Bab 4

“Kenapa kau sendiri Mario? Dimana Riyanda?” Tanya Nyonya Bella yang melihat Mario berdiri sendiri di depan kamarnya.

“Dia ada di gudang belakang Nyonya, apa Tuanku ada Nyonya?” Mario berucap berbisik-bisik. Nyonya Bella pun akhirnya mengerti, tidak mungkin Mario membawa Riyanda masuk dengan bentuk seperti barang culikan. Apa kata penghuni rumah itu yang di huni oleh 25 orang, yang terdiri dari 4 Tuan rumah, dan 21 pelayan berserta penjaga.

“Tunggu sebentar.” Sahut Nyonya Bella hendak memanggil Suaminya. “Nyonya..” Panggil Mario seketika. “Sampaikan saja kepada Tuan bahwa Aku menunggunya di gudang belakang rumah Nyonya.” Tambah Mario. “Baiklah.” Jawab Nyonya Bella singkat.

Istri dari Tuan Harun itu melangkah mendekati Suaminya yang tidak meninggalkan duduknya pada sofa itu sejak tadi malam. “Sayaaannggg…” Sapa Nyonya Bella lembut sembari menyentuh bahu suaminya.

Karena memang tidak sedang tidur, langsung saja Tuan Harun membuka matanya. “Ada apa sayang?” Tanya Tuan Harun yang berdiri dan meregangkan ototnya. “Mario sudah kembali sayang. Tadi Dia berpesan kepadaku agar memberitahumu bahwa ia menunggumu di gudang belakang.” Terang Nyonya Bella.

“Baiklah, mari kita berdua ke sana.” Ajak Tuan Harun. Keduanya langsung pergi ke belakang rumah, ke tempat gudang yang berukuran cukup besar itu. Gudang itu bahkan bisa di huni oleh keluarga kecil jika dibereskan. Namun sayang, kekayaan Tuan Harun tak mengharuskan rumah itu di huni melainkan dijadikan sebagai gudang.

Langit masih terasa gelap. Dengan menggunakan mantel dan topi, keduanya berjalan perlahan sembari memperhatikan sekitarnya kalau-kalau ada yang sudah bangun dan melihat mereka. “Sepertinya belum ada yang terbangun. Jadi aman, tidak ada yang melihat kita sayang.” Ujar Nyonya Bella setengah berbisik kepada Suaminya.

Kedua orang itu melanjutkan langkah hingga tiba di gudang. Gudang itu sangat berdebu, dengan dipenuhi sarang laba-laba, Mario telah menunggu majikannya datang. Di bawah kaki kanannya ada sebuah tas besar berwarna hitam berisikan manusia.

“Mariooo.. di mana Riyanda? Aku tidak melihatnya sama sekali.” Tanya Tuan Harun sesaat setelah masuk ke dalam gudang miliknya. “Ini Tuannn..” Tunjuk Mario menggunakan pisau yang ia pegang ke bawah kakinya.

“Mario, hati-hati dengan benda tajam itu. Cepat letakkan pisau itu.” Tegur Nyonya Bella. Nyonya itu bahkan merinding melihat pisau Mario yang mengkilap dan terlihat sangat tajam. “Baik Nyonya.” Ucap Mario sambil meletakkan pisau itu sebuah kotak yang terbuat dari kayu yang ada di sampingnya.

“Di mana Mario? Apa yang ada di kakimu itu?” Tuan Harun tak dapat melihat dengan jelas tas hitam itu. Gudang itu masih di dominasi dengan lampu yang menyala cuma satu. “Bella, hidupkan semua lampu yang berfungsi di gudang ini.” Titah Tuan Harun kepada Istrinya.

“Yang mana sayang? Aku tidak tahu lampu mana saja yang hidup.” Nyonya Bella tidak ingin meninggalkan tempatnya. Dia tidak ingin melangkah lebih jauh dengan kondisi gudang yang kotor dan penuh debu itu.

“Kau tekan saja semua tombol lampu itu Bella.” Berang Tuan Harun. Tidak tidur semalaman membuat tensi emosinya mulai naik. “Baiklah sayang…” Dengan wajah yang cemberut Nyonya Bella berusaha mencari tombol untuk menghidupkan semua lampu.

Istri dari Tuan Harun itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menemukan tombol lampu. Dengan kondisi setengah jijik dan ruangan yang gelap, Nyonya Bella kesusahan menemukannya.

“Disana Nyonya, di sana tombolnya.” Kata Mario sambil menunjuk sudut ruangan itu. “Hey kenapa tidak kau saja yang menekannya.” Tegas Nyonya Bella. “Tidak Nyonya, Wanita ini bisa kabur nanti.” Mario beralasan. “Issshhh…” Nyonya Bella berdecak kesal. Namun Akhirnya ia pun menemukan tombol untuk menghidupkan lampu tersebut.

Ceklek.

Seketika ruangan itu terang benderang. Telah jelas di mata Tuan Harun ada sebuah tas besar yang berada di bawah kaki Mario. “Apa Dia yang kau taruh dalam tas itu Mario?” Tanya Tuan Harun mendekati Mario, disusul pula oleh Nyonya Bella.

“Benar Tuan.” Sahut Mario. “Sekarang buka tas itu.” Titah Tuan Harun. Mario membuka resleting tas hitam itu. Ada seorang Wanita berambut panjang di dalam tas itu dengan mulut yang tertutupi oleh lakban hitam. Tangan dan kaki Wanita itu juga di ikat menggunakan tali hingga ia tampak terbaring tak berdaya.

Matanya merah dihiasi dengan aliran air mata. Terdengar jelas ada suara yang keluar dari kerongkongannya, tapi suara itu tak jelas untuk didengarkan, mengingat bahwa bibirnya yang tertutup dengan lakban.

Nyonya Bella mendekat, ia ingin memastikan apakah itu Riyanda. “Arghhhh… sayangku, itu bukan Riyanda.” Nyonya Bella tiba-tiba memeluk lengan Suaminya. Ingin sekali rasanya ia berteriak, namun mulutnya yang menganga hanya ditutupi dengan satu telapak tangannya dengan matanya yang membulat kaget.

“Siapa yang kau bawa ini Mario? Ini bukan Riyanda.” Jelas Tuan Harun. Pak tua itu memegang kepalanya dengan kedua tangan. Kepalanya terasa sakit dan pusing. Terlebih lagi Nyonya Bella, gangguan kecemasannya kambuh. Seketika seluruh badannya terasa lemas, nafasnya terasa pendek, dia mulai uring-uringan berputar tak karaun, seluruh ototnya menegang dan pingsan.

“Sayang… sayaannggg..” Tuan Harun menepuk-nepuk pipi Istrinya. Namun Istrinya tak kunjung sadar. “Bagaimana ini Mario, jika Istriku tidak segera sadar maka kau yang akan menanggung semuanya.” Ancam Tuan Harun.

Mario hanya berdecak sinis, ia membuka sepatu dan kaos kakinya. Pengawal pribadi dari Tuan Harun itu mendekati Tuannya dengan membawa sebelah kaos kaki miliknya. “Ini Nyonya tolong hiruplah.” Ujar Mario mendekatkan kaos kaki tersebut ke hidung Nyonyanya.

“Apa yang kau lakukan Mario?” Tangan Mario ditampik oleh Tuannya. “Percayalah padaku Tuan, Aku yakin Nyonya akan segera sadar.” Mario kembali menaruh kaos kaki itu pada lobang hidung Nyonya Bella.

Kaos kaki itu terlihat sangat jelek dan kotor, ujung kaos kaki tersebut juga terlihat sudah bolong. Kaos kaki yang busuk itu yang belum ia cuci selama ia membelinya lima tahun lalu. Bagi Mario, kaos kaki itu adalah jimatnya dalam melancarkan setiap aksinya. Kali ini Tuan Harun membiarkan Mario melakukan ritual mencium kaos kaki itu. Alhasil, Istri dari Tuan Harun itu langsung tersadar.

“Uhuk-uhuk, bau busuk apa ini. Uekkkk…!” Nyonya Bella terduduk dan menutup hidung mungilnya. “Bagaimana? Berhasilkan Tuan?” Ucap Mario membanggakan jimat keramatnya itu.

“Kau tidak apa sayang?” Tuan Harun mengenggam tangan Istrinya. Setelah tersadar dari pingsannya, Nyonya Bella kembali cemas dan gemetaran. “Sayang, bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan? Pernikahan anak kita tinggal beberapa jam lagi.” Nyonya Bella berkata terbata. Kepalanya sungguh terasa berat.

“Mario! Bagaimana bisa yang kau bawa bukan Riyanda?” Bentak Tuan Mario. “Ini Riyanda Tuan, sama persis yang terlihat di foto ini.” Mario berkata dengan percaya diri. Ia bahkan memperlihatkan foto Riyanda kepada Tuannya.

“Yang berada di foto itu memang Riyanda. Tapi gadis ini bukan Riyanda! Apa kau sudah gila Mario?!” Tuan Harun mulai memperlihatkan amarahnya. Matanya terbelalak, hidung yang kembas kempis dan rahang yang bergetar.

Mario hanya terdiam dan berdecak heran. Baginya Wanita yang dibawanya itu adalah Riyanda. Gadis itu sangat mirip Riyanda yang pernah ia lihat dan yang ada di foto yang sedang ia tatap itu. Mario masih berpikir keras dan menoleh secara bergantian antara foto itu dengan gadis yang meringkus tak berdaya di dalam tas.

“Tuan, ini benar Riyanda.” Mario masih saja bersikukuh bahwa itu Riyanda. Nyonya Bella yang mendengar percakapan di antara keduanya akhirnya ambil bagian. “Tidak Mario, gadis itu bukan Riyanda. Gadis itu adalah Kirana, anak dari Riyanda. Memang Janda sialan itu mempunyai anak gadis yang cantik yang wajahnya sama persis seperti dirinya. Mereka berdua bagaikan pinang yang dibelah dua.” Terang Nyonya Bella.

Mario hanya bisa bertambah bingung dengan situasi itu. Pada alamat yang ia tuju itu, ada satu perempuan di sana yaitu Kirana. Karena wajah yang sama namun umur yang berbeda, ditambah penculikan itu berlangsung pada malam hari yang gelap, Mario tak dapat lagi mengenali Riyanda yang memiliki sedikit keriput dan rambut pirang. Berbeda dengan Kirana, wajahnya yang masih sangat muda dan berambut hitam, dan selebihnya mereka sama persis.

“Tuan, bukankah bagus jika kita membawa anaknya? Untuk apa menikahkan Tuan Muda dengan perempuan tua.” Kata Mario. Baginya sangat aneh jika Tama menikah dengan Ibu dari gadis ini, sedangan gadis ini sangat cantik dan mulus.

“Diam kau Mario! Ini bukan urusanmu!” Berang Tuan Harun. Saat ini kepalanya pusing tujuh keliling. Mario hanya bisa terdiam pasrah saat Tuannya itu marah. Semua unek-uneknya ia tahan, suatu kesalahan baginya mengungkapkan pendapatnya barusan.

“Maaf Tuan.” Mario tertunduk takut kepada Tuannya. “Sayang, ototku kembali tegang. Jika begini terus Aku bisa dibawa ke rumah sakit.” Ujar Nyonya Bella yang masih bergelut dengan gangguan kecemasannya.

“Kalau begitu akan ku bawa kau ke rumah sakit sekarang juga.” Sahut Tuan Harun, ia segera merangkul pinggul Istrinya. “Jangan sayang, tidak bisa. Kita harus menyelesaikan dulu masalah ini. Arghhhh…” Nyonya Bella memegang kepalanya dengan kedua tangan yang gemetaran. Kali ini Nyonya Bella yang merasa pusing tujuh keliling.

Tuan Harun menopang dagu seraya berpikir. “Baiklah, tidak ada jalan lain. Kita nikahkan saja gadis ini dengan Tama.” Kata Tuan Harun. “Apa tidak masalah sayang? Bagaimana dengan Tama nanti? Ia akan kecewa sayang.” Kini mata Nyonya Bella berkaca-kaca, rasanya ia tak sanggup menyaksikan Tama yang berkecil hati dan bersedih karena bukan Riyanda yang dipinangnya.

“Untuk saat ini, itulah yang bisa menjadi solusi sayang. Mengingat acaranya tinggal beberapa jam lagi.” Kata Tuan Harun memantapkan rencananya. “Mario, gadis itu kau bius saja. Jangan biarkan Dia sadarkan diri hingga acara pernikahan selesai. Dan kau sayang, pergilah bersiap-siap dan berdandan lah yang cantik.” Tambah Tuan Harun.

“Mario bawa gadis ini ke ruang pengantin sekarang juga. Sebelum yang lain bisa menyadarinya.” Titah Tuan Harun.

“Baik Tuan.” Sahut Mario, ia lekas melaksanakan perintah dari Tuannya. Sedangkan Nyonya Bella ditopang oleh Tuan Harun dan meninggalkan gudang itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!