Perjalanan Penguasa Terkuat
"Ayo bangun sebentar lagi kita sudah harus ke proyek!"
Panggil Andi sambil menggoyang-goyangkan badan seorang pemuda yang tidak lain adalah rekannya agar segera bangun dari tidurnya.
Sambil membuka mata dan mengangkat badannya ke posisi duduk, pemuda itu merentangkan tangannya. "Padahal baru sehari jadi kuli bangunan, tapi badan ku serasa remuk semua."
"Itu karena kamu tidak terbiasa bekerja menggunakan otot (tenaga fisik), biasanya, kan kerja hanya menggunakan otak sambil duduk di belakang meja," sahut Andi mendengar keluhan pemuda itu. "Cepat mandi! Nanti kita terlambat. Bisa-bisa upah kita dipotong oleh mandor sialan itu," pinta Andi melanjutkan, menanggapi seruan Andi.
Pemuda itu bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Kegiatan kerja disebuah proyek bangunan swalayanpun berlangsung hingga sore hari. Semua pekerja langsung kembali ketempat tinggalnya masing-masing tidak terkecuali Andi dan seorang pemuda yang menjadi rekannya.
Di tengah perjalanan pulang, Andi dan teman nya singgah di sebuah warung kecil yang jarak nya hanya lima ratus meter dari tempat tinggal mereka.
Ketika mereka duduk di warung itu, ada barisan tentara yang sedang berjalan rapi dengan ransel lengkap dengan senjata. Andi memperhatikan temannya yang menatap barisan itu dengan tatapan sendu.
"Sudahlah Wha ... Orang tua mu sudah tenang di surga. Lebih baik kita bekerja agar bisa tetap hidup dan hidup lebih baik." ucap Andi sambil menepuk pundak Whano yang merupakan pemuda yang menjadi temannya.
Whano hanya mengangguk sebagai jawaban. 'Ayah, Ibu... Doakan aku,' gumamnya di dalam hati.
Ayah Whano adalah seorang perwira tentara dengan pangkat terakhir Kapten. Ayah nya meninggal ketika ia berusia nya dua belas tahun. Tiga tahun kemudian Ibunya juga meninggal akibat sebuah kecelakaan lalu lintas.
Sejak itu Whano tinggal bersama pamannya yang berada pinggiran kota. Meski Whano tinggal bersama pamannya sendiri, tidak jarang Whano mendapat perlakuan yang tidak layak dari keluarga pamannya karena dianggap sebagai beban keluarga. Padahal, uang pensiunan ayahnya dikelola seluruhnya oleh pamannya.
Ketika lulus SMA, Whano meninggalkan rumah pamannya tanpa pamit. Ia bekerja sebagai cleaning servis di sebuah perusahaan game. Selain kecerdasan yang di milikinya, keberuntungan sepertinya berpihak kepadanya. Belum genap sebulan, Whano dipindahkan kebagian administrasi. Bahkan seringkali ia diminta untuk membantu para ahli dalam menyempurnakan pembuatan game.
Selama lima tahun Whano bekerja di perusahaan game itu, Whano selalu menyisihkan sebagian gaji nya untuk anak-anak di Panti Asuhan yang tak jauh dari rumah kontrakannya. Bahkan Whano sudah dianggap sebagai keluarga mereka, dari anak-anak di Panti Asuhan itu.
Namun naas bagi Whano, ia dituduh memalsukan data perusahaan. Sekali pun ia membela dari namun semua bukti mengarah padanya. Ia tahu bahwa ini adalah ulah dari rekan kerjanya yang selalu iri akan reputasi kerjanya. Sayangnya Whano tidak dapat menunjukkannya hingga ia dipecat dari perusahaan game tersebut.
Whano mencoba untuk melamar kerja di perusahaan lain, namun selalu ditolak karena status di pecatnya telah disebarkan oleh orang yang memfitnahnya kepada perusahaan lain. Demi menyambung hidup, pekerjaan apapun Whano jalani asalkan tidak merugikan - mengambil milik orang lain.
\*
"Ini nasi campurnya nak", ucap wanita paruh baya yang merupakan penjual di warung kecil itu.
"Terimakasih, Bu ...," sahut Wahno sembari mengambil nampan dari wanita itu.
Ketika hendak memasukkan nasi ke mulutnya, Andi dan Whano dikagetkan dengan kedatangan lima orang pria dengan tubuh kekar dan penuh tato di lengannya.
Braaakkk
"Uang keamanan!" bentak salah satu pria itu yang sepertinya adalah pemimpin dari mereka. "Maaf, saya belum mendapat uang cukup. Hari ini penjualan sangat sepi." sambil gemetar wanita itu menjawab pria bertato yang meminta uang.
"Mau sepi kek, mau rame kek, bukan urusanku. Cepat uang keamanan!" sambil menjulurkan tangannya dan menggerakkan jari telunjuknya tanda meminta uang kepada wanita paruh baya itu.
"Tapi ...." belum selesai wanita paruh baya itu berbicara, pria bertato yang meminta uang itu sudah tersungkur di tanah.
Yap! Whano langsung memukul pelipis kiri pria bertato itu dengan tangan kanannya. Saking kerasnya pukulan Whano, pria bertato itu hampir kehilangan kesadarannya. Matanya juling karena pusing, seolah terdapat banyak bintang bertebaran di sekeliling kepalanya.
"Bangsat..!" teriak pria bertato lainnya yang kemudian menyerang Whano dengan pukulannya.
Namun Whano dapat menghindarinya dengan mudah dan menghajar keempat pria bertato lainnya. Disisi lain, Andi segera menelepon polisi dengan ponselnya.
Tepat ketika Andi selesai menelepon dan memasukkan ponsel ke saku celananya, "Whano...! Awas!!" teriak Andi yang melihat pria bertato yang sebelumnya dipukul Whano hingga matanya juling, sedang menghujamkan belati dari arah belakang Whano.
Whano yang menyadari teriakan Andi segera menghindar namun terlambat.
Jleb! Jleb! Jleb!
Tiga tusukan belati menembus tubuh Whano. Whano langsung tersungkur ke tanah dan bersimbah darah.
Andi segera berlari menghampiri Whano yang sudah tidak berdaya seiring kedatangan polisi ketempat itu.
Petugas polisi segera menangkap para pria bertato tersebut, yang mana empat diantaranya sudah terkapar akibat dihajar oleh Whano.
Sedangkan satu orang lagi ditembak kakinya karena mencoba melarikan diri. Namun sayang, nyawa Whano tak dapat diselamatkan.
\*\*\*
Di kedalaman hutan yang lebat, terdapat jurang yang sangat dalam. Hutan itu dikenal dengan nama hutan kematian. Nama hutan kematian pun karena hutan itu dihuni berbagai monster yang sangat berbahaya. Tidak ada manusia yang berani memasuki hutan tersebut. Jika ada yang nekat memasukinya untuk mengambil sumber daya atau memburu binatang buas, maka tidak akan pernah kembali.
"Ah! dimana aku? Apa aku sudah mati?" Whano menoleh sekeliling, yang terlihat hanya bebatuan tebing dan rimbunan semak belukar. Terdapat sungai kecil di dekatnya dengan air yang sangat jernih.
"Uh! Haus sekali," gumam Whano yang mencoba berdiri menuju ke arah sungai.
"Aarghhh ... Kakiku ... Kenapa kakiku menjadi lebih kecil?" Whano meringis sambil memegang kaki kirinya yang patah, dan bingung dengan ukuran kakinya yang seukuran kaki remaja lima belas tahun.
Whano menyeret tubuhnya ke arah sungai, namun tiba-tiba ...
\[Ding! Selamat Tuan. Penyatuan System dengan jiwa Tuan telah berhasil.\]
"Eh...???" Whano menoleh ke kiri dan ke kanan, mencari sumber suara yang ada di kepalanya.
\[Ding! Selamat Tuan. Penyatuan System dengan jiwa Tuan berhasil\]
"Siapa disana? Cepat keluar!" teriak Whano dengan sikap waspada.
\[Ding! Saya adalah System yang menyatu dengan jiwa Tuan dan siap membantu untuk menjadi yang terkuat.\]
"System? Jiwa? Menjadi yang terkuat? Apa maksudmu? Tunjukkan dirimu!!" Whano masih kebingungan sekaligus ketakutan dengan suara system yang muncul secara tiba-tiba.
Tidak ada jawaban namun seketika muncul layar hologram berwarna biru di depannya. Sontak Whano memundurkan badannya karena terkejut.
Ia memperhatikan layar hologram itu dengan seksama lalu mencoba menyentuhnya. "Eh! Tembus," gumam Whano. Lalu ia mengibas-ngibaskan tangannya di layar hologram, namun hasilnya tetap sama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Kang Comen
aku Like
2024-07-12
0
Whats Shapt
aku comen
2023-06-28
0
Gito Chan
bagus
2022-12-23
0