Bab 2

“Sayang, bagaimana Kita akan menjelaskan kepada Tama?” Nyonya Bella cemas. Ia takut Anaknya akan kecewa dengan batalnya perjodohan dari putra sulungnya itu. “Biarkan saja, tunggu saja Mario sampai tengah malam nanti. Aku yakin Dia akan membawakan Kita Janda sialan itu.” Sahut Tuan Harun.

“Tapi sayang, apa Mario bisa membawanya secepatnya itu? Acara pernikahannya kan besok pagi sayang.” Kata Nyonya Bella. Istri dari Tuan Harun itu sangat cemas, ia bahkan mengepal dan membuka telapak tangannya berkali-kali.

“Sayang, bisakah kau tenang saja. Lihat lah, besok pagi Riyanda akan meringkus di depanmu dan memohon ampun kepadamu.” Tuan Harun mencoba menenangkan Istrinya. Sambil mengeggam kedua tangan Istrinya, Tuan Harun berdoa dalam hati “Ya Tuhan, jangan biarkan gangguan kecemasan Istriku kambuh lagi”.

“Baiklah kalau begitu Aku akan tidur lebih dulu.” Ujar Nyonya Bella meninggalkan Suaminya yang terduduk sendiri pada sofa di kamar mewah tersebut.

Di dalam kamar Tuan dan Nyonya itu terdapat sofa beserta dengan mejanya seperti di ruang tamu pada rumah biasa. Ada TV berukuran 393 inch yang menempel di dinding. TV itu hampir memenuhi dinding kamar karena ukurannya yang sangat besar. Ada lemari kaca transparan untuk pakaian untuk penghuni kamar itu dengan masing-masing dari mereka memiliki lemari yang berbeda. Tak lupa lemari untuk sandal sepatu yang berbeda pula.

Kamar itu dipenuh dengan cermin di atas tempat tidur. Tempat tidur ala princes bergaya klasik seperti europian design membuatnya terlihat mewah. Dan segala pernak pernik perhiasan dengan design interior yang kebanyak di import dari luar negeri.

Nyonya itu mengambil satu pil pada botol kecil miliknya. Pil itu adalah obat tidur, agar tidurnya malam ini bisa nyenyak dan tak menghiraukan lagi masalah pernikahan yang dibatalkan.

Tuan Harun duduk termenung di sofa tersebut sambil memikirkan keberadaan Riyanda.

Flashback on

“Ibu...” Tama memeluk erat Ibunya dari belakang. “Ada apa sayang? Kalau sudah memeluk seperti ini pasti ada maunya nih.” Sahut Nyonya Bella.

“Ibu, Aku ingin mengatakan sesuatu. Tapi Ibu harus janji jangan marah ya. Dan Ibu, ini hanya di antara Kita berdua saja yang tau.” Tama membalikkan Ibunya perlahan hingga Ibunya dapat melihat wajah tampan nan dewasa dari putra sulungnya.

“Iya ada apa sayang? Apa itu hal yang sangat serius?” Tanya Nyonya Bella. Tak bisa dipungkiri, dengan Tama bersikap seperti itu, batinnya semakin penasaran, hal apa yang bisa membuat Tama ingin berbicara dengannya dengan empat mata.

Tama mengajak Ibunya untuk duduk di halaman belakang rumahnya. Di belakang rumah itu terdapat hamparan rumput yang sangat luas. Ada beberapa gazebo yang memiliki kubah kecil di masing-masing atapnya. Pondok itu berwarna putih bersih, dengan tiang yang berwarna putih pula yang meniru gaya eropa.

Pada Gazebo yang paling sudut, Tama telah duduk bersama Ibunya. “Katakan sayang, hal serius apa yang ingin kau sampaikan?” Tanya Nyonya Bella penasaran. “Begini Ibu, Aku adalah Pria dewasa. Saat ini entah mengapa…” Kalimat Tama terhenti.

“Kenapa sayang, lanjutkan perkataanmu.” Sahut Ibunya. “Emmm.. ini menyangkut harga diri seorang pria juga sih Bu.” Tama terlihat ragu untuk memberitahukan masalah pribadinya kepada Nyonya Bella.

“Kalau begitu sampaikan saja pada Ayahmu.” Kata Nyonya Bella, ia cemberut dan membelakangi Anaknya. “Ibu jangan mengambek. Baiklah akan ku katakan.” Tama menghela nafas kasarnya.

“Ibu, apa boleh Aku menikah dengan Wanita yang lebih tua?” Tanya Tama kepada Ibunya. “Apa? Yang lebih tua?” Nyonya Bella kaget mendengar perkataan putra sulungnya. Dengan wajah Ibunya yang kaget, Tama terlihat sedih. Karena melihat putra sulungnya sedih, lekas Nyonya Bella tersenyum manis dan kembali bertanya kepada Anaknya.

“Siapa Wanita beruntung itu sayang?” Tanya Nyonya Bella dengan senyum yang terpaksa. “Namanya Melly Bu, Dia gadis yang berumur 40 tahun. Ini fotonya..” Sahut Tama sembari memperlihatkan foto wanitanya kepada Nyonya Bella.

Seketika Nyonya Bella membuka mulutnya lebar, ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Dengan cepat Dia menutup mulutnya dengan kedua tangan dan melirik Anaknya sendiri. Tampak wajah bahagia terpancar dari ekspresi Tama. “Tama…” Nyonya Bella menggenggam erat tangan putranya.

“Apa benar kau mengidap penyakit Oedipus Complex seperti yang orang-orang bicarakan?” Nyonya Bella menatap tajam kepada putranya. Tama hanya bisa tertunduk malu.

“Tidak apa sayang, jika memang kau terkena penyakit itu maka tidak masalah kau menyukai Wanita yang lebih tua, hanya saja Wanita yang kau sebut Melly itu tidak begitu cantik dan Ibu tidak tahu Dia dari keluarga mana sayang.” Terang Nyonya Bella.

Mendengar perkataan dari Ibunya, Tama merasa lega dengan penyakit yang dideritanya. “Melly itu seorang guru SD Bu, Dia juga dari keluarga sederhana. Kenapa Saya tertarik padanya karena Dia terlihat lebih dewasa dan baik.” Jelas Tama.

“Apa kau sudah menjalin hubungan dengannya sayang?” Nyonya Bella ingin memastikan lagi. “Tidak Ibu, Aku hanya tertarik padanya dan mengobrol sesekali di Facebook.” Sahut Tama. “OK, bagus kalau seperti itu. Jika Ibu yang mencarikanmu jodoh, apa kau tidak masalah? Akan kucarikan yang lebih tua dan lebih cantik dari Melly. Bagaimana sayang?” Kata Nyonya Bella yang masih menatap tajam putra sulungnya.

“Baiklah Ibu, Aku tidak masalah.” Sahut Tama singkat. “Ehem-ehem, ada percakapan rahasia apa ini?” Ujar Tuan Harun yang mendekat secara tiba-tiba. “Tidak ada Ayah, Aku hanya sedang rindu kepada Ibu. Emmm.. Aku masuk dulu Ayah, Aku masih harus mengerjakan sesuatu.” Tama berdiri dan meninggalkan kedua orang tuanya pada Gazebo itu.

“Apa yang membuat Tama begitu serius memanggilmu untuk mengobrol sayang?” Tuan Harun terduduk di samping Istrinya. Suami dari Nyonya Bella itu merangkul mesra Nyonya Bella.

“Sayang, ternyata benar apa yang orang-orang katakan, Tama mengidap penyakit Oedipus Complex.” Terang Nyonya Bella, wajahnya terlihat murung. Nyonya mulai mengedipkan matanya sesering mungkin, mengepalkan telapak tangan berulang dan cepat.

“Hentikan kecemasanmu itu Bella, biarkan saja. Memangnya kenapa kalau Anak Kita mengidap penyakit itu? Tinggal Kita carikan saja Wanita yang lebih tua bukan?” Tegas Tuan Harun. “Ahhh.. iya benar sayang. Tapi siapa Wanita yang lebih tua yang bisa Kita jodohkan kepada Anak Kita sayang?” Nyonya Bella sedang menopang dagu sekarang.

“Bukankah kau punya teman yang bernama Riyanda sayang. Katamu Dia Janda yang cantik keturunan Eropa, Belanda, dan Indonesia. Paras cantiknya tidak kalah dengan kekayaannya. Dengan begitu harta Kita bisa bertambah jika kau menjodohkan Riyanda bersama putra Kita sayang.” Tuan Harun mengecup lembut rambut Istrinya.

“Ahhh… benar! Kau memang cerdas Suamiku.” Seketika Nyonya Bella mengecup pipi Suaminya. “Jika Tama menikah dengannya Aku tidak masalah sayang. Kau tau Riyanda itu sangat kaya, bahkan sepatunya saja seharga 28 Milyar.” Jelas Nyoya Bella kegirangan.

“Benarkah? Berarti Dia itu bukan sembarang orang sayang.” Sahut Tuan Harun. “Benar sayang, selama Dia bergabung dengan kelompok arisan kami, Dia selalu membayar tagihan yang Kami habiskan selama melangsungkan arisan rutin. Uangnya seakan tak ada habisnya sayangg…” Terang Nyonya Bella.

“Dan kau tahu sayang, yang membuatku paling mengaguminya selain kecantikannya, Riyanda menguasai lima bahasa sekaligus. Bahasa Indonesia karena Dia memang WNI, bahasa Prancis karena Ibunya memang orang Prancis, bahasa Belanda karena memang Kakek dari Ayahnya adalah orang Belanda, bahasa Inggris karena itu bahasa sehari-harinya selain bahasa Indonesia, dan bahasa Rusia karena Dia bilang pernah tinggal di rusia selama dua tahun.” Tambah Nyonya Bella.

“Luar biasa Riyanda itu. Kalau begitu cepat temui Dia besok sayang. Jika kau ingin bertemu dengannya jangan lupa mengajakku. Aku ingin melihat calon menantuku.” Senyuman senang terpancar dari Tuan Harun. Sedangkan Nyonya Bella melupakan kecemasannya.

Flashback off

Tuan Harun masih terduduk di sofa di dalam kamarnya. Dia melihat jam pada ponsel miliknya yang berada di atas meja. Sudah jam dua malam, Mario masih belum datang. Tak lama kemudian ponsel milik Tuan Harun bergetar. Ia melirik ponsel itu melihat panggilan masuk pada layar ponselnya. Terdapat nama kontak Mario yang sedang memanggil. Dengan cepat Tuan Harun menggapai ponsel itu dan menganggkat panggilan suara itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!