Episode 2

SAMUDRA GROUP, namanya membuat sanubari bergetar seketika. Perusahaan besar yang konon katanya sang pemilik hanya membutuhkan waktu lima tahun untuk membuatnya berjaya sampai detik ini. Perusahaan terbaik dari sepuluh perusahaan di Asia dengan bangunannya modern, bertingkat-tingkat yang pasti pencakar langit. Di usia yang masih muda perusahaan ini sudah memiliki cabang dimana-mana, hebat bukan. Menjadi bagian dari perusahaan ini merupakan anugerah luar biasa. Bahkan yang santer terdengar, dari ribuan orang yang layak melakukan interview hanya beberapa orang saja termasuk dirinya.

Tapi, mereka harus menjalani seleksi ketat lainnya dan yang terpilih pasti satu atau dua orang beruntung saja. Itulah yang membuat Ara nervous.

Jantung Ara berdebar-debar sejak pertama menginjakkan kaki disini. Sekujur tubuhnya terasa dingin. Ara menarik nafas mencoba untuk tidak panik dia harus tenang. Yang membuat Ara panik begitu melihat orang yang habis interview keluar dengan menangis, teriak-teriak tidak jelas, dan marah-marah. Sebenarnya apa yang ditanyakan oleh mereka?

“Rara Raditya, silahkan masuk!”

Deg! Namanya dipanggil. Ara kembali menarik nafas dalam-dalam. Baiklah, dia bergumam. Ara mulai melangkah sepanjang mata memandang banyak sekali Pandang mata menyorot tidak suka. Ara tidak peduli.

Ada tiga orang yang mewawancarai. Satu perempuan dan dua laki-laki.

“Silahkan duduk.”

“Terimakasih.”

Salah satu dari mereka membaca surat lamaran kerja milik Ara. Matanya terbelalak kaget melihat nama universitas yang tercantum di surat lamaran kerja Ara. Yang membuat mereka tambah kaget lagi, nilai akreditas Ara diatas rata-rata bahkan segudang prestasi diborong olehnya. Paket lengkap.  Demi terlihat profesional mereka kembali pada mode wajah serius.

“Kami cukup terpukau melihat skill academic yang kau miliki. Kau sangat berpotensi dan cocok dengan kriteria pekerja yang kami cari. Hanya saja, itu semua tidaklah cukup.”Ara menjadi tegang.

“Kami mencari pekerjaan paket lengkap mulai dari skill, wajah dan juga penampilan. Kau mungkin menang jika berdasarkan skill. Akan tetapi.. kau mengerti kan maksud kami apa?”

Ara mengangguk. Penampilannya tidak terlalu menarik dan dia juga tidak terlalu cantik. Ara tidak memusingkan semua itu, setiap perusahaan memiliki kriteria pekerja masing-masing. Sekarang hanya keberuntungan yang Ara harapkan.

“Kau jangan berkecil hati. Kau beruntung kami menyukaimu saat pertama kali bertemu. Kami akan memberi kesempatan kepadamu dengan syarat kau menjawab pertanyaan dari kami, bagaimana?”

Tentu saja Ara setuju. Itu yang diharapkan. “Terimakasih. Aku tidak akan mengecewakan kalian.”

“Aku menyukai percaya dirimu.”

“Apa kau siap?”

Ara mengangguk.

“Baiklah, ayo kita mulai. Seandainya kau sudah diterima bekerja di sini, disaat perusahaan mewajibkan setiap staf atau karyawan untuk menghadiri rapat umum,  tiba-tiba kau mendapat telepon dari keluargamu yang mengatakan salah satu keluargamu mengalami kecelakaan. Pertanyaannya adalah apa yang akan kau lakukan, tetap mengikuti rapat atau berlari menemui keluargamu yang kecelakaan?”

Ara tertegun. Pertanyaannya ini sangatlah sulit diantara keduanya dia harus memilih salah satu. Ara harus konsentrasi dan memberikan jawaban yang memuaskan dan tepat.

Si wanita yang mengajukan pertanyaan tersenyum tipis. Tidak banyak orang bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Mereka terlalu memikirkan emosi semata.

“Menurutmu dia akan memilih apa?”bisik lelaki yang memakai dasi biru garis-garis kepada lelaki di sebelahnya yang tampak berpikir.

“Aku tidak yakin. Pertanyaan yang Rissa lontarkan itu sulit.”

“Benar juga. Rissa memang pantas disebut staf profesional.”

“Sudah jangan berisik. Kita lihat saja apa yang dia pilih.”

Lima menit telah berlalu dan Ara masih belum menjawab pertanyaan tersebut.

“Kau menyerah?”

“Aku tidak memilih keduanya.”

“Jelaskan!”

“Itu hanya perumpamaan saja. Walaupun aku memilih salah satunya menurutku itu tidak adil. Kedua-duanya sangat penting bagiku. Akan tetapi, demi keprofesionalan selaku karyawan disini aku akan mementingkan pekerjaan.”

Mereka terdiam. Raut wajah mereka sama sekali tak terbaca membuatnya sempat menerka-nerka tanggapan mereka. Ara tidak berharap banyak karena keputusan berada di tangan mereka. Setelah larut dalam diam. Wanita yang mengajukan pertanyaan akhirnya membuka suara. Hal itu membuat Ara berdebar-debar.

"So, setelah kami pikir-pikir kami memutuskan..."Rissa menjeda kalimatnya. Ara tambah deg-degan campur aduk.

"... Selamat kau diterima!"Rissa dan rekannya berdiri, lalu mengulurkan tangan.

Ara kaget. Anggota badannya bergetar secara alami. "Aku... Aku diterima..?"

Mereka mengangguk.

Aaaaaaa! Ingin rasanya Ara berteriak saking kagetnya. Dia lantas menjabat tangan mereka. Akhirnya mimpi Ara untuk bergabung disini terwujud.

-0oo0-

"Kakek, aku pulang."

Ara masuk rumah. Meletakkan sepatu ke rak sepatu. Sepasang matanya ia edarkan ke sekeliling rumah, tapi tidak mendapati sosok kakek. Mungkin kakek berada di kamar makanya nggak jawab ucapan Ara. Lantas dia berjalan untuk mencarinya. Derap langkah Ara berhenti di depan pintu kamar kakek.

Tokk! Tokk! Tokk! Ara mengetuk pintunya.

"Kek? Kakek? Ada di dalam, ya?"Akan tetapi tidak ada sahutan dari dalam. Ia mengerutkan kening, biasanya kakek selalu menjawab. Pasti orang tua itu sedang tidur. Ara mengangguk pelan. "Kakek nggak jawab, aku masuk nih. Masuk ya..? Yaudahlh masuk."

Saat sudah dibuka pintunya Ara tidak melihat kakek di kamar, kamar itu kosong melompong kayak kartu rekening Ara sekarang.

"Ke mana perginya kakek? Di kamar nggak ada. Ah...!"

Ara langsung keluar. Kini dia berjalan menuju halaman belakang dan sialnya kakek tidak ada, begitu juga di ruang lainnya. Ara menggaruk pipi, bingung mencari kakek. Tiba-tiba matanya melotot sempurna.

"Jangan-jangan.. kakek keluar rumah dan tersesat..?! Akh!"

Ara menepuk dahi. Kakeknya ini kalo sudah pergi keluar rumah dan berjalan-jalan di sekitar pasti tidak balik lagi dikarenakan penyakit pikun yang sudah menjamur mengingat usianya sudah tua yang akibatnya lupa jalan pulang. Nah, sekarang Ara harus mencarinya dan tidak ingin sesuatu terjadi padanya.

Ara keliling sekitar kompleks. Kadangkala dia bertanya pada orang yang ditemuinya siapa tahu saja melihat kakek.

"Maaf, Tante, lihat kakek aku tidak?"

"Pak Rachmat? Tante nggak liat tuh. Emang nggak bilang mau pergi kemana?"ujar wanita paruh baya itu.

"Nah, justru itu! Ara nggak tau soalnya Ara baru pulang."keluh Ara.

"Oh, begitu ya."

"Ya, sudah, Tante aku mau cari kakek dulu. Terimakasih."

"Iya, iya, kalo Tante melihat kakekmu nanti Tante kasih tau kamu."

"Makasih, Tante!"

Wanita paruh baya itu menatap punggung Ara yang semakin menjauh. Dia tersenyum perlahan-lahan menggelengkan kepala pelan, lalu pergi. Komplek tempat tinggalnya ini banyak sekali gang bisa membuat orang kebingungan. Bahkan orang lama pun kadang kali suka tersesat, dia cemas kakek tersesat. Syukur-syukur bertemu orang baik yang mau mengantarkan kakek. Ara berhenti. Nafasnya terengah-engah. Dia menghirup udara guna menetralkan nafasnya.

"Udah sejauh ini masih juga belum bertemu kakek. Sebenarnya kakek dimana sih. Semoga saja kakek baik-baik saja."

Ara menengok ke arah barat. Ia berkerut kening. Tujuan meter didepan ada lelaki tua sedang duduk di kursi taman melihat kearah lain. Bola mata Ara melebar sempurna.

"Sepertinya itu kakek! KAKEKKK!"

Ara berlari menghampiri lelaki tua tersebut dan langsung memegang bahunya. Dia menoleh. Ternyata benar lelaki tua itu adalah Kakeknya.

"Kakek sedang apa disini? Aku dari tadi nyariin Kakek. Kakek tau seberapa khawatirnya aku mengetahui kakek tidak ada di rumah. Aku sampai keliling dan bertanya kepada orang-orang, aku takut kakek kenapa-kenapa,"ucap Ara cemas. Menatap kakek dari atas sampai bawah.

Kakek terkekeh. "Kakek baik-baik saja jangan khawatir."

Ara mendengus. "Bagaimana aku tidak khawatir, kakek pergi dari rumah tanpa mengabari aku. Untungnya aku pulang cepat."

Kakek terbengong melihat Ara mengomelinya.

"Pokoknya aku nggak mau tahu lagi kakek pergi dari rumah tanpa memberi tahu aku.. aku takut terjadi sesuatu sama kakek. Nanti kakek diculik gimana coba? Terus penculiknya minta tebusan gimana? Kan aku pusing sendiri nantinya."Oceh Ara panjang lebar ditambah ekspresi menggemaskan membuat siapa saja mungkin akan tertawa melihatnya.

"Iya, iya, Ara memang terbaik. Lihatlah kakek baik-baik saja kan? Tidak ada yang terluka sama sekali."ujar kakek meyakinkan Ara.

"Pokoknya Ara marah."Ara merajuk.

Kakek menggeleng sambil tersenyum lembut. Lalu mengelus rambut Ara dan berucap; "Kakek minta maaf, jangan marah lagi ya?"

Ara mengerucutkan bibir. Apabila kakeknya sudah membujuknya dia tidak bisa apa-apa selain tidak marah lagi.

"Kali ini Ara maafin kakek, tapi lain kali jangan harap."

"Baiklah, baiklah."

Saking sibuk mengomeli kakek Ara sampai tidak sadar ada orang lain yang berdiri tepat di sebelah Kakek yang sedari diam-diam tertawa pelan melihat cara dia memarahi kakek seperti seorang ibu mengetahui anaknya main hujan-hujanan. Lelaki jangkung itu berdehem. Mereka tergugah. Ara menyipitkan mata. Pemuda ganteng darimana ini? Tampaknya usianya masih muda. Pakaian rapi, jam tangan mahal, serta gesture wibawa tampaknya orang ini bukan sembarang orang. Jika Ara tidak salah menduga dia pasti seorang pengusaha atau selebritis. Ara mengangguk-angguk pelan. Inilah kelebihan Ara menilai sesuatu begitu melihatnya.

"Kau siapa?"

Kakek menengahi. "Oh ya, Ara, kakek sampai lupa memberitahumu siapa pemuda ini. Habisnya kau tidak memberikan kakek kesempatan untuk bicara sih."

Ara mendelik. "Itu salah kakek."

"Sudahlah. Nak Arkan, ini Ara, cucu kakek."kakek memperkenalkan Ara kepada lelaki yang bernama Arkan ini. Lelaki itu tersenyum tipis. "Untunglah kakek bertemu nak Arkan yang baik ini. Jika tidak, mungkin beda ceritanya."

"Ah, kakek tidak perlu memuji. Aku kebetulan lewat saja."

Ara memberi tatapan intensif. Dari cara dia bicara dan tertawa? Umm, sangat mencurigakan. Aku harus berhati-hati.

"Ahahaha, nak Arkan terlalu merendah. Memang benar nak Arkan ini pemuda yang sangat baik dan juga tampan benar tidak Ara?"Kakek menoleh ke arah Ara.

Ara tertegun. Nah! Nah! Ada apa ini. Kenapa harus meminta jawaban padanya. Semua orang yang melihat juga pasti akan mengatakan dia tampan, tampan dan ganteng. Kakek menyenggol lengan Ara lalu tertawa garing.

"Ah, iya.. tampan."

"Hahaha, kakek dan nona Ara bisa saja memujinya. Tapi terimakasih lho."

Ara terdiam sambil membatin sedangkan kakek sudah seperti penjilat saja dengan mengangkat-ngangkatnya menggunakan pujian super pupuk.

"O...ya, kakek tadi aku membelikan mu minum."Pemuda ini memberikan kantong berisi minuman.

"Ah! Tidak perlu repot-repot. Tapi nak Arkan sudah membelikannya sudah sepatutnya kakek menerimanya."Sahut kakek tidak tahu malu. Saat hendak mengambil bungkusan minuman tersebut tiba-tiba suara Ara terdengar.

"Tunggu dulu. Minuman apa ini?!"Ara merebutnya dan langsung mengeceknya. Minuman dengan pemanis buatan.

"Ara!"

"Tidak boleh. Kakek tidak boleh meminum minuman dengan pemanis buatan karena tidak baik untuk kesehatannya. Tolong ambil lagi."Ara menyerahkan. Pemuda itu terdiam.

"Ah, maaf, aku tidak tahu."

"Ara jangan terlalu kasar."ucap Kakek menegurnya tapi sayang Ara tidak menggubrisnya.

"Aku akan membawa kakek pulang, terimakasih kasih kau sudah menjaganya. Selamat tinggal."Kata Ara berterimakasih. "Ayo, kakek."

"Nak Arkan jangan diambil hati perkataan Ara barusan ya. Dia sebenarnya wanita baik, itu semua karena terlalu khawatir padaku."Kakek Memberi pengertian kepada sang pemuda.

"Tidak apa-apa. Wajah nona Ara mengatakan itu. Aku yang terlalu gegabah."

"Kau lelaki baik. Ya sudah, kami pulang. Selamat tinggal."

Arkan mengangguk. Kakek segera menyusul Ara tiga meter didepan.

"Apa yang kakek bicarakan?"

"Bukan apa-apa."ucap Kakek dingin.

"Mengapa ucapan kakek terdengar seperti sedang marah padaku?"gumam Ara. Dia menghela nafas, mengejar langkah kakek lalu menuntunnya meskipun kakek kadang menolak.

Sementara pemuda itu belum mengalihkan pandangan matanya pada mereka berdua. Tiba-tiba dia tersenyum aneh.

"Menarik."

Terpopuler

Comments

Vitamincyu

Vitamincyu

👍👍👍

2024-09-20

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode terakhir
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!