Kereta kuda bergerak dengan kecepatan lambat sebelum berhenti di depan kedai setelah berjalan dari sore sampai mentari kembali menunjukkan keperkasaannya di cakrawala, pancaran cahaya merah yang dihamburkan molekul-molekul atmosfer perlahan mulai menyinari atap-atap rumah. Sebagian cahaya mengintip malu-malu di balik awan, merambat, dan menyusup di antara celah-celah ruangan guna mengusik orang yang masih terlelap.
Di kereta tersebut, terdapat pemuda tengah memerhatikan seseorang yang tertidur melakukan pergerakan kecil saat terkena sorot matahari kala menyibak kain penutup jendela untuk melihat keadaan di luar, lalu menutupnya kembali.
Yang masih nyaman di dalam mimpi adalah adik kandung di mata orang, Ryuji. Ia menyisir surai putih yang panjang dengan jarinya. Terasa halus, seperti awal pertemuannya.
Saat itu, ia baru saja kehilangan banyak hal, namun juga mendapat sesuatu yang menguntungkan. Diambil sebagai anak angkat oleh Panglima Tentara, apalagi klannya termasuk pendiri kerajaan melekat padanya, kuasanya menjadi lebih kuat. Semua itu ia butuhkan untuk ambisinya mengobrak-abrik sistem yang dibuat para bangsawan di Negara Ikumi membuatnya muak.
Seperti kelakuan Tuan Setsu yang membantu pemberontakan di Okada, jika pembelotan dilakukan oleh rakyat kecil yang tidak terima atas kebijakan pemerintahan di sana, ia tidak akan mempermasalahkan. Tetapi tindakan makar di daerah itu dilakukan karena perebutan kekuasaan antar bangsawan yang menilai pemerintahan di sana tidak menguntungkan mereka, dan di umur 14 ia mendapat wewenang untuk penyelidikan. Termasuk kesalahan fatal Tuan Setsu yang meledakkan tambang batu bara milik Panglima Tentara karena dengan melakukan itu bisa menjatuhkan perekonomian Panglima Tentara, lalu membuat tuduhan palsu untuk menyelamatkan diri yang ternyta diketahui oleh salah satu penambang yang selamat.
Pertunjukan teater Tuan Setsu di pasar saat itu membuatnya ingin tertawa, namun ada seorang anak kecil telah membalikkan keadaan membuatnya bertanya-tanya. Siapa anak kecil pemberani itu?
Saat perhatian beralih ke Tuan Setsu yang terbukti bersalah, ia melihat sekelebat mata merah serta rambut putih milik anak berjubah. Ia sadar, anak itu bukan berasal dari negara yang memuakkan ini. Sampai pertanyaan tentang jati diri dilayangkan kepada bocah yang berjalan mundur seolah ingin kabur, maka ia muncul karena ingin menyelamatkan anak asing, lalu mengakuinya sebagai adik yang disembunyikan. Dan, sekali lagi mendapat keuntungan atas kehadiran anak yang ia usap pipinya, Ryuji itu istimewa, maka ia akan menjaganya.
“Ryuji....”
Sepasang kelopak mata terbuka perlahan, menampilkan gelapnya misteri diri pemuda berambut seputih salju dalam irisnya. Jari-jari panjangnya meraih tangan yang masih melekat di pipi, kulitnya bersuhu rendah dibanding dengan suhu tubuh manusia biasa, seolah dilahirkan sebagai musim dingin yang muncul di musim panas.
“Ayo, istirahat,” ajaknya sambil menepuk-nepuk pipi Ryuji.
Pintu kereta perlahan dibuka oleh sang kusir, kemudian ia mencekal pergelangan tangan Adiknya yang belum sepenuhnya sadar, lalu ditarik keluar. Pergerakan mendadak itu membuat Ryuji merasa pusing sampai terhuyung-huyung. Ia sekali lagi menarik Ryuji untuk segera memasuki kedai. Kedatangan mereka—lebih tepatnya kehadiran Ryuji membuat orang menghentikan pekerjaannya. Karena keadaan yang dirasa tidak nyaman, ia berinisiatif memesan tempat khusus agar tidak ada yang memperhatikan saudaranya.
Keduanya di arahkan di tempat tertutup, saat Ryuji membuka pintu geser, tercium aroma arak dari ruangan lain. Mulanya Yashuhiro bermaksud mengabaikan, namun muncul seorang pemuda yang menggeser pintu dengan kasar serta menampilkan kondisi di dalam ruangannya yang terdapat botol-botol kosong di lantai. Yashuhiro menyaksikan semua tindakan laki-laki mabuk yang menggumamkan sesuatu yang terdengar pilu, lalu mematung saat melihatnya.
“Aku sudah memberi hatiku padanya, tetapi ia pergi begitu saja. Katanya, ia akan menua bersamaku, namun ia malah menikahi orang lain. Padahal ia sudah berjanji padaku, ” racaunya, lalu meneguk sebotol arak di tangan kiri.
Ia terdiam, pemuda patah hati itu mencium botol arak.
“Apakah salah jatuh cinta dengan pelayan sendiri?” ia meneguk lagi usai menanyakannya, kemudian kembali berbicara, “beberapa pelayan rumah tiba-tiba hilang, termasuk dirinya. Kabar angin mengatakan mereka menikah, akan tetapi saat aku bertandang ke salah satu pelayan untuk menanyakan perihal orang yang aku cintai itu benar atau tidak, ia malah ketakutan saat melihat kedatanganku.”
“Ketakutan?”
Pemuda yang tengah mabuk itu mengangguk.
“Saudara Yashuhiro?”
Ia menoleh ke orang yang memanggil, Adiknya berdiri melipat tangan di dada sedang berdiri di ambang pintu. “Siapa dia?” Ryuji bertanya, nadanya terdengar intimidatif.
Dengan polos lelaki muda mabuk itu menjawab, “Fusae Katsuo….”
Mendengar nama itu, membuatnya lantas bertanya untuk meyakinkan prasangka, “Tuan Hiroyuki, Ayahmu?” dan jawaban yang ia terima yaitu dengusan dari yang bersangkutan.
“Menjijikkan menjadi putranya.”
“Semenjijikkan apapun kebejatan Ayahmu, ia tetaplah Ayahmu,” celetuk Ryuji tanpa aling-aling, membuatnya langsung menoleh ke arah si Adik. Berusaha memberi peringatan dengan decakan bahwa tak seharusnya berkata seperti itu, akan tetapi Ryuji mengendikkan bahu seolah menuturkan apa salahnya ia mengucapkan kebenaran.
“Karena kenyataan itu juga aku membenci diriku sendiri,” Tuan Muda Fusae meminum lagi araknya sampai tandas. “Bajingan itu seringkali membawa wanita ke rumah hingga membuat Ibuku sakit. Sedangkan aku tidak bisa apa-apa karena permintaan konyol untuk tidak melakukan tindakan apapun, aku kesal saat Ibu memberi pesan sebelum meninggal untuk menjaga orang yang sudah membuatnya menderita. Aku merasa kotor karena darah pria itu mengalir pada diriku!”
“Lalu kau mau membersihkan dirimu dengan membuang darah yang dialiri Ayahmu?” seloroh Ryuji.
Tuan Muda Fusae mendongak, menatap Adiknya dengan mata memerah yang berlinang. “Kau, siapa?”
“Kazuya Ryuji,” jawab Adiknya dengan santai.
“Aku tidak pernah mendengar namamu.”
“Memang tidak ada yang perlu diberi tahu, karena aku disembunyikan.”
Tuan Muda Fusae terkikik, “pantas disembunyikan, kau ular putih,” ledeknya.
“Apa maksudmu?”
“Ryuji, artinya naga. Naga masih termasuk ular, ‘kan? Ditambah penampilanmu yang dominan warna putih, kau ular putih!”
“Bedebah ini,” umpat sang Adik membuat dirinya segera mendekati saudaranya untuk menahan tangan Adiknya yang sudah mengepal—bersiap untuk melayangkan tinju. Ia menarik saudaranya untuk memasuki ruangan yang telah di pesan, menutup pintu, lalu berdiri menghalangi pintu dari Ryuji agar tidak menanggapi pemuda yang suara tawanya menggelegar di luar, dan nanti akan menjadi permasalahan merepotkan ke depannya.
“Tidak seperti biasanya kau kehilangan kendali, apa yang terjadi denganmu?”
“Matanya terlihat lelah. Ia ingin bermain, dan aku hanya ingin meladeninya. Ia berupaya bebas mengekspresikan diri, tetapi laki-laki seolah dilarang menumpahkan emosi, alih-alih memendam hasrat bisa membuat kegilaan. Yang kuat memang harus terlihat kuat.”
Ryuji menjawab pertanyaannya sembari jalan mondar-mandir di depannya meski bersiaga menjaga pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Kinara Wening
lebih baik di tulis:
... tangan kirinya.
partikel -nya pada kalimat tersebut terlalu berlebihan.
2022-12-05
9