Kring.... Kring....
Alarm berbunyi nyaring, menandakan pergantian antara zona nyaman ke zona aktivitas. Membangunkan semua mahkluk yang berada di bumi.
"Hoamm"Ara membuka matanya. ia sengaja memasang alarm sepagi ini, dikarenakan hari ini hari dimana ia akan memulai masuk dunia kerja.
Ara bangkit dari kasur, lalu mengikat sembarang rambutnya. Dia melangkah mendekati jendela kamar dan dibukanya. Ara Menghirup udara pagi yang segar dan sejuk.
"Kenikmatan dunia"
Setelah itu Ara berlalu meninggalkan kamar dan kini ia berada di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Dan saat masakan Ara matang, Ara menyajikannya di meja makan. kakek menghampiri dimana Ara berada, diperhatikannya gadis itu seraya menyunggikan senyuman tipis.
Jika dilihat-lihat Ara semakin mirip saja dengan sang ibu. Mulai dari wajah dan ketelatenannya dalam mengerjakan sesuatu.
"Selamat pagi, kakek"sapa Ara dengan tersenyum.
"Ayo kakek, duduklah ... Ara mau pergi mandi dulu"pinta Ara seraya menarik kursi dan mempersilahkan kakek untuk duduk. Kakek pun dengan senang hati mengiyakan Ara dan langsung mendudukkan tubuhnya di kursi tersebut.
"Kakek sarapan duluan saja dan ini obatnya, jangan lupa di minum seusai makan. Oke!"
"Iya cucuku tersayang."dilihatnya macam-macam bentuk obat yang membuat kakek meneguk ludahnya sendiri dan menggidik ngeri.
Hampir setiap waktu ia harus meminum jenis obat-obatan dari dokter. Kakek sudah lelah, tetapi semangat yang diberikan Ara membuat kakek yakin penyakitnya akan segera sembuh.
"Awas saja kalau Ara lihat obatnya belum di minum."sahut Ara dengan tegas, dan berlalu meninggalkan meja makan.
Beberapa saat kemudian, Ara turun dengan pakaian rapi. Penampilannya kali ini membuat Ara terlihat dewasa dan juga cantik. Dia duduk di kursi makan untuk sarapan sedangkan kakek duduk di ruang tamu membaca koran pagi ini.
"Kakek obatnya sudah diminum?"
Kakek menoleh. "Jangan khawatir, udah kok."
"Oh ya?"
"Ya sudah kalo nggak percaya, jangan tanya."
"Percaya kok."ucap Ara sembari memasukkan sesendok makan ke mulut.
Kakek hanya memutar bola mata jengah lalu menatap koran lagi.
Seusai sarapan, Ara pamit kepada kakek. Sebenarnya Ara telah berbohong kepada kakek soal bekerja di mana. Karena Ara tahu jika ia berkata jujur akan bekerja di perusahaan SG pastinya kakek akan melarangnya. Ia juga tidak tahu alasan kakek melarang bekerja di perusahaan tersebut padahal gaji disana sangat besar dan menggiurkan. Karena Ara sangat membutuhkan uang, makanya Ara menerima tawaran bekerja disana, terlebih lagi itu adalah rekomendasi para dosen. Sayang bukan, jika Ara menyia-nyiakan kesempatan itu. Urusan dengan kakek nanti dia akan memikirkannya.
Pagi ini Ara pergi dengan ojek online jika ia menunggu bus atau angkutan umum lainnya kemungkinan Ara akan datang terlambat. Hari pertama kerja tidak boleh membuat kesalahan ralat seterusnya karena perusahaan ini tidak menerima toleransi. Itulah yang membuat Ara tertantang bekerja di sini.
Sesampainya...
"Terima kasih mbak, jangan lupa kasih bintang lima."teriak sang driver ojek online.
"Oke."
