Saat Henrietta baru saja keluar dari kamar mandi tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.
"Nyonya anda di tunggu tuan untuk makan malam," ucap suara dari balik pintu.
"Ya, aku akan keluar sebentar lagi," sahut Henrietta.
Henrietta baru saja bangun dari tidurnya, karna saking lelahnya setelah memasuki kamar dan menemukan ranjang dia langsung terlelap tanpa melepas pakaian pengantinnya dan baru bangun menjelang makan malam.
Henrietta membuka lemari besar yang ada di sudut kamar, dia membuka lemari itu dan terdapat banyak pakaian dan semuanya adalah merek terkenal, bukan hanya itu disana juga terdapat beberapa tas, sepatu dengan berbeda model, dan beberapa perhiasan.
Henrietta mengambil asal pakaian yang menurutnya nyaman untuk di gunakan tidur lagi.
"Aku tak tahu jika ukuran kami sama," gumam Henrietta saat memakai pakaian itu.
Dia berpikir jika ukuran tubuhnya sama dengan Julia karna menurut Henrietta semua pakaian itu pasti milik Julia.
Setelah semuanya sudah beres Henrietta keluar dari kamar karna tak ingin membuat Henry terlalu lama menunggunya.
"Maaf aku terlalu lama," ujar Henrietta saat sudah sampai di ruang makan.
"Duduklah," tungkas Henry tanpa melihat Henrietta.
Henrietta mendudukkan dirinya di samping Henry dan mulai menyantap makan malam yang sudah di buat oleh pelayan.
"Ini sangat enak," ujar Henrietta pada seorang pelayan yang berdiri di sampingnya sambil mengisi air minum di gelas kosong miliknya.
"Siapa yang memasaknya?" tanya Henrietta.
Pelayan itu menatap pada Henry, karna sang tuan tidak suka jika ada yang berbicara saat makan dan Henry malah menganggukkan kepalanya.
"Semua ini adalah masakan bibi Ely, nyonya." ujar pelayan tersebut.
"Kalau begitu bilang padanya jika masakannya sangat enak," ujar Henrietta tersenyum.
"Baik nyonya," balas pelayan tersebut.
Setelah itu dia undur diri karna melihat tatapan tajam dari tuannya.
Henrietta menikmati makanannya dan makan dengan lahap tanpa menghiraukan keberadaan Henry.
Saat mereka berdua sudah menyelesaikan makan malam-nya tiba-tiba ponsel Henrietta berbunyi, dia melihatnya dan ternyata yang menelpon adalah sahabatnya.
"Boleh aku mengangkat teleponku?" tanya Henrietta ragu-ragu.
"Hmm," gumam Henry sebagai jawaban.
Dan Henrietta pun langsung pergi dari hadapan Henry.
"Akhirnya kau mengangkat telpon-ku juga, dari mana saja kau hah? Kenapa tak menghubungiku? Kau sudah sampai? Dimana kau sekarang? Aku akan menjemputmu," Henrietta mendapat pertanyaan beruntun dari sahabatnya itu.
"Maafkan aku Lucy, aku sudah sampai dan aku baik-baik saja, aku menginap di hotel dekat bandara karna terlalu lelah," bohong Henrietta.
"Beritahu aku nama hotelnya, aku akan menjemputmu sekarang," ujar Lucy di sebrang telpon.
"Tak perlu! ini sudah malam, kita bertemu besok saja, beritahu aku alamatnya nanti aku akan menyusul," kilah Henrietta.
Dia tak mungkin bilang pada Lucy sekarang jika dirinya sudah menikah.
"Baiklah, aku akan mengirim pesan besok padamu," ujar Lucy.
"Hmm," sahut Henrietta.
Cukup lama mereka berbicara dan akhirnya Henrietta mengakhiri panggilannya.
Dia kembali masuk kedalam mansion dan melihat Henry sedang duduk di ruang santai dengan laptop berada di pangkuannya.
"Bisa buatkan aku kopi," ujar Henry tanpa melihat kearah orang yang di ajaknya bicara.
Tanpa mengatakan apapun Henrietta berjalan kearah dapur dan membuatkan kopi untuk Henry.
Saat sudah selesai dia berjalan ke tempat dimana Henry duduk tadi dan menaruh kopi di meja yang ada di depannya.
Henry melihat kearah kopi itu dan mengalihkan atensinya pada Henrietta yang sedang berdiri didekatnya.
"Apa ada lagi?" tanya Henrietta.
"Tidak ada," balas Henry.
"Kalau begitu aku akan kembali ke kamarku," ujar Henrietta.
Karna tak mendapat balasan dari Henry akhirnya Henrietta pergi dari sana, dia masuk kedalam kamarnya dan disana sudah ada koper dan tas miliknya.
Dia membuka tas yang berisi laptop, dan mendudukkan dirinya di ranjang dengan menyandarkan punggungnya.
Dia membuka laptop yang ada di pangkuannya, dia akan mengecek email yang dikirim oleh orang kepercayaannya untuk mengurus restoran milik ibunya selama dia pergi.
Hingga pukul sepuluh malam Henrietta baru menyelesaikan pekerjaannya, dia menaruh laptop dan meregangkan otot tubuhnya yang pegal.
Karna dia sudah tidur tadi siang hingga menjelang malam jadi membuatnya tak mengantuk.
Henrietta berjalan keluar kamar untuk mengambil air minum, saat melewati ruang santai dia melihat Henry yang tertidur dengan menyandarkan tubuhnya di sofa.
Henrietta kembali masuk kedalam kamarnya dan mengambil bantal serta selimut lalu kembali lagi ke tempat Henry.
Dia menaruh laptop Henry di atas meja membaringkan tubuh Henry dan meluruskan kakinya, lalu Henrietta mulai menyelimuti Henry.
Setelah selesai Henrietta kembali Ke dapur dan meminum airnya, lalu kembali lagi ke kamarnya dan merebahkan dirinya di atas ranjang.
Dia memaksakan dirinya untuk tidur dan lama kelamaan dia tertidur juga.
**
Pagi-pagi sekali Henrietta sudah bangun dari tidurnya, dia juga sudah mandi dan memakai pakaiannya.
Henrietta keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju lantai bawah, dia melewati ruang santai dan tak melihat Henry disana, hanya ada bantal dan selimut yang sudah dilipat rapi.
Henrietta mengedikan bahunya dan melanjutkan jalannya menuju dapur, disana sudah ada dua pelayan yang sedang membuat makanan untuk sarapan.
"Boleh aku membantu?" ujar Henrietta dengan suara cerianya.
Dua pelayan itupun otomatis terkejut mendengar suara tiba-tiba milik Henrietta.
"Tak apa nyonya, biar kami saja, anda bisa menunggu di meja makan," ucap pelayan wanita yang lebih muda.
"Tak apa, aku sudah biasa seperti ini," Henrietta berjalan kearah mereka dan berdiri di tengah-tengah dua pelayan tersebut.
"Siapa nama bibi?" tanya Henrietta pada pelayan yang lebih tua.
"Ely nyonya," jawab pelayan tersebut.
"Ah ... jadi anda yang bernama bibi Ely, makanan anda sangat enak semalam," puji Henrietta dengan senang.
"Terima kasih nyonya, anda terlalu melebih-lebihkan," ujar bibi Ely.
"Sungguh masakan anda sangat enak," sahut Henrietta.
"Lalu siapa namamu?" kini Henrietta beralih pada pelayan yang lebih muda.
"Della nyonya," jawan pelayan tersebut.
"Kau terlihat masih sangat muda, berapa usiamu?" Henrietta bertanya lagi.
Dia akan mencoba mengakrabkan diri dengan semua penghuni mansion ini.
"19 tahun nyonya," jawab Della.
"Pantas saja," gumam Henrietta.
"Apa yang akan kalian buat?" tanya Henrietta.
"Kami akan membuat pancake nyonya," jawab bibi Ely.
"Kalau begitu aku akan membantu," ujar Henrietta.
Bibi Ely dan Della hendak menolak tapi Henrietta kembali membuka suaranya.
"Mendiang ibuku punya restoran di Swiss, jadi aku sudah terbiasa berada di dapur, kalian tak perlu khawatir," ujar Henrietta.
"Tapi nanti tuan akan marah nyonya," cicit Della.
"Dia tak akan marah, jika dia marah aku yang akan bilang padanya," ujar Henrietta.
'Lagi pula untuk apa dia marah,' pikir Henrietta.
Dan mereka pun dengan sangat pasrah mengizinkan Henrietta untuk membantu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
uyay
mudah-mudahan semakin lama bersama Henry luluh juga sama Henrieta, org nya tulus dan baik...
2023-04-08
0
Lisa Haruna(Izin hiatus guys)
aku udh bc,saling suport thor
2022-12-01
2
Winter12
lanjut
2022-11-23
3