"Selamat sore bu Namira" Sapa Linda, dia adalah orang kepercayaan Namira di butik ini. Jika Namira sedang tidak ada di tempat, Linda lah yang mengurus pekerjaan di sini. Seperti menghandle pesanan pelanggan dan juga mengawasi kinerja para karyawan yang bekerja di butik ini.
"selamat sore Lin"
"ada yang perlu saya bantu bu?"
"untuk sekarang tidak ada Lin. saya mau langsung ke ruangan saya aja,oh iya kalo pak Alvan kesini, langsung suruh masuk menemui saya ya!" Namira memberi pesan pada karyawan kepercayaannya.
"Baik bu" jawab Linda patuh.
Namira berjalan memasuki ruang kerjanya yang bernuansa serba ungu,mulai dari cat tembok hingga perabotnya.
Dia mulai memeriksa hasil laporan penjualan hari kemarin yang belum sempat di periksa nya. Dia terlalu sibuk mengurusi persiapan pernikahan hingga pekerjaannya sedikit terbengkalai. Untungnya ada Linda yang bisa di andalkan,jadi Namira sebagai owner hanya tinggal memeriksa hasil laporannya saja.
Tok.. Tok.. Tok..
Namira mendongakkan kepalanya saat mendengar suara pintu yang di ketuk. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Bukan karena jatuh cinta, melainkan karena kekalutan yang menguasai diri.
"masuk!" seru Namira setengah berteriak.
Gagang pintu terlihat bergerak. Dan seorang laki-laki masuk ke dalam ruangan itu dengan senyum manis yang menghiasi wajah tampan nya. Dia adalah Alvan, seseorang yang di tunggu kedatangannya oleh Namira sejak tadi. Pria itulah alasan kenapa dia berada di sini sekarang.
"maaf agak lama sayang, soalnya jalanan macet banget jam segini" ujar Alvan sedikit ngos-ngosan dengan wajah bercucuran keringat.
Sepertinya dia berlari dari parkiran butik menuju ruangannya yang berada di lantai dua ini. Butik milik Namira memang cukup luas, jadi pasti lumayan melelahkan jika harus berlari dari pintu utama menuju ruang kerjanya ini.
Kalau dulu, mungkin Namira akan sangat terharu dengan perjuangan yang di lakukan Alvan agar bisa cepat menemuinya. Dia pasti akan langsung memeluk lalu mengusap keringatnya menggunakan tissue.
Tapi tidak dengan sekarang, apapun yang di lakukan Alvan ia sama sekali tak perduli. Dia hanya duduk diam memandangi lelaki di depannya yang berjalan semakin mendekat.
"bunga yang indah untuk perempuan yang paling cantik" Alvan mengeluarkan sebuket bunga mawar merah yang di sembunyikannya di balik punggung,lalu memberikannya pada Namira.
Dengan penuh keraguan Namira menerima bunga yang tampak cantik itu,lalu meletakkannya di atas meja begitu saja. Tidak seperti biasanya yang akan langsung menciumi bunga yang di berikan oleh calon suaminya itu.
Alvan merasa heran melihat sikap Namira yang tak seperti biasa. Dia pikir tunangannya itu pasti marah karena ia datang terlambat.
"kamu nggak suka bunganya sayang? kalo nggak suka nanti aku belikan yang lain lagi ya!"
Namira hanya diam tak menanggapi. Tatapan mata nya seperti kosong. Dia ingin membuka mulutnya untuk bicara tapi rasanya sangat susah. Bibirnya seperti terkunci tak mau di gerakkan.
"maafin aku ya,aku janji nggak akan telat kayak gini lagi. udah dong sayang marahnya" Alvan sudah berjongkok di depan Namira yang sedang duduk di kursi kerjanya, berusaha merayu agar kemarahan wanita tercintanya bisa memudar.
Tak ada jawaban dari Namira. Dia masih saja diam membisu tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
"jangan marah lagi dong sayang, kalo kamu kayak gini jadi tambah gemesin loh. Makin cantik kalo di liat!" Alvan mencubit mesra pipi tunangannya itu,tapi tak ada reaksi apapun dari Namira. Perempuan itu seperti terhanyut dalam lamunannya sendiri.