Ara menghela nafas lega. Untung saja masih banyak waktu. Ia pun mulai melangkahkan kakinya dengan wajah seceria mungkin dan terus mengembangkan senyumnya. Entah mengapa energi disini membuat suasana hati Ara seperti damai. Sepertinya bukan itu deh, energi yang membuatnya bersemangat adalah gajinya, hahaha!
Sebuah mobil berwarna hitam mengkilap berjalan memasuki area perkantoran, entah Ara yang terlalu bersemangat atau lengah sampai tidak menyadari kedatangan mobil tersebut. Ara terkejut! Untung saja kakinya cepat mengerem saat mobil itu melihat di depannya. Jantung Ara berdegup kencang. Angin yang dibawa mobil itu membuat rambutnya beriap-riap terbawa angin.
Astagfirullah! Ngagetin aja ...
Kini tatapannya tertuju kepada mobil yang hampir menabraknya berhenti di parkiran VVIP. Pintunya terbuka, seorang lelaki berwajah ganteng dengan setelah jas warna biru Dongker turun dari mobil. Tubuhnya yang tinggi semampai membuat siapa saja dapat berdecak kagum. Wajahnya datar tanpa ekspresi berjalan dengan menenteng tas kerja hendak memasuki lobby utama perusahaan.
Hmm ... Kayaknya pemilik mobil itu adalah orang penting ...?
Biarpun penting tapi cara dia bawa mobil hampir mencelakai ku! Hmm, aku harus memberi pelajaran padanya supaya tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Ara yang memiliki sifat gigih dan ulet, tidak pernah kompromi terhadap siapapun tidak akan membiarkan orang itu lolos begitu saja dari pandangannya. Jangan kira karena Ara berkacamata bulat dia akan membiarkannya pergi begitu saja. Kalian salah, Ara bukan wanita lemah seperti dalam novel CEO mendominasi.
Mau kabur ya?!
Jangan mimpi!
Baru saja Ara mengangkat kaki seseorang dari belakang memegang bahunya. Ara tersentak dan langsung memutar balik badan dengan ancang-ancang mau memakinya karena sudah membuat lelaki itu kabur dari jangkauan matanya.
"Siapa sih ...!"
"Hai?"sapa orang ini, lembut.
Ya Amstrong!
Manis banget senyumnya.
Jadi insecure ...
Wanita berkulit putih dengan bulu mata yang menantang angkuh dunia ini menggelirkan matanya menatap bingung Ara yang tampak terkesiap dengan mulut sedikit terbuka. Perempuan ini tertawa. Tawanya begitu lembut dan elegan.
"Staf baru ya?"
Ara! Jangan seperti orang bodoh, ayo bangun. Inget image! IMAGE! IMAGE ARA!
Ara menepuk-nepuk pipi, menyadari wanita ini menatapnya Ara segera seserius mungkin dan bersikap seperti semula.
"Ya..."ucapnya canggung.
"Oh ya, kenalin namaku Safira Abigail Clancy karyawan lama di perusahaan ini di bagian divisi pemasaran. Panggil aku Fira,"Ara membalas uluran tangan wanita bernama Safira. "Rara Raditya or Ara."
"Oh ternyata kamu Ara, berarti kamu beruntung sekali bertemu denganku. Iya, kita satu divisi lho. Ya sudah, ayo kita masuk."
"Hmm, baiklah."
Ara mengikuti langkah wanita cantik didepannya ini. Dari belakang ia menyadari bentuk tubuh Fira terlihat seperti gitar Spanyol dan memesona. Ara langsung membandingkan dengan bentuk tubuhnya, rata dan tepos.
Kalah cantik
Kalah seksi
Kalah bohay
Triple K, Ara mengusap wajah. Terima nasib itu lebih baik daripada menangisi nasib. Hmm, tunggu Ara kaya. Seluruh skincare bakal dia beli.
Tidak cuma cantik gadis ini juga sangat ramah, hal itu sangat terasa sekali oleh Ara walaupun baru bertemu untuk pertama kalinya obrolan mereka tetap nyambung dan asyik diajak bicara. Dengan begini Ara merasa tidak canggung lagi dan tidak merasa sendirian.
"Ara, boleh aku bertanya kepadamu?"
"Ya? Boleh saja."
"Semoga saja kau nyaman ya dengan pertanyaan ku ini, hehehe."Ara mengerutkan kening. "Alasanmu bekerja disini, apa?"
Melihat Ara hanya diam begitu mendengar pertanyaannya yang mungkin saja tidak rasional dan tidak penting. Fira menjadi tidak enak.
"Tidak usah dijawab kalo gak mau jawab, aku nggak maksa kok, cuma mau tau aja, hehehehe ...."
"Alasan bekerja disini ya? Pertama karena gajinya, kedua karena rekomendasi para dosen di kampusku. Dan yang ketiga ..."Ara menjeda kalimatnya. Fira kelihatan penasaran. "Karena alasan yang pertama, habisnya gajinya sih besar banget siapa sih yang nggak tergoda."
"Itu saja?"
Ara mengangguk. Memangnya apa lagi?
"Sepertinya kau pecinta uang ya?"
Astagfirullah, ketauan.
Jadi malu ...
Tatapan Fira beralih menatap ke depan dengan ekspresi datar.
"Kebanyakan wanita yang bekerja disini bukan hanya sekadar bekerja saja melainkan berlomba-lomba mendekati sang Presdir untuk menaikkan status sosial mereka. Mereka bahkan tampil cantik dan menawan demi menarik perhatiannya ..."
Memangnya seganteng itu kah Presdir perusahaan ini? Sampai banyak wanita berlomba-lomba mendapatkannya.
"... Pertama melihatmu kupikir kau juga salah satu dari mereka."ucap Fira menoleh pada Ara tidak percaya.
"Aku???"ujar Ara menunjuk dirinya. "Hmm, bagaimana mungkin aku memiliki niat konyol seperti itu, tidaklah. Aku kesini jelas-jelas mau bekerja bukan cari muka sama tuh Presdir. Emang seganteng itu kah sampai banyak wanita mengejarnya."
Fira sontak mendelik tajam. Dari sekian banyak wanita baru kali ini ia mendengar ucapan seperti itu yang mempertanyakan ketampanan sang Presdir. Sepertinya nih cewek belum bangun, hmm. Biarlah, biar dia tahu sendiri nantinya.
"Lalu, bagaimana dengan dirimu? Apakah kau salah satu dari mereka? Bekerja disini dengan misi ingin mendekati Presdir?"
Fira tertegun mendengar pertanyaan gadis disampingnya ini, terlihat cupu namun sangat berterus-terang.
"Eng ... Aku ..."
"Tidak perlu dijawab, aku sudah tahu jawabannya."ucap Ara, datar.
Fira tertawa garing, yang Ara pikir benar adanya. Ia salah satu dari mereka, hanya saja Fira tidak seperti mereka yang menonjolkan perasaannya sedangkan ia hanya bisa memendam perasaan.
Lift berhenti dilantai enam dimana divisi pemasaran ditempatkan. Mereka keluar dari lift. Biarlah Fira yang jalan duluan untuk membimbingnya menuju tempat dimana dia akan bekerja.
"Aku lupa memberi tahumu apa saja yang harus diperhatikan di perusahaan ini. Dengar baik-baik ya."
Ara mengangguk.
Perusahaan ternama dan terbaik di Asia ini juga memiliki beberapa peraturan yang wajib dipatuhi oleh setiap staf yang terikat kerja dengan perusahaan ini. Antara lain adalah ....
Pertama, Presdir tidak mau mendengar para stafnya bergosip.
Okelah, masih bisa dimaklumi. Aku juga tidak suka bergosip.
Kedua, jika Presdir mengatakan kau salah, maka kau benar-benar salah.
Lumayanlah. Bos adalah maha benar dan bawahan maha kena imbas.
Yang ketiga, jika berani melanggar peraturan diatas maka konsekuensinya harus ditanggung sendiri alias dalam kata lain dipecat dari perusahaan dengan tidak hormat. Keluar dari Samudera Group berarti keluar dari dunia pekerjaan.
Apa-apaan ini?! Keluar dari Samudera Group berarti keluar dari dunia pekerjaan?! Gila! Aku yakin yang menulis peraturan ini orang gila. Itu namanya egois dong.
"Sejauh ini belum ada yang melanggarnya."Ucap Fira menoleh. Raut wajah Ara terlihat tidak senang. "Jangan dipikirkan. Lagipula Presdir sekarang sedang tidak ada di negara ini, dia sedang ada bisnis di luar negeri. Aku dengar dia bakal pulang tahun depan."
"Terus kenapa para wanita itu berlomba-lomba mendekati Presdir padahal orangnya saja tidak ada?"tanya Ara, bingung.
"Kantor ini luas, banyak sekali para staf laki-laki berwajah tampan tapi yang lebih menonjol yaitu sang Presdir."ungkap Fira.
Ara mengangguk-angguk kepala. Benar juga, lelaki tampan di dunia ini bukan cuma satu. Tapi Ara juga pernah mendengar selentingan kabar katanya kalo mau cari cowok ganteng dan cewek cantik ya disini tempatnya. Para stafnya memiliki visual sempurna semua.
Dan Ara menyetujuinya setelah melihat orang-orang di dalam ruangan ini, mereka semua tampan dan cantik.
Kedatangan Ara dan Fira tampaknya tidak disadari oleh mereka yang sibuk bekerja dengan wajah serius. Ara tersenyum manis, dia akan menjadi bagian dari mereka.
"Guys! Perhatikan sebentar."seru Fira bertepuk tangan membuat semuanya lantas mengalihkan perhatiannya.
"Ada apa, Fira? Kau tidak melihat kami sedang sibuk bekerja?"
"Kali ini kita kedatangan teman baru, namanya Rara Raditya."ucap Fira menarik Ara.
"Hai, namaku Rara Raditya panggil saja Ara, aku staf baru dari divisi ini mohon bimbingannya."ucap Ara memperkenalkan diri.
"Hai, Ara! Senang bertemu denganmu. Semoga betah ya divisi ini, semoga kita akan menjadi rekan baik."
Mereka menyapa Ara dengan berbagai macam tanggapan. Setelahnya, mereka kembali melanjutkan bekerja. Ara tersenyum kecut, kedatangannya tidak tepat waktu mereka tidak antusias sama sekali.
"Tidak apa-apa, mereka semua baik kok. Jangan diambil hati, mereka sedang sibuk."kata Fira setelah menyadari ekspresi sedih yang terlihat di mimik wajah Ara.
Ara mengangguk lirih.
"Macan tutul datang ! Kembali ke tempat masing-masing."ucap seseorang pria yang masuk dengan tergesa-gesa.
Sontak Fira dan karyawan lain langsung berhamburan dan kembali ke tempat masing-masing. Suasana ruangan tampak tenang.
Tidak berselang lama terdengar derap kaki mendekat. Ara menoleh, gadis muda berperawakan bak model kenamaan berjalan modis membawa sesuatu ditangan. Pakaian yang dia kenakan sedikit seksi dan ketat hingga menampakkan lekukan tubuhnya. Caranya menatap menunjukkan betapa angkuh dan sombongnya sosok ini. Hmm, orang pertama yang harus aku hindari, gumam Ara.
"Baru kali ini aku melihat perusahaan menerima kriteria karyawan seperti dia, dekil dan cupu. Apa yang Rissa lihat darinya?"gumam Lyana mencibir penampilan Ara yang berbeda dari yang lain.
Ara tersenyum saat Lyana menghampirinya. Senyumin aja dulu.
"Ini ID card milikmu. Dengar baik-baik ya, jangan sampai tidak dibawa kalo nggak mau kena masalah. Dan ya, berhubung kau staf baru divisi ini aku memberi tugas kepadamu."
Lyana yang memegang jabatan sebagai supervisor memberi setumpuk berkas yang harus dikerjakan olehnya.
"Satu lagi, jangan pernah berfikir mau cari perhatian sama Presdir atau pun manager. Ini bukan untukmu saja tapi untuk kalian semua. Kalian tidak pantas!"
Kami tidak pantas? Kau pikir kau juga pantas.
Mereka menunduk patuh meski dalam hati melontarkan sumpah serapah.
Lagipula siapa yang mau merayu presdir??? Kepedean banget Tante.
Sehabis itu, Lyana melengos pergi meninggalkan ruangan.
-0oo0-
"Aku heran sekali dengan Lyana, wajahnya cantik tapi hatinya sangat kejam. Dia seperti paling hebat saja diantara kita semua. Huh, semoga saja dia tidak akan mendapatkan pasangan!"ujar Fira ada kemarahan dibalik kalimatnya.
Ara yang berjalan di sampingnya sempat menoleh sebentar yang setelahnya melihat lagi ke depan. Di sepanjang lorong kantor Fira tidak henti-hentinya mengoceh tentang Lyana si cewek ember itu, sepertinya wanita itu banyak tidak disukai oleh orang-orang kantor karena sifat arogansinya. Hanya saja mereka semua cuma bisa membicarakan di belakang, sebab tidak ada yang berani menegurnya.
"Lama-lama aku bisa stress menghadapi wanita seperti dia! Ingin sekali aku cabik-cabik wajahnya, menjengkelkan sekali!"kata Fira, dengan ekspresi khasnya.
"Kenapa tidak kau cabik-cabik wajahnya saat dia masih ada?"sahut Ara, menoleh. Fira menggaruk tengkuknya, nyengir kuda hingga memperlihatkan sederetan gigi putih. "Nggak berani?" Ara kembali berucap lagi, "Kalo cuma bergosip dibelakang terus nggak berani menegurnya, lebih baik tidak usah bicara."
"Yang kau katakan memang benar, Ara. Kami hanya bisa mengomel dibelakang doang, habisnya jabatan Lyana diatas kita semua."kata Fira.
"...."
Fira menghela nafas. Dia kembali bersuara tat kala melihat gadis disampingnya ini berhenti padahal belum sampai lift. "Ada apa?"
Ara mengepalkan tangan dengan sepasang mata terpentang tajam ke depan, melihat itu lantas Fira mengikuti arah pandang matanya. Tidak jauh di depan mereka seorang pria berdiri dekat lift menunggu lift itu terbuka. Baru saja ia hendak membuka mulut, Ara sudah melengos.
"Ara?"
Tanpa basa-basi Ara menarik tangan pria itu.
"Oh ternyata kamu laki-laki yang bawa mobil arrogant itu ya! Bagus sekali kita bertemu jadi aku bisa memberi pelajaran padamu."ujar Ara.
Lelaki itu mengerutkan kening. "Tunggu dulu, apa kita saling kenal?"
Ara mendengus. "Aku? Mengenal dirimu? Mana mungkinlah aku kenal orang arrogant sepertimu ini."
"Lepas."ucap lelaki ini.
"Tidak mau."sahut Ara tidak ingin kalah. Jika ia melepaskan tangan lelaki ini bisa saja kan dia tiba-tiba kabur.
Fira menghentikan langkah. Matanya terbelalak kaget.
Ya ampun! Bukankah pria itu Manager Lendra, apa yang sedang Ara lakukan. Aish! Staf baru ini...
"Tidak mau lepas tangan juga!"Ara meneguk saliva nya kasar. Wajah lelaki ini kenapa bisa menakutkan sekali dengan suara yang terdengar marah dan dingin. Ara pun melepaskan tangannya dari tangan lelaki ini.
"Ngg... apa kau tau apa sudah kau perbuat padaku, gara-gara bawa mobil sembarangan kau hampir saja menabrak ku!"kata Ara.
"Oh, terus?"Ucapnya dengan ekspresi datar. "Kau ingin aku bertanggung jawab padamu gitu?"
"Tidak perlu sampai begitu. Aku mau kau meminta maaf kepadaku itu saja dan aku bakal melupakan kejadian itu."sahut Ara dengan nada rendah.
"Meminta maaf? Apa aku mengenalmu?"ucap si lelaki menyeringai.
Sialan! Udah syukur aku tidak membawanya ke jalur hukum dan hanya menagih permintaan maafnya saja. Tapi dia masih saja bersikap sombong.
Lift pun terbuka, lelaki ini mulai bergerak masuk lift hanya saja cekatan lengan Ara menghentikan langkahnya, lantas ia mendelik tajam. Ara buru-buru melepaskan tangannya.
"Jangan kabur, kau belum meminta maaf padaku."pekik Ara, tajam.
"Selamat siang manager? Hehehe ... Maaf ya soal ini, dia karyawan baru jadinya sedikit lancang, semoga anda tidak memperhitungkan."Fira menarik gadis itu ke belakang tubuhnya. Sementara ia meredakan suasana panas saat ini dengan senyuman walaupun super canggung apalagi tatapan lelaki itu membuatnya mati gaya.
"Fira? Apa yang kau lakukan?"
Fira sontak melemparkan tatapan intimidasi membuat Ara bergidik ngeri. "Ayo Ara, minta maaf kepada manager Lendra."
"Untuk apa?!"kata Ara sambil bersidekap.
Astagfirullah, nih anak belum tau aja siapa orang yang sedang dihadapinya.
Melihat Ara yang acuh tak acuh Fira pun segera menarik tubuhnya paksa, memegang kepala lalu memaksanya membungkukkan kepala.
"Fira!"
"Diam!"bisiknya.
Masih melakukan hal serupa padanya membuat Ara berdecak kesal bisa-bisa lehernya patah jika terus begini. Sementara Fira terus melancarkan jurus permintaan maaf dengan wajah dibuat-buat. Manager Lendra menyipitkan mata. Berurusan dengan mereka membuang waktu, pikirnya. Dia pun melenggang masuk lift.
"Sampai jumpa manajer, semoga harimu menyenangkan."teriak Fira saat detik-detik lift tertutup. Ia pun menjauhkan tangannya dari kepala Ara. Sedangkan Ara memekik kecil sambil memegangi tengkuknya yang hampir patah.
"Mengapa kau menahan aku? Jadi kabur kan orang arrogant itu."cicit Ara, heran.
Bukan penyesalan yang Fira berikan melainkan tatapan tajam yang mengintimidasi itu membuat nyali Ara menciut.
"K-kenapa?"
"Pakai nanya lagi!"Fira sontak menjitak kepalanya. "Kau ini cari masalah di hari pertama kerjamu ya! Apa kau tahu siapa orang yang kau marahi barusan?"Ara menggeleng. "Bodoh! Dia itu adalah manager kenamaan perusahaan."
"Lalu apa masalahnya jika dia seorang manajer? Yang dia lakukan itu sangat keterlaluan tahu,"ucap Ara dengan wajah polos tanpa beban.
Fira mendesah. "Bodoh jangan dipelihara cantik! Untung saja kau bertemu denganku, jika tidak aku yakin hari pertamamu bekerja akan menjadi hari terakhirmu bekerja di sini tau!"
"Emang seberat itu konsekuensinya?"tanya Ara.
"Tentu saja. Selain menjabat sebagai manajer kenamaan perusahaan, dia juga adik kandung pimpinan tau. Perusahaan tidak akan ikut campur jika kau dipecat olehnya meskipun kau sangat pintar tahu."Ara mengangguk samar. "Kau beruntung dia tidak memperhitungkan permasalahan ini dengan serius, aku cuma taku nantinya kau ..."
Ara menoleh saat Fira menjeda kalimatnya.
"Kau apa?"
"Sudahlah. Jangan dipikirkan."Fira melengos masuk lift saat sudah terbuka. Ara menggaruk kepalanya lalu ikut masuk ke dalamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments