Ada apa dengan cinta?

Ada apa dengan cinta?

Bab 1

Di Ujung pulau Sumatera terdapat sebuah desa yang berpenghuni, disana ada sepasang suami istri baru 6 tahun menikah, mereka tinggal di desa setelah sama-sama bertemu disaat perantauan. 

Karena saling jatuh cinta keduanya memutuskan untuk menikah, laki-laki yang akan menikah perempuan musim itu merupakan seorang mualaf.

Dia sudah lama mengenal agama yang sering disebut banyak orang dengan nama islam, tapi laki-laki itu memutuskan mualaf sejak dia bertemu dengan istrinya.

Atas pernikahan mereka keduanya dikarunia 2 orang anak, anak pertama mereka laki-laki dan anak kedua mereka seorang perempuan. 

"Mas tumben pulang cepat? Biasanya lembur terus?" tanya sang istri yang bernama Najla penasaran.  

Suaminya yang ditanya begitu tentu saja sedikit kesal, tapi dia masih bisa menahan untuk tidak marah pada istrinya.

"Maafkan aku Na, aku dipecat dari tempat kerjaku." Ucap seorang laki-laki yang baru saja pulang bekerja.

Tak biasanya laki-laki itu pulang lebih awal dari seperti ini. "Kenapa bisa dipecat mas?" 

Laki-laki yang bernama Nathan itu terlihat membuang nafas kasar. "Aku dipecat karena tidak bisa melunasi hutang-hutangku, jatuh temponya hari ini, aku sudah diberikan kelonggaran untuk 3 kalinya, sampai hari ini mas tidak bisa membayar hutang akhirnya mas dipecat."

Sebenarnya keluarga Najla dan Nathan sedari dulu sangat harmonis, bahkan tak jarang tetangga di kampung ini ingin memiliki suami seperti Nathan yang sangat menyayangi istrinya, tapi akhir-akhir ini rumah tangga Nathan dan Najla sedang goyah.

Najla tidak tahu kenapa suaminya itu bisa memiliki hutang begitu banyaknya diperusaha tempat suaminya bekerja, bahkan yang lebih parahnya lagi Najla tak tahu kemana semua uang yang Nathan pinjam dari perusahaan tempatnya bekerja. 

Ingin sekali Najla menanyakan dipakai Nathan untuk apa uang yang selama ini dia pinjam, sayang Najla tidak memiliki keberanian untuk bertanya.

Najla juga sempat pernah ditagih oleh pihak kantor Nathan tentang hutangnya itu, Najla yang tidak tahu menahu tentang hutang tersebut  tentu saja dia enggan membayarnya.  

Najla hanya diam tak tahu harus menjawab apa pada suaminya, sampai Nathan kembali bersuara.

"Aku sudah memikirkan ini sebelumnya Na, aku akan pergi ke ibukota untuk meminjam uang dengan orang tuaku." Perkataan Nathan tentu saja membuat Najla kaget.

"Tapi mas." Najla tak ingin suaminya itu pergi meninggalkan dirinya dan kedua buah hati mereka.

"Ayolah Na, biarkan aku pergi tak mungkin aku meminjam uang dengan kakakmu yang ada disini, kamu tahu sendirikan seperti apa mbak Erni itu. Aku janji sampai di ibu kota aku juga akan mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan kalian di desa."

"Aku mengerti mas." Nathan memeluk istrinya. 

"Jangan menangis Na, aku harus mencari bis sore ini juga Na, agar besok pagi-pagi sekali aku bisa langsung berangkat ke ibukota." Nathan berkata sambil melepaskan pelukannya dari Najla.

"Iya mas." 

Najla membiarkan Nathan pergi untuk mencari bis, sementara Najla akan pergi untuk menyusul Aldo anak pertamanya yang sudah pulang sekolah.

Waktu berputar begitu cepat menurut Najla, tak teras adzan subuh sudah berkumandang, dia bergegas bangung untuk menunaikan kewajiabnya sebangi seorang muslim.

Semalam Najla sudah menyiapkan pakaian yang akan Nathan bawa ke ibu kota.

Setelah selesai sholat subuh Najla membangunkan Nathan.  "Mas bangung sudah adzan subuh." Najla mengoyangkan tubub suaminya agar bangung.

"Kamu jam 6 kurang harus sudah berada di terminal loh mas." peringat Najla pada Nathan.

Mendengar ucapan Najla, Nathan langsung membuka matanya. "Iya Na." sahutnya dengan suara khas bangun tidur.

Setelah membangunkan Nathan Najla segera menuju dapur hendak memasak bekal untuk suaminya di perjalanan. 

"Ibu, bapak mau kemana?" tanya Aldo saat melihat Nathan sudah membawa kopernya.

"Bapak mau pergi sebentar nak, buat cari jajan kalian nanti kalau bapak sudah dapat uang jajan kalian, bapak akan pulang lagi." Najla memberi pengertian pada kedua anaknya.

"Ayo kita antar bapak ke terminal." ajak Najla.

Ibu dan kedua anaknya itu melepas kepergian Nathan di terminal. "Bapak berangkat ya, buat Aldo selama bapak tidak di rumah tolong jaga ibu dan adik kamu Kayla." pesan Nathan pada anak pertamanya.

"Iya pak, Aldo bakal jagain mereka." 

****

Tak terasa bagi Najla waktu 7 bulan sudah berlalu dengan begitu lambat, tapi Nathan tak kunjung pulang untuk menemui dirinya dan kedua buah hati mereka.

Selama Nathan tidak ada Najla benar-benar menjadi seorang single mom yang harus mengurus kedua anaknya yang masih kecil.

Najla juga harus membanting tulang sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka di desa.

Untuk itu Najla membuka warung makan, karena uang yang Nathan kirim selama 4 bulan ini tidaklah cukup untuk kebutuhan mereka, maka dari itu Najla tetap mencari kerja sampingan. Hasil dagan Najla Alhamdulillah bisa untuk dia tabung separuhnya. 

Rasa rindu pada Nathan tentu saja melekat pada diri Najla dan kedua anaknya. Najla tidak tahun kenapa sudah 3 bulan ini Nathan tak pernah memberi kabar lagi pada mereka. Bahkan sejak 4 bulan lalu, biasanya Nathan aku rutin mengirimkan uang untuk dirinya dan kedua buah hatinya, sudah 3 bulan ini tidak pernah lagi, tentu saja hal ini membuat Najla meras risau akan suaminya, hingga akhirnya Najla memutuskan untuk menyusul Nathan ke ibu kota.

Disinilah saat ini Najla dan kedua anaknya, mereka sedang berada di terminal. "Kak kami berangkat ya, Najla titip rumah." Ujar Najla pada kakaknya Erni yang tinggal di desa  sama dengan dirinya.

"Iya, hati-hati dijalan kalau sampai kota jangan lupa kabar kita yang disini, jangan nanti mentang-mentang sudah di kota lupa sama kita yang tinggal di desa." Sahut Erni dengan ketus.

"Insyaallah kakak." Jawab Najla seadanya, Najla sudah biasa menghadapi sikap kakak keduanya yang begitu ketus pada dirinya.

"Assalamualaikum kak."

Najla pamit sambil membantu kedua anaknya menaiki bis dengan hati-hati. "Wa'alaikumsalam." Jawab Erni tetap dengan nada ketus.

Najla terpaksa membawa kedua anaknya ke ibu kota, sebenarnya Najla ingin sekali menitipkan Aldo pada kakaknya Erni, agar Aldo tidak tertinggal pelajarannya sekolahnya.

Tapi mengingat sifat Erni yang begitu tidak menyukai dirinya membuat Najla mengurungkan niatnya, dia tetap membawa Aldo bersamanya ke ibu kota, setidaknya Najla sudah mengizinkan Aldo di sekolahnya jika dia tidak masuk untuk 1 minggu kedepan, untung pihak sekolah memberikan izin untuk Aldo.

"Ibu kita akan bertemu bapak kan?" tanya Aldo dan Kayla di dalam bis, mereka bertanya dengan Najla begitu antusias.

Najla tersenyum pada kedua anaknya, sambil dia mengusap pucuk kepala Kayla. "Iya nak kita akan bertemu dengan bapak, kita juga akan bertemu tante Siti disana." Kata Najla.

"Asyik." Najla dapat melihat Aldo dan Kayla begitu senang saat mendengar mereka akan bertemu dengan Nathan bapak mereka, yang begitu mereka rindukan.

Sebelumnya Najla sudah menghubungi kakaknya yang menetap di ibu kota jika dia dan kedua anaknya akan ke ibu kota, Najla bersyukur karena kakaknya mau menerima mereka bertiga disana nanti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!