Setelah berhasil meninggalkan area kebun binatang, Shanum langsung melangkah cepat menuju MTR station.
Tadinya dia ingin menaiki taxi, tapi karena sama sekali tak ada taxi yang ia jumpai di sekitarnya, ia pun memutuskan untuk naik kereta cepat. Takut jika tetap menunggu sampai taxi datang, anak itu akan tersadar dan menyusulnya keluar.
Karena ini pertama kali dia berada di sini, Shanum merasa agak sedikit bingung, dia bertanya pada petugas station mengenai kereta yang bisa mengantarkannya ke Tsim Tsa Tsui.
Setelah mendapat penjelasan, Shanumpun mengarahkan kakinya, menuruni tangga berjalan menuju ruang bawah tanah.
Kereta cepat peninggalan jajahan inggris ini memang berada di bawah tanah, kemudian terus di perbaharui hingga MTR station menjadi sebagus ini.
Syukurlah, aku bisa menghindar darinya.. Ku harap anak itu baik-baik saja.
Ia tersenyum mengingat bagaimana Mikayla memanggilnya mommy, bersikeras mengakui bahwa dirinya adalah mommy kandungnya.
Apa aku semirip itu dengan mommynya, sehingga dia begitu yakin kalau aku memang mommynya?
Ada-ada saja.
Menggelengkan kepala, Shanum kembali menyunggingkan senyum, menipiskan bibirnya begitu manis.
Mungkin karena aku dan mommynya sama-sama memakai kerudung.
Ya, pasti begitu.
Tapi, dimana mommynya? Apa sudah meninggal? Atau sengaja pergi meninggalkannya? Orang tuanya bercerai?
Ah, apapun itu, bukan urusanku. Aku sudah terbebas dari anak itu, dan semoga ini yang pertama dan terakhir kali aku bertemu dengannya.
Hingga sepuluh menit berlalu, kereta cepat sudah berhenti di station yang Shanum tuju, ia bergegas keluar dari dalam kereta. Menaiki eskalator, kemudian melanjutkan langkahnya menuju entrance gate.
Wanita itu lalu menempelkan oktopus card pada layar gelap di sisi atas turnstile in subway station.
Pintu keluar exit B yang langsung memperlihatkan gedung apartemen berwarna hijau muda dan silver tampak dari pandangannya, membuat Shanum bernafas lega.
"Akhirnya sampai juga" Gumamnya lirih, kemudian memencet bel dan tak lama Nonik membukanya.
"Nona?"
"Jangan katakan apapun, ambilkan aku segelas air?"
"Baik Nona"
Shanum menerobos pintu apartemen sambil mengusap buliran keringat di keningnya. Ia lantas duduk di ruang tv dan langsung menghempaskan punggungnya pada sandaran sofa.
"Minum dulu nona!" Nonik menyodorkan segelas air bening.
"Makasih, Nik"
"Sama-sama, nona"
Wanita itu meminumnya dengan sekali tegukan langsung habis, sementara Nonik duduk di sofa lainnya menunggu atasannya lebih tenang.
"Kamu nggak apa-apa, nona?"
Menarik napas panjang, ia meletakkan gelasnya di atas meja.
"Hari ini benar-benar melelahkan, Nik"
"Saya cemas menunggu nona di sini"
"Aku lebih cemas dengan anak itu, Nonik"
"Anak?" kening Nonik mengernyit tanda tak mengerti.
"Kamu tahu? Ada anak yang memanggilku mommy, dia mengatakan dengan yakin kalau aku ini mommynya"
"Oh, ya?"
"Hmm, dia bahkan memaksaku untuk menemaninya jalan-jalan ke kebun binatang"
"Siapa anak itu?" Garis kerutan di dahi Nonik kian tajam. Sorotnya serius menatap atasannya.
"Entahlah, aku baru bertemu dengannya"
"Lalu dimana keluarganya, kenapa dia menganggap nona ibunya? Dia tidak bersama orang tuanya?"
"Tidak, dia bersama guru dan teman-temannya"
Setelah mengatakan itu, Shanum kembali menarik napas panjang, tapi kali ini tarikannya seperti ada sesak yang tiba-tiba menyeruak, ada pula rasa sesal karena sudah mempermainkan hati anak kecil.
"Aku ke kamar dulu Nik, aku lelah mau istirahat"
"Iya nona"
Sepasang mata Nonik menatap punggung Shanum yang perlahan menjauh.
"Anak? Masa iya ada yang mirip nona Shanum"
"Benar kata nona Shanum, mungkin karena mereka sama-sama berhijab, jadi anak itu mengira nona adalah ibunya. Tapi ngomong-ngomong, berapa tahun usia anak itu?"
"Kenapa aku jadi penasaran begini?"
****
Di tempat lain, anak yang merasa kehilangan mommynya terus menangis memanggil-manggil sang mommy, para guru tidak bisa menghandlenya karena alih-alih tenang, tangisan Mikayla justru kian menjadi.
Merasa tak ada jalan lain untuk menghentikan tangisan Mikayla, salah satu guru pun berinisiatif menghubungi Ben agar segera datang.
Hampir menunggu satu jam lamanya, Ben akhirnya sampai di lokasi tujuan.
Pandangannya langsung menangkap sang putri yang menangis kejer dengan mata pipi serta hidung memerah.
Air mata kian berjatuhan sementara nafasnya terengah-engah.
"Daddy" Racau Mikayla begitu melihat Ben datang. "Mommy hilang lagi, daddy"
"Cup sayang" Ben mengambil alih Mikayla dari gendongan ibu gurunya.
"Tadi ada mommy temani Kay, tapi mommy nggak ada lagi, mommy pergi lagi" Adunya sendu, dengan suara parau dan di iringi isak tangis.
Bingung dengan racauan anaknya, Ben mengalihkan pandangan pada guru yang tadi sempat menenangkan Mikayla, dan tapannya itu bermaksud meminta penjelasan.
"Tadi ada wanita yang kata Kay adalah mommynya, tuan Ben. Tapi wanita itu menegaskan kalau dia bukan mommynya, dan karena Kay bersikukuh minta di temani olehnya, diapun menemani Kay melihat-lihat binatang, sampai ketika ada kesempatan, wanita itu pergi karena dia ada urusan" Sang guru menceritakan wanita berkerudung yang sempat di repotkan oleh muridnya.
"Wanita berkerudung?"
"Iya, tuan. Dan wanita itu berkata kalau dia sama sekali tidak mengenal
Mikayla"
Ben mengangguk paham. Dugaan sementara Ben adalah, bahwa wanita itu memakai kerudung, sebab di negara seperti ini wanita berkerudung jarang sekali ia temukan. Mungkin itulah yang membuat Mikayla mengira bahwa Shanum ibunya.
"Maaf atas kekacauan yang putri saya perbuat, Laosi"
"Tidak apa-apa, tuan"
"Boleh saya bawa Mikayla pulang"
"Tentu saja. Silahkan!"
"Thankyou"
"You're welcome" Guru itu tersenyum, sedangkan Ben langsung membawa sang putri yang masih terus menangis sesenggukan menuju mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
MeTha Pratiwi
kasian kyla semoga cepat berkumpul y nak
2022-11-30
1
Arsia
lanjut kak please
2022-11-29
0
Arsia
gak tega ma mikayla
2022-11-29
0