Alvan mulai mendekatkan wajah, bergerak semakin maju seperti akan mencium perempuan yang teramat di cintainya. Namira pun tersentak dari lamunannya dan refleks menampar pipi lelaki itu.
Tiba-tiba saja bayangan Alvan saat tidur dengan wanita lain terlintas di benak Namira karena perbuatan yang di lakukan calon suaminya barusan. Dia merasa tak sudi di cium oleh orang yang sudah memberikan ciumannya kepada wanita lain juga.
"kamu kenapa sayang? kenapa nampar aku?" Alvan memegang pipinya yang terasa nyeri karena tamparan keras yang di berikan Namira.
"karena kamu pantas mendapatkannya!" Namira bangkit dari duduknya dengan tatapan penuh amarah. Seperti seekor singa yang siap untuk mencabik daging mangsanya saat itu juga.
"ada apa dengan kamu? kenapa bersikap aneh gini?" Alvan masih belum memahami situasi yang terjadi. Pria itu sedikit kesal melihat perubahan sikap wanitanya, yang awalnya manis menjadi tak karuan seperti ini, padahal tadi siang saat fitting baju pengantin, semuanya baik-baik saja.
Alvan tak tahu saja setelah kepergiannya tadi siang,ada hal tak terduga yang membuat hati Namira berubah seratus delapan puluh derajat padanya. yang awalnya mencintai menjadi sangat membencinya.
Dia bertanya-tanya dalam hati. Apa hanya karena kesalahan kecil saja Namira bisa sampai semarah ini. Perasaannya mulai tak enak sekarang. Dia takut kalau Namira mengetahui sesuatu yang sudah di sembunyikannya.
Pria itu merasa sangat takut kehilangan cinta Namira karena dia sungguh sangat mencintai perempuan itu dengan segenap jiwanya. Membayangkannya saja rasanya sudah tak sanggup. Apalagi jika semua yang di takutkannya itu menjadi nyata. Dia sungguh sangat tidak mengharapkan itu terjadi.
Namira mengambil ponselnya, mengotak-atiknya sebentar lalu melemparkannya ke arah Alvan.
"kamu jahat" hanya itu kalimat yang di ucapkan Namira.
Alvan langsung mengambil ponsel Namira yang jatuh tepat di dekat kakinya. Ia mulai menyentuh layar ponsel itu dan melihat apa yang ada di dalamnya.
Seketika keringat dingin mulai mengalir. Alvan merasa sangat terkejut melihat foto yang ada dalam benda pipih itu. Di sana terlihat Alvan tidur dengan wanita lain di sebelahnya. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Namira akan mengetahui hal yang di rahasiakan olehnya dengan cara seperti ini.
Alvan berpikir keras siapa yang sudah mengirimkan foto sialan ini pada calon istrinya. Dia pun menduga-duga pasti ada orang yang ingin merusak kebahagiaannya bersama Namira. Karena dia tak pernah menyangka ada yang mengambil fotonya di saat kejadian malam itu.
"ini nggak seperti yang kamu lihat sayang. Aku bisa jelaskan semuanya!" Alvan menggapai tangan Namira,tapi perempuan itu menepisnya dengan kasar seakan jijik bersentuhan dengan tunangannya.
"nggak ada yang perlu di jelaskan. Kalo kamu memang mencintai wanita lain,akhiri saja hubungan ini!" satu tetes air mata berhasil lolos membasahi pipi Namira.
"nggak ada wanita lain yang aku cintai selain kamu Namira. Kamu adalah satu-satunya wanita yang aku cintai di dunia ini" Alvan berkata dengan penuh emosional. Bahkan matanya sampai berkaca-kaca mengucapkan hal itu.
"bohong. Kalo kamu mencintai aku,kenapa menyakiti aku seperti ini? kamu udah berkhianat dan itu nggak bisa di maafkan. Batalkan saja pernikahan kita, karena aku nggak bisa hidup dengan orang yang udah menghancurkan hidupku" Mata Namira nyalang menatap tajam ke arah calon suami yang sekarang statusnya sudah berubah menjadi mantan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments