Pagi-pagi sekali aku membantu ayah meletakkan beberapa keranjang yang berisi sayuran keatas gerobak kayu
Ayah sudah pergi menemui pak Willburd untuk mengabari alasan aku tidak bisa pergi ke tempat latihan sekarang.
Setelah setengah jam semua keranjang sudah diatas gerobak. Ayah mulai terlihat dikejauhan
"Semua sudah naik ya"(Ayah) "Begitulah, ayah kenapa lama sekali?" "Aku tidak sepertimu yang memiliki tenaga dan stamina yang kuat. Ini dari kepala pasukan"(Ayah)
Ayah memberikan pedang panjang yang biasa kupakai buat latihan "Apa ini tidak masalah? Nanti jika ketahuan prajurit di kota bukanya akan jadi masalah?"
"Tentu saja tidak, sudah wajar pedagang membawa pedang dan pengawal tidak perlu khawatir asal kamu tidak cari ribut saja dengan prajurit kota"
"Baiklah kalau begitu" Aku mengambil pedangnya dan mengikatkan sarungnya di pinggangku
"Ini"(Ibu) "Ahh terima kasih"(Ayah) "Ini bekalmu"(Ibu) "Terima kasih ibu" "Kita berangkat dulu"(Ayah) "Hati-hati dijalan"(Ibu)
Aku dan Ayah mulai naik keatas gerobak. Ayah jadi kusir yang mengendarai gerobak.
Tidak menunggu lama gerbang desa terlihat.
Lahan kosong didepan desa terlihat jelas mengingatkan pertarungan Pak Willburd yang melindungi seluruh desa disini
Perjalanan terasa damai dan tenang, awalnya aku sedikit panik saat melewati hutan. Untungnya tidak ada monster yang menyerang.
Perjalanan terasa sangat cepat sampai Ayah berhenti untuk makan siang "Ayo makan dulu"(Ayah) "Apa tidak terlalu cepat?"
"Memang kenapa? Aku sudah lapar. Nanti kita bisa beli makanan lagi dikota untuk bekal pulang"(Ayah) "Terserah ayah saja"
Setelah makan siang kami melanjutkan perjalanan hingga tidak terasa kota sudah terlihat
Beberapa penjaga melihat kami tapi mengacuhkannya. Apa ini sungguh tidak apa-apa?
Ayah bertemu seorang pedagang disitu. Ayah bicara sebentar dengannya dan kembali "Ayo turunkan keranjangnya"(Ayah)
"Baik" Aku menurunkan keranjang sayuran satu persatu. Ayah juga membantu beberapa orang datang membantu juga.
Setelah selesai ayah menerima kantung kain dan mendekatiku "Ayo ikut ayah sebentar"(Ayah)
Aku hanya mengganguk dan mengikuti ayah berjalan disekitaran pasar ini. Setelah beberapa menit ayah berhenti didepan pandai besi dan masuk kedalam
"Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?"(Pria) "Apa pesananku sudah jadi?"(Ayah)
"Atas nama siapa?"(Pria) "Frank"(Ayah) "Sudah selesai tunggu saya ambil dulu ya. Ayah pesanan atas nama Frank dimana?"(Pria 1) "Ada dibelakang ambil sendiri!! Aku lagi sibuk"(Pria 2)
Pria itu pergi. Aku memperhatikan pedang-pedang yang dipajang disini. Iseng aku mengambil satu.
Berat itu adalah kata yang mendiskripsikannya. Tapi meski begitu terasa lebih baik dari pedangku yang biasanya
"Apa kamu ingin pedang?"(Ayah) "Hanya penasaran saja" Aku mengembalikan pedang itu
"Ini dia"(Pria1) "Tunggu sebentar ya"(Ayah) Aku mengganguk, aku terus memperhatikan semua pedang itu.
Ada beberapa pedang yang terlihat mewah dengan gagang yang dihiasi permata yang cantik.
Tapi entah kenapa aku merasa itu rapuh dan tidak layak digunakan. Aku terus memperhatikan pedang dan tertarik dengan pedang yang panjang tapi sedikit lebih kecil dari yang lain
Aku menarik pedang itu. Ringan hampir mirip dengan pedang yang kupakai sekarang, tapi terasa jauh lebih tajam.
Bahkan meski tidak menyentuhnya aku merasa akan tetap terluka. Inikah pedang itu?
Ini sangat keren, rasanya aku ingin mengayunkannya "Josh"(Ayah)
Aku melompat karena kaget "Iya ayah?" Ayah menatapku dengan tajam. Apa aku akan diomeli?
"Sekalian pedang itu berapa?"(Ayah) "100 Pero"(Pria 1) "Ternyata lebih murah dari yang kutahu. Josh itu pedangmu sekarang"(Ayah)
"Tunggu ayah aku tidak-" "Sudah jangan menolak. Itu hadiah untukmu"(Ayah) "Terima kasih ayah"
Ayah memberikan satu koin perak pada pria itu "Terima kasih, datang lagi ya"(Pria 1) Setelah itu kami berbelanja beberapa hal sebelum pulang.
Aku memperhatikan pedang baruku. Masih terasa mulus tapi sangat tajam, bahkan jika dibandingkan dengan pedangku sebelumnya rasanya jauh.
Kami mendekati hutan, aku mendengar suara kawanan monster yang berlari. Apa ada yang menyerang
"Ayah berhenti dulu" "Ada apa Josh?"(Ayah)
"Ada sesuatu" Aku turun dari gerobak dan memperhatikan sekitar.
Aku melihat seseorang yang berlari tapi terlalu jauh. Tiba-tiba serigala hitam muncul dan menatapku
"AYAH PERGI SEKARANG!!" Aku mengeluarkan pedang "Apa maksud. Awas!!"(Ayah)
Aku menahan terkaman serigala dengan pedangku. Aku membelokannya sedikit dan mendorong serigala itu
"Ayah pergi sekarang!!" "Tapi kamu?"(Ayah) "Aku bisa jaga-" Serigala itu tidak menungguku
Dia langsung menerkam lagi kearahku. Aku menghindarinya sedikit sambil menahannya dengan pedangku.
Membuat serigala itu ada disisi pedangku, dengan cepat aku menebas panjang serigala itu di sepanjang pinggangnya.
Serigala itu ingin mundur tapi aku malah langsung maju. Merasa terpojok serigala itu membuka mulutnya ingin mengigitku.
Hasilnya serigala itu mengigit pedangku. Aku menarik pedangku satunya dan menebas kepala serigala itu.
Karena tidak begitu tajam malah membuat luka di kepala serigala itu. Tapi aku memanfaatkan hal itu untuk menarik pedangku yang digigitnya membuat rahang serigala itu robek.
Aku langsung menusuk leher serigala itu dan menjatuhkannya, dan terus menancapkan pedang ku kelehernya hingga darah mengucur darisana dan serigala itu mati
Aku menghela nafas dan berbalik "Kenapa ayah tidak pergi?" "Bagaimana aku bisa meninggalkanmu?"(Ayah)
"Ayah pergi duluan saja. Bau darah akan memancing serigala lainnya" "Terus kamu?"(Ayah)
"Ada sesuatu yang harus kulakukan" Aku mengayunkan pedangku membuang sisa darah yang ada disana dan berlari kedalam hutan.
Aku yakin ada orang yang dikejar serigala itu.
Masalahnya serigala yang mengejar orang itu tidak mungkin cuma satu.
Bahkan banyak bekas cakaran dan, bekas gosong? Apa orang itu melawan serigala dengan api?
Aku harus cepat. Aku berlari mengikuti jejak-jejak yang tersisa dan terkejut saat melihat serigala menerkam seseorang yang berjubah. TIDAK!!!!!
Tidak sampai!!! Tidak sempat!!! Andaikan aku memiliki Sword Force. Andaikan pedangku
"SIALANN... MATI!!!" Aku menusukkan pedangku kedepan meski tahu semuanya akan terlambat.
Dadaku sakit, apa ini rasa keputusasaan? Apa ini rasanya tidak berdaya? Tanganku juga panas dan terasa nyeri.
Tapi hal aneh terjadi gumpalan asap merah memenuhi pedangku dan langsung melesat dengan cepat kearah serigala itu.
Dalam sekejap serigala itu terbelah 2. Dadanya terpotong dari samping dan langsung membunuhnya.
SWORD FORCE!! aku bisa SWORD FORCE.
3 serigala disekitar langsung menatapku dan menggeram.
Aku tidak takut dengan kalian. MAJU SINI, pedangku diselimuti awan merah dan aku tahu kalau aku bisa dengan mudah membunuh semua serigala itu.
Salah satu serigala menerkam, aku mengayunkan pedangku keatas dan terkejut.
Serigala itu terbelah 2 dengan mudahnya.
Tubuhnya melewati tubuhku, dan darah serta organnya mengenaiku. Serigala yang lain menatapku dan langsung pergi kedalam hutan.
Aku mendekati orang itu "Kamu tidak apa-apa?" Sambil mengulurkan tangan
Dia menggapai tanganku dan tudungnya terbuka sedikit.
Menunjukkan kalau dia itu wanita. Wanita di hutan? Aku baru ingin bertanya tiba-tiba jantungku sakit.
Rasanya seperti terbakar, dan dipalu. Darah keluar dari mulutku membuatku kehilangan keseimbangan dan jatuh.
Kegelapan datang bersama dengan kesadaranku yang menghilang
**TO BE COUNTINUE...***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments