Sudah berjam-jam Namira mengurung diri di dalam kamar meratapi nasibnya. Dia merasa sangat lelah hingga tertidur lelap. Dengan begitu setidaknya dia bisa menepi sejenak dari masalah yang harus ia hadapi di dunia nyata.
Dret.. Dret..
Getar di ponsel Namira membangunkannya dari tidur. Seingatnya,dia menerapkan mode silent pada ponsel miliknya agar tidak ada yang mengganggu tadi, tapi saking terlalu kacau pikirannya dia sampai salah pencet hingga jadi mode getar.
Namira mengambil ponsel yang tergeletak di samping bantal kemudian melihat siapa yang menelepon dengan setengah tidak sadar karena nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.
Nama pemanggil yang tertera di layar handphone membuat Namira langsung membelalakkan mata. Alvan, laki-laki itu adalah orang yang paling tak ingin di dengar suaranya saat ini.
Dia mengabaikan panggilan itu,tapi si penelpon belum menyerah juga. Alvan masih mencoba menelpon berulang-ulang.
alvan, kenapa kamu masih mengganguku? apa kamu tidak puas sudah menghancurkan hatiku seperti ini?
Tuhan,apa yang harus aku lakukan? haruskah aku berdiam diri saja,menghindar dari masalah seperti pengecut yang lari dari kenyataan.
Tidak,aku bukan perempuan lemah yang hanya bisa menangis saja. Aku akan selesaikan semua masalah ini secepatnya.
Akhirnya Namira putuskan untuk mengangkat panggilan di ponselnya yang masih bergetar sejak tadi. Dia memencet tombol hijau kemudian meletakkan ponsel di telinga kirinya.
"halo.."
"halo.. Namira sayang, kenapa lama sekali angkat telponnya,kamu baik-baik aja kan? aku khawatir sama kamu karena kamu tadi kan pulang sendirian. Aku takut terjadi apa-apa sama kamu" Alvan berbicara panjang lebar. Sedangkan Namira hanya diam menyimak saja.
Dulu Namira sangat senang mendengar ocehan seperti itu. Tapi sekarang dia merasa ada yang berbeda, perempuan yang matanya terlihat masih sembap itu merasa muak dengan kata-kata yang terlontar dari mulut calon suaminya itu.
Dia berpikir kalau semua perhatian yang di berikan Alvan hanyalah kepura-puraan saja. Karena kalau memang pria itu benar-benar perduli padanya,tak mungkin menikam dari belakang seperti yang dilakukan padanya sekarang.
"halo.. halo.. sayang,kok diam aja? kamu dengar suaraku kan? Namiraaa" suara di seberang sana memanggil-manggil karena tidak ada jawaban yang ia dengar dari mulut calon istrinya.
"iya,aku denger"
"kok pertanyaanku tadi nggak di jawab? kamu marah ya?"
"nggak"
"maaf ya sayang baru bisa nelpon kamu sekarang,tadi sibuk banget ngurusi klien soalnya. kamu pasti marah karena itu kan?"
kamu pintar sekali bersandiwara Alvan, seakan semuanya baik-baik saja. kenapa kamu melakukan itu? harusnya berikan saja perhatianmu itu pada perempuan yang sudah kamu tiduri..
Namira hanya bisa mengucapkan kalimat itu dalam hati, karena ia rasa tidak ada gunanya membicarakan masalah di telpon tanpa berhadapan langsung. Dia berpikir harus segera menemui Alvan dan menyelesaikan semua masalahnya.
"aku tunggu kamu di butik milikku nanti sore"
"hemm.. pasti udah kangen ya sayang? oke,nanti sepulang dari kantor aku langsung kesana. Mau di bawakan sesuatu?"
"nggak usah"
"ya udah kalo gitu,aku lanjut kerja dulu ya. mau ada meeting nih"
"iya"
"sampai jumpa nanti calon istriku yang paling cantik"
Namira langsung menutup telpon tanpa mau berkata apapun lagi. Hatinya terasa semakin sakit saat mendengar kalimat manis yang terucap dari bibir Alvan. Jika dulu perasaannya berbunga-bunga tiap mendengar pujian seperti itu, sekarang yang ia rasakan adalah sebaliknya.
Sungguh,dia sangat membenci perasaannya ini. jika bisa ia ingin melenyapkan semua rasa cinta yang terpatri di hatinya untuk lelaki bernama Alvan itu sekarang juga. Tapi apalah daya, Namira hanyalah manusia biasa yang tak bisa semudah itu membolak-balikkan hati semaunya.
Perempuan yang tampilannya acak-acakan itu bangkit dari tempat tidurnya,ia bercermin memperhatikan dirinya.
Apa ada yang salah denganku sehingga dia bermain-main dengan perempuan lain? apa aku kurang cantik hingga dia bisa berpaling mengkhianatiku?
Namira masih betah berdiri di depan meja rias miliknya. Dia mengamati dirinya sendiri lama tapi tak kunjung puas juga. Wajahnya cantik,berbulu mata lentik,hidung mancung khas asia dan kulitnya yang putih seputih pualam.
Tidak ada sedikitpun yang kurang darinya. Dia cantik mempesona, bahkan bisa di bilang sempurna di dukung dengan perawatan dan juga skin care mahal yang semakin membuatnya bersinar bak mutiara.
Bagaimana bisa kamu selingkuh Alvan? ternyata bertahun-tahun menjalin hubungan tidak menjamin akan mengenal sifat aslimu. aku salah karena bisa sampai kecolongan seperti itu.
Tidak,bukan aku yang salah,tapi kamu yang brengsek. aku tidak akan menangis lagi sekarang, karena sudah cukup semua ini bagiku.
Namira sudah memutuskan kalau dia akan bangkit menata hidupnya kembali,tanpa kehadiran Alvan. Dan tekadnya sudah bulat untuk itu.
Dia menghembuskan nafas berat kemudian melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Dia berharap guyuran air akan membuat perasaannya lebih baik.
Namira menikmati setiap tetes air yang membasahi tubuh mulusnya. Setidaknya pikirannya bisa sedikit tenang karena sejuknya air yang menyembur kencang itu.
Seusai mandi dia memilih baju untuk di kenakannya sore ini. Ia berniat akan berdandan secantik mungkin untuk membuat Alvan menyesal karena sudah mengkhianati perempuan seperti dirinya.
Namira memilih dress berwarna nude di padukan dengan high heels coklat pastel yang semakin mempercantik penampilannya. Lalu memoles make up tipis-tipis di wajah agar terlihat lebih segar. Ia tak perlu menggunakan make up tebal karena wajahnya sudah cantik alami.
Jam di dinding menunjukkan pukul empat kurang sepuluh menit. Namira tergesa-gesa keluar dari kamarnya menuju mobil. Dia takut kalau mama nya sudah pulang dari arisan dan melihat matanya yang masih terlihat sedikit sembap walaupun sudah tertutup make up.
Dia takut akan di todong dengan berbagai macam pertanyaan. Dan dia belum siap untuk menjelaskan semua. Tentu dia akan menceritakan semua yang terjadi,tapi bukan sekarang waktunya.
Rumah masih terlihat sepi. Dia bersyukur karena mamanya belum pulang dan pak Mamat pun tidak nampak keberadaannya.
fiuh.. untung saja mama belum pulang. pak Mamat juga nggak keliatan, sepertinya lagi on the way jemput. selamat..selamat..
kalo sampe telat dikit aja bisa berabe urusannya!!
Namira menghela nafas panjang kemudian segera masuk ke dalam mobil. Ia akan menyetir sendiri kali ini.
Dia mulai menyalakan mesin mobil lalu melajukannya menuju butik yang sudah di dirikannya sekitar lima tahun yang lalu.
Sebenarnya papanya meminta Namira untuk bekerja di perusahaan milik keluarga saja,tapi dia menolak. Dia lebih memilih mendirikan usaha di bidang fashion miliknya sendiri karena dia sangat tertarik dengan dunia itu.
Jarak dari rumah ke butiknya memakan waktu kurang lebih dua puluh menit perjalanan. Namira keluar dari mobil,lalu masuk ke dalam butik dengan mengangkat tegak kepalanya, karena setelah ini dia akan mengambil keputusan besar untuk masa depannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Mr.F
sangat bagus dan menyentuh
2022-11-24
1