Karena merasa sudah melakukan kewajibannya memenuhi wasiat Renata, Gio pergi meninggalkan tempat akad.
Anara mengikuti Geo dari belakang, "Geo!" Panggil Anara dan Geo pun berhenti tanpa berbalik. "Kamu boleh melakukan ini kepada ku, dan kamu juga berhak membenci pernikahan ini, tapi aku mohon! kamu tidak boleh melakukan ini kepada Mama, kamu akan mempermalukan dia. Setidaknya tetap di sini sampai para tamu pulang.
Geo berbalik, melayangkan tatapan dingin kepada Anara, Geo berjalan kecil Anara yang ketakutan dengan tatapan Geo memundur kan langkahnya, "Siapa kamu? berani berani beraninya menyuruhku ?! " Bentak Geo, suara itu bak hentakan petir ditelinga Anara, menggelegar dan sangat nyaring. memang begitulah suara Geo.
"Aku mohon ! Kau jangan mengusir para tamu mereka bukan orang orang biasa kamu undang dan usir begitu saja, kita tidak boleh mengecewakan mereka. Kamu tidak boleh mengusir mereka begitu saja, demi memenuhi undangan mu mereka mungkin telah membatalakan berbagai acara penting, mereka yang kesusahan mencoba membagi waktu mereka, demi kamu mereka rela meluangkan waktu berharga mereka demi menghadiri pesta menyedihkan ini." Ucap Anara dengan menekan kata terakhir.
"Lalu kenapa kau disini? bukankah ini pernikahan yang kau inginkan? Duduklah disana nikmati kemenanganmu." Teriak Geo.
"Pernikahan yang aku inginkan.? Bukankah kalian yang memaksaku menikah?."
"Jangan berlaga bodoh Anara ! Kau telah merencanakan ini semua dan sekarang kau pura pura tidak tau Apa-Apa.? Perempuan licik!"
"Apa maksud mu geo.? Kenapa kau berkata seolah akulah yang menginginkan pernikahn ini seolah akulah yang bersikeras untuk mendapatkanmu."
Geo berjalan lebih mendekat kearah Anara dengan menatap Anara penuh kebencian. "Kenapa ? Apa ucapanku salah ? Cukup Anara cukup! Aku muak dengan kepura puraanmu aku muak dengan segala omong kosong mu aku muak melihat wajahmu yang terlihat polos, tapi kenyataannya pembunuh !"
Anara terperangah hebat atas ucapan Geo. "Apa yang kau bilang itu ? Bisa kau pertanggung jawabkan kata katamu itu geo." ucap Anara sakit, batinnya terasa dipukul hebat oleh ucapan Geo.
"Kau pembunuh Anara , kau pembunuh ! kau dengar itu.?"
Mendengar kata 'Pembunuh' tiba tiba pandangan Anara menjadi gelap. Trauma batin yang Anara alami membuat otaknya langsung mengambil kontrol atas apapun yang berkaitan dengan kejadian itu, termasuk kalimat pembunuh."
"Pembunuh.?" Ucap Anara lirih Dengan mata yang mulai gelap tubuh Anara oleng kesamping, saat ini Anara kesulitan mengendalikan otak yang repleks menghapus semua kejadian mengerikan yang menimpa ayahnya malam itu. Tidak ! Aku, pembunuh, pembunuh, pembunuh.?" Ucap Anara diluar kendali.
Anara merasakan telinganya mendengung dan tatapannya memudar.
Diruang pernikahan Seny masih mencoba menahan para Tamu undangan untuk tidak meninggalkan pesta, Seny tampak begitu sedih dengan para tamu undangan yang pergi satu persatu.
Dalam kesedihan yang belum usai Seny melihat Anara berlari pergi sambil menangis, Seny juga sempat mendengar Geo berteriak kepada Anara.
"Anara." teriak Seny, mencoba menghentikan kepergian Anara, tetapi Anara yang terlanjur tak sadarkan akan dirinya tak menghiraukan penggilan perempuan yang kini telah menjadi mertuanya itu.
Pengantin telah kabur dan pesta pernikahan telah itu hancur berantakan membuat Seny mengalami shock berat hingga harus dilarikan kerumah sakit.
Anara.
"Tidak! Ayah, Ayah, ayah, ayah." Panggil Anara, dalam tidak sadarkan diri ia berjalan tak tentu arah gaun putih yang ia pakai menyapu jalan sebagian dijinjingnya, lalu sebagian yang lain menapaki apapun yang Anara lewati. Anara terus berjalan mencari Ayahnya, Anara seolah lupa kalau ayahnya telah meninggal.
Hujan pun mulai menitis memijaki bumi yang gersang deras dan semakin deraslah airnya Anara berjalan dengan tatapan kosong, gaun pengantin itu telah basah oleh air hujan dan air cipratan pengendara yang melalui jalan, tak sengaja memijak genangan air, tapi Aara tidak perduli.
Saat ini kondisi Anara begitu memprihatinkan sekilas Anara seperti orang gila, tapi tidak mungkin dia tidak separah itu Anara hanya sedikit terguncang atas kepergian satu satunya keluarga yang ia miliki.
Hingga hari mulai gelap Anara masih berjalan tanpa tujuan, berkeliling mencari ayahnya yang kini telah di kubur di satu tempat, dan harusnya Anara juga tau di mana tempat itu.
Sementara ditempat lain, tepatnya dirumah sakit. Seny tiba tiba terlonjak duduk sadar dari pingsannya. "Anara" Ucap Seny dengan cemasnya nama itu dipanggil Seny.
"Mah," Asraf segera mendekat kepada Seny yang tengah memutar tatapannya mencari keberadaan Anara.
Seny melirik Asraf kemudian beralih melirik Geo dengan tatpan mengerikan.
"Anara, mana Anara.?" Tanyanya setengah membentak.
"Mah sudah jangan dulu mikirin dia, lebih baik fikirkan dulu kesehatan mamah." Ucap Asraf.
"Dimana Anara !?"
"Dia sudah kabur mah !" Sahut Geo.
"Cari dia !"
"Mah, dia pergi itu sangat baik untuk kita, Mah."
"Cepat cari dia !"
"Mah tahan emosi mamah ! jangan sampai tekanan darah mamah kembali naik." Asraf mencoba menenangkan Seny.
"Kau cari atau aku sendiri yang mencari dia!"
Gio berdecak kesal atas perintah ibunya yang tak bisa dibantah.
"Baik Geo akan pergi cari dia."
Sementara Geo pergi Asraf mencoba membujuk Seny agar mau kembali membaringkan tubuhnya untuk beristirahat.
"Kalau sampai terjadi sesuatu kepada Anara mamah nggak akan maafin kalian !"
"Mah sudah ! Ayah minta maaf!"
Setelah menemukannya dipinggir jalan dengan kondisi yang memprihatinkan Kinara dan Rayhan membawa Anara kekediamannya. Melihat kondisi Anara Kinara tampak begitu sedih dan hancur.
Kinara dan Rayhan adalah sepasang suami istri yang sudah cukup lam mengenal Anara terlebih Kinara, Anara baginya sudah seperti saudara kandung. Kinara menikah dan terpakasa meninggalkan Anara, setelah beberapa tahun hidup dikota kelahiran suaminya Kinara pun kembali, dan beberapa hari yang lalu Kinara mendengar kabar tentang meninggalnya Ayah Anara yang mendadak, kemarin Kinara pun sempat mendatangi kediaman Anara tapi disana sudah tidak ada apa apa lagi.
Kinara mendongak."Ray, Anara." Ucap Kinara, terisak.
Ditatapnya perempuan yang kini tengah tertidur pulas, permpuan itu telah lama bersahabat dengannya, "Anara kenapa bisa begini.?" Ucap Kinara lirih.
"Ray, apa Anara baik-baik saja.?" Tanya Kinara cemas.
Kebetulan Rayhan adalah seorang Dokter, jadi Kinara bisa berkonsultasi dengan bebas kepada suaminya.
"Kondisinya cukup memperihatinkan, tapi harusnya dia segera sadar, dia sepertinya dia sangat kedinginan dan kelaparan." Jelas Rayhan, kebetulan dia seorang Dokter.
Kinara membelai lembut rambut yang menutupi dahi Anara, setelah itu Kinara kembali mendongak menatap Rayhan yang tengah berdiri disampingnya.
"Ray, Anara sekarang dia sebatang kara. Ray, bolehkah dia tinggal bersama kita.?"
"Tentu Sayang, Anara boleh tinggal disini, dia boleh tinggal disini sampai kapanpun dia mau."
"Terima kasih Ray,"
"Sama sama, kalau gitu aku kekamar dulu ya sayang," Ucap Rayhan.
Setelah mengecup pucuk kepala Kinara Rayhan pun berlalu untuk masuk kedalam kamarnya, sementara Kinara masih duduk memperhatikan Anara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments