Bab 3

Najla pulang ke rumah kakaknya dengan perasaan hancur, dia merasa seakan dirinya tak sanggup lagi untuk menerima semua kenyataan ini. Najla merasa takdir sedang bermain-main pada dirinya. 

Najla tidak tahu seperti apa setelah ini nasibnya dan kedua buah hatinya, jika Nathan sudah benar-benar menikah lagi. Ingin tidak percaya jika Nathan sudah menikah lagi, tapi yang mengatakan secara langsung mertuanya sendiri, orang tua dari suaminya.

"Mbak Na, mau berhenti dulu?" tanya Andri memastikan, dia tau mbak nya itu sedang menangis tanpa suara. 

"Tak usah Dri, jalan saja terus, mbak mau cepat ketemu sama Kayla, rasanya baru beberapa jam mbak sudah merindukan dirinya." Sahut Najla. Dia berusaha menutupi kesedihannya dari keponakannya.

"Baiklah mbak." Andri terus melajukan motornya agar cepat sampai ke rumah.

"Maaf mbak Na, Andri tak bisa bantu apa-apa." Ucap Andri lagi, Andri merasa dirinya tak berguna.

"Ini bukan salah kamu Dri, yang penting nanti kalau kamu sudah berumah tangga, mbak pesen sama kamu jangan pernah menyakiti hati istri kamu, bahkan jika kamu belum berumah tangga pun jangan pernah menyakiti perasaan perempuan." Pesan Najla pada Andri.

"InsyaAllah mbak, Andri akan selalu mengingat pesan mbak Najla." 

"Bapak juga selalu bilang sama Andri, kalau laki-laki yang menyakiti seorang wanita itu, adalah laki-laki pengecut, maka dari itu Andri tak pernah sekalipun melihat bapak membentak ibu, ataupun menyakiti ibu." Ceritanya pada Najla.

Hati Najla menghangat saat mendengar cerita kakak nya dengan kakak iparnya, dari anak mereka sendiri, tapi Najla hanya manusia biasa ada rasa iri pada dirinya saat dia mendengar cerita kakaknya dari Andri.

"Padahal dulu mas Nathan selalu baik padaku, bahkan aku bisa melihat cintanya pada diriku sangatlah besar, tapi kenapa sekarang dia tega meninggalkan aku dan anak-anak?" Najla kembali merasakan sesak di dadanya.

Lama Najla larut dalam pikirannya sendiri, sampai dia tidak sadar jika Andri sudah memberhentikan motornya, karena sudah sampai di depan rumah.  

"Sudah sampai rupanya Dri." Kata Najla yang baru sadar dari melamunnya.

"Iya mbak." Sahut Andri.

Najla segera turun dari motor, tapi setelah dia turun Andri kembali menyalakan mesin motornya, tentu hal itu membuat Najla penasaran ingin bertanya. "Mau kemana lagi Dri?" tanya Najla memastikan.

"Main mbak sama temen, sudah janji." Najla mengganguk, dia membiarkan Andri pergi, semenatar dirinya masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum." Najla mengucapkan salam sambil masuk, karena belum ada yang menjawab salamnya.

"Wa'alaikumsalam Na, kirain siapa." Sahut Siti.

"Astagfirullah mbak, mbak ngagetin aja." 

"Heheh, Maaf Na, aku nggak tau kalau itu kamu."

"Iya mbak nggak papa, oh iya, Kayla sama Aldo dimana kakak?" Najla celingukan mencari keberadaan kedua anaknya.

"Kayla sudah tidur Na, Aldo main tuh sama tentang depan rumah."

Siti menjawab sambil memeletkan jemuran yang sudah dia angkat tadi.

Lalu Siti kembali melihat pada Najla. "Gimana Na, sudah ketemu sama Nathan?" tanya Siti penasaran, dia menyuruh adiknya itu untuk duduk disebelahnya.

Najla kembali merasakan sesak di dadanya. Tanpa permisi dia langsung memeluk sang kakak, tangisnya pecah dipelukan Siti, walaupun sudah berumah tangga Najla tetaplah si bungsu yang selalu butuh kasih sayang dari keluarganya.

Siti tak tau apa yang sudah terjadi pada adiknya itu, tapi dia membiarkan Najla untuk menangis disisinya, sampai Najla puas. 

"Menangislah Na, nanti kalau sudah sedikit lega setelah menangis, cerita dengan kakakmu ini apa yang sudah terjadi." Ucap Siti, dia mengelus punggung adiknya yang bergetar hebat.  

Siti yakin, jika ada sesuatu yang besar sudah terjadi menimpa Najla. "Aku harap kau baik-baik saja dik." Batin Siti.

"Aku harap kamu bisa melewati ujian dalam rumah tanggamu." Siti kembali membatin dia terus mengelus punggung Najla.

"Apa salah Najla mbak? Apa salah Najla?" ulnagnya sampai dua kali, Siti tak menjawab dia membiarkan adiknya itu yang hendak bercerita.

Siti tahu sekali bagaimana Najla, jika dia sedang bercerita harus didengarkan terlebih dahulu, jika Najla sudah selesai bercerita barulau Siti akan memberikan masukan pada Najla.

"Kenapa mbak? Apa salah Najla pada mas Nathan sehingga dia tega mengatakan dengan mertua Najla, jika kami sudah bercerai, dan lebih parahnya lagi mas Nathan sudah menikahi wanita lain. Padahal tak pernah sekalipun mas Nathan menggugat cerai padaku, aku merasa ditipu oleh mas Nathan."

"Najla tak terima mbak, semalam ini Najla tak pernah membuat mas Nathan marah ataupun apa, tapi kenapa dia pergi meninggalkan Najla, dengan alasan untuk membayar hutang, nyatanya dia malah menikah lagi dengan perempuan lain." Rancu Najla.  

Siti merasakan apa yang dirasakan adiknya, dadanya terasa sesak, kakak mana yang dapat melihat adiknya dikhianati oleh laki-laki, bahkan laki-laki itu suami adiknya sendiri.

"Astagfirullah Nathan, kau tega meninggalkan anak dan istrimu hanya demi perempuan lain." Siti tak percaya sama sekali dengan ucapan Najla, tapi melihat adiknya yang begitu histeris membuat dirinya yakin jika apa yang dialami sang adik benarlah terjadi. 

"Na, kamu istirahat dulu setelah ini, nanti  kalau sudah merasa baikan baru cerita dengan kakak apa yang sebenarnya sudah terjadi, Insyaallah semua ada jalan keluarnya Na." Ucap Siti yang melihat Najla sudah berhenti menangis.

"Iya kakak." Jawab Najla dengan suara seraknya.

"Ingat Na, Allah memberikanmu cobaan seperti ini, Allah maha tahu, Dia tahu kalau kamu wanita kuat, Allah tau kamu bisa melewati semua ini." Nasihat Siti.

"Jadi sekarang istirahatlah dulu." Suruh Siti.

Siti menuntun Najla masuk ke dalam kamar, Siti tahu jika adiknya itu sudah tak mampu menahan tubuhnya sendiri.

"Istirahat Na, jangan pikirkan yang lain dulu." pesan Siti sekali lagi.

"Iya kak, terima kasih banyak" Siti  menangguk, dia membiarkan Najla berbaring di sebelah Kayla yang masih tertidur pulas.

Setelah memastikan Najla sudah memejamkan matanya, dia pergi meninggalkan Najla, saat ini hanya ada Najla dan Kayla di kamar.

Dia peluk tubuh Kayla. "Maafkan ibu nak, ibu tak bisa bertemu dengan bapak kalian." ucap Najla mencium anaknya itu.

"Bukan ibu yang paling merasakan kehilangan, tapi kalian ibu tahu itu." Tak terasa air mata Najla kembali menetes membasahi pipinya yang belum kering, akibat air mata pula.

"Kuatkan hamba Ya Allah." Batin Najla, dia sadar jika dirinya masih memiliki Allah, yang dapat membantu semuanya, Najla sadar jika semua ini sudah ada yang mengatur, tapi menerima kenyataan secepat ini Najla seperti belum sanggup.

"Permudah urusan hamba Ya Allah." Batinnya Najla lagi, kemudian dia tidak sadar jika dirinya sudah terlelap di sebeh Kayla putrinya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!