. Dan Ara mengiyakan perkataan Elvy.
"Ara, kamu baik sekali. Kelak aku akan membalas kebaikanmu."tambah Elvy sok dramatis sambil menggenggam tangan Ara. Ia benar-benar berterima kasih kepada wanita lugu ini.
Satu persatu karyawan meninggalkan kantor dan pulang ke rumah mereka masing-masing. Hari tampak gelap dan sedikit mendung, di ruangan yang sepi ini hanya ada satu staf yang sedang lembur. Iya staf itu adalah Ara. Malam ini Ara akan pulang larut dan dia pun sudah memberi tahu kakek tentang ini.
Hujan akhirnya turun membasahi permukaan bumi disertai geluduk dan petir yang menggeleng keras. Tik Tik Tik ....
Presdir Alex duduk di kursinya dengan menopang dagunya dan matanya terpejam. Ketika sedang tidur saja Alex sangat tampan dan mempesona, pantas saja banyak wanita yang tergoda olehnya. Ia belum pulang karena sedang malas berada di rumah.
Drttttt !!! Drttttt !!!
Ponselnya bergetar, dia sengaja mensilent nya agar tidak berisik. Tangan kekar presdir Alex meraih benda itu yang tergeletak di atas meja dan mengangkat panggilan yang masuk. Presdir Alex berjalan menghampiri kaca kantor dan menyaksikan rintikan hujan di balik kaca.
"Alex" ucap seseorang yang menelepon Alex.
"Iya, ada apa?"jawab Presdir Alex datar.
"Bulan depan aku akan kembali ke Indonesia, apakah kau merindukanku? Nanti kau jemput aku, oke?"sahut orang di sebrang sana.
"Kau punya kaki, untuk apa minta dijemput?! Aku sibuk dan tidak ada waktu untuk menjemputmu."dingin presdir Alex. Tutttt !!! Tutttt !!! Alex langsung memutuskan sambungan telepon dengan wajah yang kesal.
Seusai teleponan. presdir Alex kembali ke tempat duduknya, lalu ia mengambil jas dan mengenakannya. Dia berjalan keluar dari ruangan tersebut dan sekertaris Hans sudah pulang lebih dulu, karena Presdir Alex memberinya sebuah tugas rahasia.
Ara sudah menyelesaikan pekerjaannya. Ia keluar dari lift dan berjalan ke arah pintu utama kantor SG. Hujan masih belum reda, untung saja Ara siap siaga membawa payung dari rumah berkat perintah kakek. Pada saat yang bersamaan presdir Alex terlihat berjalan menuju pintu keluar.
Ara membuka payung dan menggunakannya. Ia berjalan menerobos rintik hujan yang semakin deras.
"Ah. Pak Alex, hujannya begitu deras. Anda tidak membawa payung?"tanya Scurity.
Presdir Alex diam dengan kedua tangan masuk ke dalam kantong celana. Lalu Scurity itu celingak-celinguk mencari seseorang dan matanya melihat wanita yang tengah berjalan menerobos hujan dengan payungnya.
"Hei ! Nona yang pakai tas Selempang di depan bisa pinjamkan payung sampai parkir?"Scurity itu meneriaki Ara yang terus berjalan.
Ara tentu saja ia tidak tuli, jelas-jelas ia mendengar. "Apa yang harus kulakukan."gumam Ara. Jika ia kembali lagi dan meminjamkan payungnya otomatis ia akan bertemu dengan pria itu lagi. Ara benar-benar sangat bingung.
Pak Scurity terkejut dengan wajah yang takut saat Ara belum saja berhenti. Dan presdir Alex pun menatap punggungnya dengan bingung.
"Hei ! Nona yang di depan, pak Alex yang ingin meminjam payungmu !"pak Scurity terus meneriaki Ara.
Ara tak menggubris perkataan pak Scurity yang sedari tadi meneriakinya, ia terus berjalan dan akhirnya Ara berlari meninggalkan tempat itu.
Pak Scurity amat terkejut, ia melirik ke arah presdir Alex yang diam dengan wajah datarnya. Pak Scurity diam membatu. Tentu saja Alex tertegun.
"Aku makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna dengan bergelimang harta, banyak sekali wanita yang tergila-gila padaku. Tapi tadi malah ada wanita yang kabur di depanku?!!"gumam Alex dalam hati dengan wajah tertunduk dan juga geram.
"Pak Alex ..."ucap pak Scurity dengan nada takut, ia melihat raut wajah bosnya sedang tidak bersahabat setelah menyaksikan penolakan dari wanita itu.
"Sialan, belum pernah ada yang menolak ku."geram Presdir Alex dalam hati dengan mata menatap ke arah Ara yang sudah jauh.
"Aku ingin tahu nama wanita itu!!"tambahnya dengan rahang yang menggertak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments