Digenggamnya jemari Anara perlahan mata Kinara mulai basah, melihat kondisi Anara yang memprihtinkan Kinara tak bisa berhenti menyalahkan dirinya juga menahan tangisnya.
"Ana, aku minta maaf." Tukas Kinara begitu menyesal.
Pagi-pagi sekali Kinara sudah heboh karena Anara tiba-tiba hilang dari kamarnya. Kinara yng panik segera meminta Rayhan untuk mencari Anara.
"Sayang, jangan panik, ok. Ini tidak baik untuk kehamilan kamu, tenang sayang, tarik nafas kamu. Tarik nafas! aku berjanji akan mencari Anara,"
Saat ini Rayhan dan Kinara sedang dalam perjalanan mencari Anara,
Rayhan terus membanting setirnya, dengan cepat melaju diatas rata-rata. Rayhan dan Kinara terus memeriksa barangkai ada Anara disepanjang jalan.
Karena tidak juga menemukan Anara Kinara pun semakin dibuat panik.
"Sayang. Kamu yang tenang ya, Anara pasti baik baik saja yang kamu harus yakin" Rayhan mencoba menenangkan Kinara.
"Anara." Ucap Kinara dalam tangisnya.
POV Anara
, pagi pagi sekali Anara turun dari tempat tidurnya yang tidak Anara kenali, karena ketakutan Anara akhirnya mengendap-endap dan kabur.
Setelah cukup lama berkeliling Rayhan sejenak menepi.
"Sayang kita sudah berkeliling cukup jauh apa mungkin Anara pergi sejauh ini? Jangan-jangan Anara pergi ke suatu tempat." fikir. Rayhan.
Kinara yang tengah tersandar sedih pun mendadak terduduk tegak saat mengingat satu tempat yang mungkin didatangi Anara.
..
Anara yang telah kembali kesadarannya saat ini tengah berziarah kemakan Ayah dan ibunya setelah menabur bunga Anara berjalan pergi menuju tempat ayahnya meregang nyawa, disana tangis Anara kembali pecah. "Ayah," Panggil Anara, dia terduduk sedih ditepi jalan dengan mata mendongak ke keatas. "Ayah yang tenang ya disana, doakan Anara, supaya Anara sanggup menjalani sisa hidup ini tanpa Ayah dan ibu." Seperti sebelumnya, setelah menaruh seikat bunga Anara pun pergi, rumah yang ditujunya.
Sejak malam tadi Geo terus berputar mencari keberadaan Anara, saat melewati jalan yang menjadi tempat kejadian menyakitkan itu Geo menyempatkan diri untuk menaruh seikat bunga sebagai tanda berduka, geo juga berkata "Sayang, apa kabar kamu baik baik saja kan? Aku harap kamu baik baik saja disana. Sayang aku berjanji akan menemukan pembunuh itu dan membalasnya dengan balasan setimpal." Setelah Itu geo kembali mengemudikan mobilnya mencari Anara, sang pembunuh.
Hingga pagi menjelang Geo masih belum berhenti, Geo memang tidak berniat berhenti sebelum menemukan Anara karena jika dirinya berhenti konsekunsi berat akan ditanggungnya.
"Sial," Dengus Geo sambil memukul kemudinya, geram.
"Kenapa pembunuh itu bisa dengan mudah menaklukan hati mamah, kenapa mamah bersikeras untuk menemukan pembunuh itu, apa mamah lupa kalau perempuan itu yang membunuh Renta. Sial sial sial kenapa aku harus terlibat dengan pembunuh itu!." Teriak Geo.
Beberapa saat geo masih menepi, karena sudah sangat lelah Geo memutuskan untuk beristirahat sejenak dan tak lama kemudian geo pun tertidur.
Tapi saat tertidur geo kembali mendengar derap langkah Renata saat berlari untuk menghindari dua orang yang sedang mengincarnya derap langkah penuh ketakutan itu terus mengiang ditelinga Geo bahkan sampai membangunkan geo dari tidurnya.
"Rena, maafkan aku." Gumam geo, diakhiri dengan titisan air mata penuh penyesalan.
sepertinya Geo sangat kesulitan menerima kenyataan itu sehingga Geo tampak tidak bisa tenang.
"Perempuan itu aku nggak bisa melepaskannya." Ucap geo penuh amarah
Setelah menepuh perjalanan sekitar sepuluh menit dengan berjalan kaki Anara akhirnya tiba dihalaman rumah yang sangat sederhana, sebelum masuk Anara sempat mematung memerhatikan rumah tua yang tidak terurus.
"Ayah Anara pulang." Ucap Anara lirih, saat kembali melangkahka kakinya untuk memasuki rumah, Anara tak bisa menahan tangisnya mengingat kalimat itu selalu menjadi salam Anara ketika kembali dari mana pun,
Saat sang Ayah masih hidup ketika sampai didepan rumah Anara akan berteriak dengan sangat lantang kapada Ayahnya "Ayah Anara pulang." Dan biasnya sang ayah akan targesa gesa keluar dari rumah menyambutnya dengan senyuman diwajah kariputnya.
Saat ini sudah tidak ada lagi senyum keriput itu, Anara telah kehilangan dia untuk selama lamanya.
"Anara !" Panggil seseorang dengan suara berat, Anara yang hampir meraih pintu pun berbalik. Saat melihat Geo berdiri didepannya Anara segera memalingkan wajah.
"Ada apa kau datang kemari ?" ketus Anara.
Mendengar pertanyaan macam itu Geo menatap dengan benci, seakan Geo yang mengejar-ngejar Anara.
"Kau pembunuh, kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu aku tidak akan melepaskanmu!." Geo menarik tangan Anara dan menyeretnya.
Pembunuh ! Kalimat itu membuat Anara sedikit pusing, dan saat mencoba mengingat kejadian itu mata Anara kembali gelap
"Aku bukan pembunuh!," Anara mengetuk ngetuk kepalanya bersaha untuk menjaga dirinya tetap sadar. "Aku tidak membunuh siapapun" tapi Anara kesulitan untuk mengendalikan emosinya.
"Benarkah? Jangan fikir kau bisa melindungi dirimu, ingat ! Bukti bukti akan menyeretmu kedalam penjara, kau akan membusuk disana !" Teriak Geo
"Silahkan ! Jika ternyata aku tidak bersalah kau Jangan menyesal !" Balas Anara.
"Menyesal.? Aku hanya akan menyesal bila tidak bisa melihatmu membusuk dalam penjara"
Anara tersenyum, senyum yang dipaksakan untuk menutupi gejolak amarah yang membara didalam hatinya.
"Jika tidak ada hal lain, silahkan pulang ! Tempatmu bukan disini." Usir Anara lirih.
"Ya, kau benar tempatku memang bukan disini, kau harus tau aku benci, aku benci harus datang kerumah ini, rumah pembunuh."
"Cukup !" Anara menutup telinga dengan kedua tangannya. "Pergi!, pergi, pergi!" Teriak Anara mengusir Geo dengan menunjuk nunjuknya
"Kau harus Ikut dengan ku." Ucap Geo, dia menarik tangan Anara dan menyeretnya dengan kasar.
"Lepaskan, Lepaskan. Kau harus mempunyai bukti yang kuat kau tidak bisa memenjarakan aku begitu saja." Anara meronta mencoba melepaskan remasan kuat jari Geo dipergelangannya, Anara mengira Geo akan menjeblosskan dirinya kepenjara tanpa alasan yang nyata.
"Diam!" bentak Geo, saat Anara terus saja meronta Geo sempat menghentikan langkahnya, lalu Geo kembali menyeret Anara kedalam mobilnya dengan kasar.
"Hentikan !" teriak Kinara dari kejauhan. Melihat Anara diperlaukan dengan kasar Kinara bergegas datang.
"Lepaskan!" Kinara melepaskan cengkraman tangan Geo kepada Anara.
"Kinara," Ucap Anara sedikit terkejut saat tiba tiba Kinara muncul dihadapannya.
Kinara telah berhasil melepaska cengkraman itu dan melindungi Anara dengan tububuhnya, tapi dengan secepat Kilat Geo kembali menarik tangan Anara dan kembali menyeretnya dengan paksa.
"Lepaskan dia !" Teriak Kinara, sebelah tangannya masih memegangi tangan Anara.
"Tidak,! Dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya." Balas Geo ia terus menarik Anara dari Kinara dengan kasar.
"Sudah kubilang aku bukan pembunuh !" Teriak Anara.
Kinara memutar tatapannya kepada Geo dan juga kepada Anara. "Pembunuh.?" Kemudian Kinara beralih menatap Rayhan yang telah berdiri didekatnya, perlahan gemggaman kinara ditangan Anara melemah.
Anara pembunuh?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
LeoRani
siap kaka, stay tune ya
2022-12-04
0