Pagi mulai muncul. Yati dan Ratmi tengah sibuk di dapur.
"Kamu harus biasain nyiapin makan buat Bidin, karena dia sekarang adalah suamimu, jangan bikin bapak dan ibu malu ya Ti," kata Ratmi.
Yati pun mengangguk. Lalu dia membawa setumpuk piring dan meletakkannya di atas meja makan.
Lalu Ratmi bertanya pada Yati,
"Semalam apa tidurmu nyenyak?"
Yati terdiam, kemudian Yati menjawab sambil mengangguk,
"Nyenyak bu. Abis kang Bidin keluar dari kamar, Yati tidur dan gak tau apa-apa lagi."
Tangan Yati masih sibuk terus menumis kangkung. Ratmi pun tertawa, "Aduh, Yati-Yati, masa pengantin baru ninggalin suaminya tidur begitu aja."
Yati hanya terdiam, karena memang dia tidak paham apa maksud dari perkataan ibunya.
Masakan pun telah matang semua. Ratmi menyuruh Yati mengajak Bidin untuk sarapan.
"Yat, panggil nak Bidin sana, ajak dia sarapan dulu sebelum kalian pulang," perintah Ratmi.
Yati berkata-kata Yati pun melangkahkan kakinya ke arah kamarnya. Di dalam kamar dia mendapati Bidin sedang merapikan pakaian Yati.
Yati mengamati dan terdiam. Lalu dia masuk ke dalam kamar dan duduk di sisi tempat tidur.
Lalu Yati bertanya, "Apa harus sebanyak itu baju Yati yang akan di bawanya Kang?"
Bidin menoleh dan tersenyum, lalu dia menjawab,
"Tapi kan gak semuanya Yat, masih banyak kok di lemari. Lagian kan mulai nanti kamu akan tinggal di rumahku, rumahku rumahmu juga. Mudah-mudahan kamu betah ya Yat tinggal bersamaku."
Lalu Bidin membalikkan tubuhnya dan mendekat ke arah Yati yang tengah duduk. Bidin merendahkan tubuhnya lalu menggenggam tangan Yati,
"Kalo ada keluhan, ngomong aja ke Akang ya, jangan sungkan."
Lalu Bidin mengecup kening Yati.
SERRRRRTTT!!!
Ada getaran yang lain yang Yati rasakan. Entah itu apa. Yang jelas rasanya berbeda saat di cium ibu dan bapaknya.
Lalu seketika saja Yati baru ingat bahwa ibu menyuruhnya mengajak Bidin untuk segera ke ruang makan.
"Oh ya Kang, ayuk kita makan, ibu udah nungguin," ajak Yati.
Bidin pun bangkit bersamaan dengan Yati yang duduk di disini tempat tidur. Dan mereka keluar dari kamar menuju ruang makan.
Di sana sudah ada mang Ibing, Ratmi Asep dan Usep.
Melihat kedatangan Yati bdan Bidin, Ucep menyapa mereka,
"Wah pengantin baru, ayo sini, kita makan, Usep cape loh nyiapin ini semua."
Mendengar ucapan adiknya, Yati langsung membesarkan matanya, pandangannya mengarah ke Usep. "Enak aja kamu yang nyiapin, ini aku yang nyiapin sama ibu, dih ngaku ngaku!" Wajah Yati mengkerut.
Bidin tersenyum melihat tingkah mereka berdua.
Bidin tidak menyalahkan Yati yang bersikap kekanak-kanakan, yach memang dia masih kanak-kanak, terlampau jauh usia mereka berdua. Yati saat ini belum genap 17 tahun, sedangkan Bidin sudah 30 tahun dan pengalamannya sudah ada dalam pernikahan.
Yati dan Bidin pun duduk berdampingan. Lalu Yati mengambilkan piring kosong untuk Bidin.
Sengaja Ratmi tidak menyodorkan piring kosong ke arah Bidin, dia ingin melihat bagaimana sikap anaknya melayani suaminya.
Yati mengisi piring kosong yang sudah diletakkan Bidin di hadapannya dengan nasi dan lauk pauk. Kemudian dia pun mengisi piring bapaknya, kemudian baru dia mengisi piring kosongnya.
Lalu Yati pun duduk dan menikmati sarapannya.
Mereka pun berbincang-bincang, di mulai dari pertanyaan mang Ibing.
Setelah ini, apa rencana kalian?" tanya mang Ibing pada Bidin dan Yati.
Mereka pun saling menoleh, sedangkan Yati terlihat bingung dengan pertanyaan bapaknya.
Bidin segera menjawab pertanyaan mang Ibing, "Setelah ini, saya mau ngajak Yati tinggal di rumah, Pak. Biar bisa adaptasi sama mawar dan melati. Nanti baru saya ingin ngajak Yati jalan-jalan, sebagai bulan madu, biar nanti Mawar dan Melati tinggal sama Ibu bapak saya sementara."
Ratmi dan mang Ibing manggut-manggut.
Menelaah rencana Bidin, Acep bertanya pada Bidin, "Trus ngajinya gimana Mang? Jangan lama-lama bulan madunya, keenakan Yati nanti. Tar malah males ngaji."
Bidin tersenyum hingga menampakkan gigi putihnya sambil menoleh kd arah Yati.
"Saya yakin, setelah kami resmi menikah, Yati jadi semangat belajarnya, iya kan Yat?" tanya Bidin pada Yati sambil menyolek lengan Yati dengan sikunya.
Yati hanya terdiam
Tidak lama kemudian, mereka telah selesai sarapan. Lalu Yati bangkit dari duduknya sambil mengambil piring-piring kotor dan menumpukkannya. Asep juga membantu Yati, lalu mengangkatnya untuk di bawa ke dapur.
Ratmi menyusul Yati ke dapur, lalu dia berkata pada Yati, "Udah Yat, gak usah di cuci, biar ibu aja yang nyuci. Lebih baik kamu siap-siap sana."
Yati pun keluar dari dapur menuju kamarnya. Dia mengeluarkan tas besar dan meletakkannya di ruang tamu.
Semua berkumpul dibuang tamu, untuk melepaskan kepergian Yati dan Bidin. Terasa haru saat itu, padahal letak rumah Bidin tidak jauh dari sana. Hanya berjarak 100 meter saja.
Tetapi hati mang Ibing dan Ratmi terasa berat melepaskan kepergian Yati.
"Kamu jaga diri baik-baik ya Ti, jadilah istri yang baik dan ibu yang baik," Pesan mang Ibing pada Yati. Lalu dia kembali berkata,
"Jangan kecewain Bapak ya Ti."
Yati hanya mengangguk. Lalu dia mencium punggung tangan mang Ibing.
Begitu pula Ratmi dengan pesan yang sama. "Jadilah istri dan ibu yang baik ya Yat, jangan kecewain Ibu sama Bapak."
Yati pun hanya mengangguk dan mencium punggung tangan Ratmi.
Mereka pun mengantar kepergian Yati dan Bidin sampai teras depan rumah.
Bidin mulai menyalakan mesin motornya dan meletakkan tas milik Yati di pangkuannya.
Lalu Yati naik di belakang Bidin. Rasa canggung masih menyelimuti hati Yati. Keluarga Yati pun melambaikan tangan, dan Bidin pun pergi meninggalkan rumah mertuanya dengan membawa Yati.
Di dalam perjalanan, mereka hanya terdiam. Bidin merasa bahwa Yati tidak berpegangan, maka Bidin menarik satu tangan Yati dan melingkarkan ke arah pinggangnya.
Yati hanya menurut. Tidak lama kemudian mereka pun sampai di depan rumah Bidin.
Mawar dan Melati menyambut kepulangan ayah dan ibu tiri mereka dengan penuh kehangatan. Mereka pun menyalami Yati dengan sopan. Tapi terlihat di wajah Mawar jika dia tidak menyukai Yati. Usia Mawar sudah 6 tahun sedangkan usia Melati masih 3 tahun, dan saat itu mereka masih di awasi oleh Arum, tetangga Bidin yang di titipin oleh Bidin sebelum acara pernikahannya.
"Ayo Yat masuk, jangan sungkan ya, sekarang kan rumah ini adalah rumahmu juga," kata Bidin.
"Ayo Yati masuk, jangan malu-malu," ajak Arum.
Yati hanya tersenyum dan mengangguk. Mereka pun masuk ke dalam rumah.
Arum mengambil tas yang masih berada di tangan Bidin dan membawanya masuk ke dalam. Saat itu Yati tidak berpikiran macam-macam, karena Yati pun sangat mengenal Arum.
Arum sudah menyiapkan kamar untuk Bidin dan Yati. Arum pun mengajak Mawar dan Melati ke ruangan lain.
Sebelumnya Bidin memperkenalkan Yati pada Mawar dan Melati, Bidin pun berkata pada mereka,
"Anak-anak Ayah, kenalin nih, ini teteh Yati, sekarang dia adalah ibu kalian. Dia juga yang akan menemani ayah jika si rumah, tolong jaga sikap kalian ya. Teh Yati juga yang akan menjaga kalian saat Ayah lagi ngajar."
Lalu Melati bersorak sambil mengangkat kedua tangannya minta di gendong oleh Yati, "Ibuuuu ibuuuu!"
Yati pun tersenyum lalu menggendong Melati.
Kemudian Bidin berkata pada Arum,
"Kami istirahat dulu Rumah, tolong jaga anak-anak dulu ya."
Arum pun mengangguk dan berkata,
"Baik Kang. Ayo anak-anak, ikut bibi, kita nonton TV yuk."
Lalu Melati di turunkan oleh Yati dan Arum segera menuntun tangan Melati.
Bidin pun mengajak Yati masuk ke dalam kamar untuk beristirahat,
"Ayo Yat, kita ke kamar, kita istirahat dulu."
Sedangkan Arum dan anak-anak pindah ke ruangan sebelah. Setelah sampai di ruang sebelah Mawar menyalakan TV dan duduk di lantai. Lalu Mawar bertanya pada Arum, "Kenapa teh Yati yang jadi ibu kami? Kamikan belum kenal, kenapa bukan bibi aja yang jadi ibu kami?"
Mawar langsung memeluk tubuh Arum, sedangkan Arum hanya bisa melongo mendengar pertanyaan yang di lontarkan Mawar. Sedangkan Bidin telah mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Mawar pada Arum, saat Bidin hendak ke kamar mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments