"Anda sangat cantik nona," ujar seorang wanita yang membantu Henrietta merias dirinya.
"Iya benar, anda sangat cantik," tungkas wanita yang satunya lagi.
"Terima kasih," balas Henrietta dengan tersenyum.
Saat dua orang itu sedang merapikan peralatan make-up nya tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar yang Henrietta tempati.
"Apakah sudah selesai?" tanya Marco yang baru saja masuk.
"Sudah tuan," jawab kedua wanita itu dengan bersamaan.
"Kalian boleh pergi," ujar Marco
Dan kedua wanita itupun pergi meninggalkan Henrietta berdua dengan Marco setelah mereka membereskan barang-barangnya.
"Ayo! kita harus cepat, mereka sudah menunggu terlalu lama," ujar Marco.
Henrietta berjalan mengikuti sang ayah keluar dari kamar itu.
Saat mereka berjalan menuju lift, Henrietta tak melihat siapapun di lantai yang di tempatinya saat ini.
Marco membawa Henrietta masuk kedalam lift.
TING ...
Pintu lift terbuka dan mereka sudah berada di basement hotel milik Marco.
Marco menyuruh Henrietta untuk masuk kedalam mobil, dan Marco akan menyetir mobilnya sendiri, dia tak ingin orang-orang tahu tentang Henrietta.
"Kemana kau akan membawaku?" tanya Henrietta setelah Marco menjalankan mobilnya.
"Kau akan tahu nanti," jawab Marco.
"Dan jangan mengatakan apapun nanti," ujar Marco yang sepeti ancaman untuknya.
Henrietta memandang sinis pada Marco. "Aku jadi meragukan jika kau adalah ayah kandungku,"
"Aku juga begitu, awalnya aku ragu jika kau adalah anak kandungku, dengan sialnya hasil tes DNA itu menunjukan jika kau adalah anakku," timpal Marco tak kalah sinisnya.
"Bukankah anak sialmu sekarang ini berguna untukmu? Buktinya kau membutuhkanku sekarang," ujar Henrietta.
"Bagaimana jika aku juga merebut milik anak tirimu?" tantang Henrietta.
"Jangan macam-macam denganku Henrietta," geram Marco kesal mendengar perkataan Henrietta.
"Ckk ... Kau mencampakkan ibuku demi wanita itu, dan kau tak tahu apapun tentang ibuku," ujar Henrietta.
Setelah mengatakan itu tak ada pembicaraan lagi di antara mereka berdua, Marco tak menanggapi perkataan Henrietta yang menurutnya tidak penting.
Sudah lebih dari satu jam mereka berkendara dan akhirnya mereka sampai di sebuah gereja yang berada di pinggir pantai.
Sebenarnya bukan ini tempat pernikahan Julia dan Henry, tapi saat Marco memberitahu Henry dan orang tuanya jika Julia mengalami kecelakaan dan koma dan tanpa di sangka Marco pikir mereka akan menunda pernikahan itu karna kondisi Julia, tapi siapa yang tahu jika ternyata mereka juga ingin melanjutkan pernikahan ini dan akhirnya Marco menyarankan pengantin pengganti untuk menggantikan Julia.
Dan disinilah dia berada, disebuah gereja di pinggiran kota yang tak ada siapapun dan itu merupakan keberuntungan bagi Marco.
Marco berjalan bersama Henrietta dan membuka pintu besar itu.
Henrietta dapat melihat empat orang termasuk seorang pastur yang berdiri menatap kearahnya, Marco menuntun Henrietta untuk berjalan kearah mereka.
Henrietta dapat melihat dengan jelas wajah pria yang berdiri di depan altar, wajah tegas nan tampan, bertubuh tinggi dan tegap sedang menatap kearahnya.
"Perkenalkan dia adalah Henrietta keponakan-ku," Marco memperkenalkan Henrietta pada tiga orang itu.
Henrietta berdecih dalam hati. 'Bahkan sampai saat ini pun pria itu tak mau mengakuinya sebagai anak,'
"Segera mulai pernikahannya," ujar Henry yang akhirnya mengeluarkan suaranya.
Marco menyuruh Henrietta untuk menghampiri Henry dan berdiri di sampingnya.
Mereka berdua mulai mengucapkan janji suci pernikahan di hadapan pastur dan di saksikan oleh kedua orang tua Henry dan juga Marco.
Tak ada pesta pernikahan atau apapun itu, status Henrietta sebagai istri pengganti bagi Henry benar-benar di rahasiakan dari semua orang.
Setelah mereka mengucapkan ikrar pernikahan, mereka berdua mulai menyematkan cincin pernikahan di jari pasangan masing-masing.
Hingga tiba saatnya dimana Henry akan mencium Henrietta, Henrietta malah memalingkan wajahnya menghadap pastur dan alhasil Henry hanya mencium pipi Henrietta, Henry tersenyum miring dibalik ciumannya pada Henrietta.
Karna pernikahan sudah selesai Marco memutuskan untuk segera pergi dari sana, dia masih memiliki urusan yang sangat penting dari pada harus menunggui Henrietta.
Emma, ibu Henry menghampiri Henrietta dan memeluknya. "Selamat datang di keluarga Walter," ucapnya dengan suara lembut.
Henrietta membalas pelukan itu tanpa mengatakan apapun lagi.
"Kalian akan kemana setelah ini?" tanya Elijah, ayah Henry.
"Aku akan langsung kembali ke mansion," ujar Henry.
"Baiklah, daddy dan mommy akan berada disini sampai besok setelah itu kita akan langsung kembali ke California," tungkas Elijah dan di angguki oleh Henry.
Sedangkan Henrietta hanya diam saja tanpa ada niat untuk bergabung dalam pembicaraan itu.
"Ayo," ajak Henry pada Henrietta.
Henrietta melihat kearah Emma dan Emma hanya mengangguk saja agar Henrietta mengikuti Henry.
Henrietta sama sekali tak memikirkan ayahnya, dia tak perduli pria itu mau pergi atau tetap disini.
Setelah berpamitan dengan orang tua Henry, Henrietta pun mengikuti Henry dari belakang.
"Pakai lagi veil-mu," ujar Henry.
Henrietta yang merasa bingung pun hanya mengikuti perintah Henry untuk memakai veil nya lagi.
Saat mereka sudah diluar disana sudah ada mobil yang menunggu mereka tepat di depan gereja.
"Masuklah," ujar Henry dingin.
Tanpa mengatakan apapun Henrietta pun masuk kedalam mobil dan disusul oleh Henry yang duduk di sampingnya.
Mobil melaju dengan kecepatan penuh membelah jalanan yang di lalui oleh mereka.
Hingga tak sampai tiga puluh menit mereka sampai, pintu pagar berwarna hitam yang menjulang tinggi seperti benteng terbuka dengan sendirinya, mobil yang di naiki Henrietta terus melaju lebih dalam hingga terlihat sebuah bangunan mewah dan besar.
Henrietta melihat mansion itu lewat jendela mobil milik Henry, mansion yang bahkan lebih besar dari milik ayahnya.
Mobil berhenti tepat di depan mansion besar itu, Henry keluar lebih lebih dulu baru setelah itu membukakan pintu mobil untuk Henrietta.
Henrietta sedikit kaget saat Henry membukakan pintu mobilnya, dia menatap lekat pria di depannya.
"Kau tak ingin keluar?" ujar Henry masih dengan suara dinginnya.
Henrietta yang tersadar pun langsung keluar dari dalam mobil.
Dia berjalan mengikuti Henry masuk kedalam mansion besar itu. Henrietta mengedarkan pandangannya ke seisi penjuru mansion, dia melihat banyak foto-foto Henry bersama keluarga dan juga orang tuanya, tapi dia tak melihat foto pertunangannya bersama Julia satu pun padahal pertunangan mereka di adakan besar-besaran.
"Tunggu," ujar Henrietta menghentikan langkah Henry.
Henry melihat kearah Henrietta dengan menaikan alisnya.
"Koperku masih ada di hotel milik keluarga Sergei," cicit Henrietta.
"Anak buahku sedang mengambilnya," tungkas Henry.
Henrietta hanya menganggukkan kepalanya saja.
Tadi saat bersama ayahnya dia sangat berani tapi sekarang nyali-nya malah menciut.
Henry tak mengatakan apapun hingga mereka sudah berada di lantai dua.
"Ini kamarmu," tunjuk Henry dengan dagunya.
"Terima kasih," ucap Henrietta
Setelah itu dia langsung masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintunya.
Setelah Henrietta masuk kedalam kamarnya Henry juga masuk kedalam kamarnya yang ada di sebelah kamar Henrietta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Jhuwee Bunda Na Alfaa
hdir kmbali kak....
2023-01-11
1
linda sagita
mampir LG buat nyicil
2022-12-08
1
@Kristin
semangat 💪
2022-12-05
1