Bab 3 Keputusan Namira

Sudah berjam-jam Namira mengurung diri di dalam kamar meratapi nasibnya. Dia merasa sangat lelah hingga tertidur lelap. Dengan begitu setidaknya dia bisa menepi sejenak dari masalah yang harus ia hadapi di dunia nyata.

Dret.. Dret..

Getar di ponsel Namira membangunkannya dari tidur. Seingatnya,dia menerapkan mode silent pada ponsel miliknya agar tidak ada yang mengganggu tadi, tapi saking terlalu kacau pikirannya dia sampai salah pencet hingga jadi mode getar.

Namira mengambil ponsel yang tergeletak di samping bantal kemudian melihat siapa yang menelepon dengan setengah tidak sadar karena nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.

Nama pemanggil yang tertera di layar handphone membuat Namira langsung membelalakkan mata. Alvan, laki-laki itu adalah orang yang paling tak ingin di dengar suaranya saat ini.

Dia mengabaikan panggilan itu,tapi si penelpon belum menyerah juga. Alvan masih mencoba menelpon berulang-ulang.

alvan, kenapa kamu masih mengganguku? apa kamu tidak puas sudah menghancurkan hatiku seperti ini?

Tuhan,apa yang harus aku lakukan? haruskah aku berdiam diri saja,menghindar dari masalah seperti pengecut yang lari dari kenyataan.

Tidak,aku bukan perempuan lemah yang hanya bisa menangis saja. Aku akan selesaikan semua masalah ini secepatnya.

Akhirnya Namira putuskan untuk mengangkat panggilan di ponselnya yang masih bergetar sejak tadi. Dia memencet tombol hijau kemudian meletakkan ponsel di telinga kirinya.

"halo.."

"halo.. Namira sayang, kenapa lama sekali angkat telponnya,kamu baik-baik aja kan? aku khawatir sama kamu karena kamu tadi kan pulang sendirian. Aku takut terjadi apa-apa sama kamu" Alvan berbicara panjang lebar. Sedangkan Namira hanya diam menyimak saja.

Dulu Namira sangat senang mendengar ocehan seperti itu. Tapi sekarang dia merasa ada yang berbeda, perempuan yang matanya terlihat masih sembap itu merasa muak dengan kata-kata yang terlontar dari mulut calon suaminya itu.

Dia berpikir kalau semua perhatian yang di berikan Alvan hanyalah kepura-puraan saja. Karena kalau memang pria itu benar-benar perduli padanya,tak mungkin menikam dari belakang seperti yang dilakukan padanya sekarang.

"halo.. halo.. sayang,kok diam aja? kamu dengar suaraku kan? Namiraaa" suara di seberang sana memanggil-manggil karena tidak ada jawaban yang ia dengar dari mulut calon istrinya.

"iya,aku denger"

"kok pertanyaanku tadi nggak di jawab? kamu marah ya?"

"nggak"

"maaf ya sayang baru bisa nelpon kamu sekarang,tadi sibuk banget ngurusi klien soalnya. kamu pasti marah karena itu kan?"

kamu pintar sekali bersandiwara Alvan, seakan semuanya baik-baik saja. kenapa kamu melakukan itu? harusnya berikan saja perhatianmu itu pada perempuan yang sudah kamu tiduri..

Namira hanya bisa mengucapkan kalimat itu dalam hati, karena ia rasa tidak ada gunanya membicarakan masalah di telpon tanpa berhadapan langsung. Dia berpikir harus segera menemui Alvan dan menyelesaikan semua masalahnya.

"aku tunggu kamu di butik milikku nanti sore"

"hemm.. pasti udah kangen ya sayang? oke,nanti sepulang dari kantor aku langsung kesana. Mau di bawakan sesuatu?"

"nggak usah"

"ya udah kalo gitu,aku lanjut kerja dulu ya. mau ada meeting nih"

"iya"

"sampai jumpa nanti calon istriku yang paling cantik"

Namira langsung menutup telpon tanpa mau berkata apapun lagi. Hatinya terasa semakin sakit saat mendengar kalimat manis yang terucap dari bibir Alvan. Jika dulu perasaannya berbunga-bunga tiap mendengar pujian seperti itu, sekarang yang ia rasakan adalah sebaliknya.

Sungguh,dia sangat membenci perasaannya ini. jika bisa ia ingin melenyapkan semua rasa cinta yang terpatri di hatinya untuk lelaki bernama Alvan itu sekarang juga. Tapi apalah daya, Namira hanyalah manusia biasa yang tak bisa semudah itu membolak-balikkan hati semaunya.

Perempuan yang tampilannya acak-acakan itu bangkit dari tempat tidurnya,ia bercermin memperhatikan dirinya.

Apa ada yang salah denganku sehingga dia bermain-main dengan perempuan lain? apa aku kurang cantik hingga dia bisa berpaling mengkhianatiku?

Namira masih betah berdiri di depan meja rias miliknya. Dia mengamati dirinya sendiri lama tapi tak kunjung puas juga. Wajahnya cantik,berbulu mata lentik,hidung mancung khas asia dan kulitnya yang putih seputih pualam.

Tidak ada sedikitpun yang kurang darinya. Dia cantik mempesona, bahkan bisa di bilang sempurna di dukung dengan perawatan dan juga skin care mahal yang semakin membuatnya bersinar bak mutiara.

Bagaimana bisa kamu selingkuh Alvan? ternyata bertahun-tahun menjalin hubungan tidak menjamin akan mengenal sifat aslimu. aku salah karena bisa sampai kecolongan seperti itu.

Tidak,bukan aku yang salah,tapi kamu yang brengsek. aku tidak akan menangis lagi sekarang, karena sudah cukup semua ini bagiku.

Namira sudah memutuskan kalau dia akan bangkit menata hidupnya kembali,tanpa kehadiran Alvan. Dan tekadnya sudah bulat untuk itu.

Dia menghembuskan nafas berat kemudian melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Dia berharap guyuran air akan membuat perasaannya lebih baik.

Namira menikmati setiap tetes air yang membasahi tubuh mulusnya. Setidaknya pikirannya bisa sedikit tenang karena sejuknya air yang menyembur kencang itu.

Seusai mandi dia memilih baju untuk di kenakannya sore ini. Ia berniat akan berdandan secantik mungkin untuk membuat Alvan menyesal karena sudah mengkhianati perempuan seperti dirinya.

Namira memilih dress berwarna nude di padukan dengan high heels coklat pastel yang semakin mempercantik penampilannya. Lalu memoles make up tipis-tipis di wajah agar terlihat lebih segar. Ia tak perlu menggunakan make up tebal karena wajahnya sudah cantik alami.

Jam di dinding menunjukkan pukul empat kurang sepuluh menit. Namira tergesa-gesa keluar dari kamarnya menuju mobil. Dia takut kalau mama nya sudah pulang dari arisan dan melihat matanya yang masih terlihat sedikit sembap walaupun sudah tertutup make up.

Dia takut akan di todong dengan berbagai macam pertanyaan. Dan dia belum siap untuk menjelaskan semua. Tentu dia akan menceritakan semua yang terjadi,tapi bukan sekarang waktunya.

Rumah masih terlihat sepi. Dia bersyukur karena mamanya belum pulang dan pak Mamat pun tidak nampak keberadaannya.

fiuh.. untung saja mama belum pulang. pak Mamat juga nggak keliatan, sepertinya lagi on the way jemput. selamat..selamat..

kalo sampe telat dikit aja bisa berabe urusannya!!

Namira menghela nafas panjang kemudian segera masuk ke dalam mobil. Ia akan menyetir sendiri kali ini.

Dia mulai menyalakan mesin mobil lalu melajukannya menuju butik yang sudah di dirikannya sekitar lima tahun yang lalu.

Sebenarnya papanya meminta Namira untuk bekerja di perusahaan milik keluarga saja,tapi dia menolak. Dia lebih memilih mendirikan usaha di bidang fashion miliknya sendiri karena dia sangat tertarik dengan dunia itu.

Jarak dari rumah ke butiknya memakan waktu kurang lebih dua puluh menit perjalanan. Namira keluar dari mobil,lalu masuk ke dalam butik dengan mengangkat tegak kepalanya, karena setelah ini dia akan mengambil keputusan besar untuk masa depannya.

Terpopuler

Comments

Mr.F

Mr.F

sangat bagus dan menyentuh

2022-11-24

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kejutan menyakitkan
2 Bab 2 Aku membencimu
3 Bab 3 Keputusan Namira
4 Bab 4 Akhiri Saja Hubungan Ini
5 Bab 5 Kisah cinta yang hancur
6 Bab 6 Penyelidikan Alvan
7 Bab 7 Berusaha Move on
8 Bab 8 Gaun pernikahan
9 Bab 9 Rahasia yang terbongkar
10 Bab 10 Permintaan papa
11 Bab 11 Pertemuan Pertama
12 Bab 12 Namira Vs Rafka
13 Bab 13 Kesepakatan
14 Bab 14 Kedatangan Alvan
15 Bab 15 Kekecewaan mendalam
16 Bab 16 Pesta Pernikahan
17 Bab 17 Malam pengantin
18 Bab 18 Lingerie
19 Bab 19 Kehidupan baru
20 Bab 20 Pacar Alena
21 Bab 21 Kecurigaan Rafka
22 Bab 22 Cinta yang tak di restui
23 Bab 23 Dilema
24 Bab 24 Rencana Namira
25 Bab 25 Pertemuan Namira dan Alvan
26 Bab 26 Pembuktian
27 Bab 27 Kebenaran yang terungkap
28 Bab 28 Awal mula petaka di mulai
29 Bab 29 Penyesalan yang datang terlambat
30 Bab 30 Terlambat menyadari
31 Bab 31 Kemarahan Alena
32 Bab 32 Kepergian Alena
33 Bab 33 Pencarian dan permohonan
34 Bab 34 Bercerailah dengannya
35 Bab 35 Putus
36 Bab 36 Rasa bersalah
37 Bab 37 Titik terang
38 Bab 38 Bertepuk sebelah tangan
39 Bab 39 Kabar buruk
40 Bab 40 Antara hidup dan mati
41 Bab 41 Usaha Namira
42 Bab 42 Keajaiban
43 Bab 43 Cinta yang rumit
44 Bab 44 Terjebak rasa
45 Bab 45 Kekacauan
46 Bab 46 Kembali kritis
47 Bab 47 Alvan Vs Rafka
48 Bab 48 Cemburu
49 Bab 49 Isi hati Namira
50 Bab 50 Perhatian
51 Bab 51 Kejadian yang langka
52 Bab 52 Pulang bersama
53 Bab 53 Misi yang berhasil
54 Bab 54 Seribu Cara
55 Bab 55 Rencana yang gagal
56 Bab 56 Seteru abadi
57 Bab 57 Keinginan Alena
58 Bab 58 Kembalikan dia untukku
59 Bab 59 Pertahanan yang mulai goyah
60 Bab 60 Terjebak
61 Bab 61 Perhatian Namira
62 Bab 62 Kedatangan Orang Tua Namira
63 Bab 63 Terbongkarnya Sebuah Rahasia
64 Bab 64 Situasi yang rumit
65 Bab 65 Penyesalan
66 Bab 66 Menginterogasi Alvan
67 Bab 67 Kenyataan pahit
68 Bab 68 Lupakan dia untukku
69 Bab 69 Mari kita berpisah
70 Bab 70 Kepergian Namira
71 Bab 71 Tertawa di atas penderitaan
72 Bab 72 Terasa berbeda
73 Bab 73 Lebih bahagia jika bersamanya
74 Bab 74 Wanita misterius
75 Bab 75 Sebuah Dendam
76 Bab 76 Tragedi
77 Bab 77 Rela berkorban
78 Bab 78 Kedatangan mami Alvan
79 Bab 79 Kecemasan Namira
80 Bab 80 Senjata makan tuan
81 Bab 81 Menemui Rafka
82 Bab 82 Rasa yang berbeda
83 Bab 83 Momen langka
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1 Kejutan menyakitkan
2
Bab 2 Aku membencimu
3
Bab 3 Keputusan Namira
4
Bab 4 Akhiri Saja Hubungan Ini
5
Bab 5 Kisah cinta yang hancur
6
Bab 6 Penyelidikan Alvan
7
Bab 7 Berusaha Move on
8
Bab 8 Gaun pernikahan
9
Bab 9 Rahasia yang terbongkar
10
Bab 10 Permintaan papa
11
Bab 11 Pertemuan Pertama
12
Bab 12 Namira Vs Rafka
13
Bab 13 Kesepakatan
14
Bab 14 Kedatangan Alvan
15
Bab 15 Kekecewaan mendalam
16
Bab 16 Pesta Pernikahan
17
Bab 17 Malam pengantin
18
Bab 18 Lingerie
19
Bab 19 Kehidupan baru
20
Bab 20 Pacar Alena
21
Bab 21 Kecurigaan Rafka
22
Bab 22 Cinta yang tak di restui
23
Bab 23 Dilema
24
Bab 24 Rencana Namira
25
Bab 25 Pertemuan Namira dan Alvan
26
Bab 26 Pembuktian
27
Bab 27 Kebenaran yang terungkap
28
Bab 28 Awal mula petaka di mulai
29
Bab 29 Penyesalan yang datang terlambat
30
Bab 30 Terlambat menyadari
31
Bab 31 Kemarahan Alena
32
Bab 32 Kepergian Alena
33
Bab 33 Pencarian dan permohonan
34
Bab 34 Bercerailah dengannya
35
Bab 35 Putus
36
Bab 36 Rasa bersalah
37
Bab 37 Titik terang
38
Bab 38 Bertepuk sebelah tangan
39
Bab 39 Kabar buruk
40
Bab 40 Antara hidup dan mati
41
Bab 41 Usaha Namira
42
Bab 42 Keajaiban
43
Bab 43 Cinta yang rumit
44
Bab 44 Terjebak rasa
45
Bab 45 Kekacauan
46
Bab 46 Kembali kritis
47
Bab 47 Alvan Vs Rafka
48
Bab 48 Cemburu
49
Bab 49 Isi hati Namira
50
Bab 50 Perhatian
51
Bab 51 Kejadian yang langka
52
Bab 52 Pulang bersama
53
Bab 53 Misi yang berhasil
54
Bab 54 Seribu Cara
55
Bab 55 Rencana yang gagal
56
Bab 56 Seteru abadi
57
Bab 57 Keinginan Alena
58
Bab 58 Kembalikan dia untukku
59
Bab 59 Pertahanan yang mulai goyah
60
Bab 60 Terjebak
61
Bab 61 Perhatian Namira
62
Bab 62 Kedatangan Orang Tua Namira
63
Bab 63 Terbongkarnya Sebuah Rahasia
64
Bab 64 Situasi yang rumit
65
Bab 65 Penyesalan
66
Bab 66 Menginterogasi Alvan
67
Bab 67 Kenyataan pahit
68
Bab 68 Lupakan dia untukku
69
Bab 69 Mari kita berpisah
70
Bab 70 Kepergian Namira
71
Bab 71 Tertawa di atas penderitaan
72
Bab 72 Terasa berbeda
73
Bab 73 Lebih bahagia jika bersamanya
74
Bab 74 Wanita misterius
75
Bab 75 Sebuah Dendam
76
Bab 76 Tragedi
77
Bab 77 Rela berkorban
78
Bab 78 Kedatangan mami Alvan
79
Bab 79 Kecemasan Namira
80
Bab 80 Senjata makan tuan
81
Bab 81 Menemui Rafka
82
Bab 82 Rasa yang berbeda
83
Bab 83 Momen langka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!