Acep menginterogasi.

"Ih, di tanya malah ngeliatin pisan, kamu udah punya pacar? Jawab atuh pertanyaan Aa'! Jangan malah ngeliatin sambil mewek!"

tanya Acep dengan logat sundanya. Tetapi Yati menggeleng, dia menggelengkan kepalanya memang dia tidak memiliki pacar.

"Kalo kamu gak punya pacar, kenapa gak mau ama Mang Bidin? Mang Bidin iru ganteng pisan Yat! Banyak cewek-cewek yang naksir dia, orangnya sholeh pula, nanti kamu enak belajar sama dia, lagian bukannya kamu memang suka sama Mang Bidin?"  tanya Acep.

Mendengar pertanyaan kakaknya, Yati terdiam.

Memang, di suatu hari, ketika Yati dan Acep kendak pergi ke sawah membawakan makanan untuk bapaknya, mereka berpapasan dengan Bidin, alias kang Bidin atau Mang Bidin, tergantung siapa yang memanggilnya. Saat itulah Yati mengatakan perasaannya terhadap Bidin pada Acep, kakaknya, saat itu mereka mengendarai sepeda, Acep yang membonceng Yati.

"A' ada Mang Bidin, Yati malu," sahut Yati.

"Malu kenapa? Kamu malu ke sawah?" tanya Acep. Yati pun tertawa sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

Mereka pun berpapasan dengan Bidin, dia hendak pergi mengajar. Melihat adanya Acep dan Yati, Bidin pun menyapa mereka, "Assalamu'alaikum, Acep, Yati, kalian mau ke mana?"

Di sapa oleh Bidin, Acep oun menghentikan laju sepedanya. Lalu bersalaman dengan Bidin. Tetapi ketika Yati hendak menyalaminya juga, Bidin menolaknya. Dia pun berkata,

"Maaf Yati, Aa' sudah ada wudhu." Lalu Yati tertunduk malu.

Mendengar perkataan Bidin, Acep noun bertanya, "Emang kenapa Mang kalo udah ada wudhu? Apa salaman ama Yati bikin wudhu Mang Bidin batal?"

Bidin tersenyum dan mengangguk mendengar pertanyaan Acep. Lalu Jisin sedikit menjelaskan, "Yati itu sudah dewasa, maka bisa bikin wudhu Aa' batal. Nah nanti di pelajaran malam jum'at kita bahas ya."

Acep mengangguk.  Lalu Bidin bertanya pada Acep dan Yati, "Kalian mau ke mana?"

Acep yang masih duduk di sepedanya mendorong siku tangannya ke aha Yati, agar dia yang menjawab pertanyaan Bidin. Bukannya menjawab, malah Yati menundukkan kepalanya.

Acep pun menoleh kebelakang, dan melihat adiknya menundukkan kepalanya. "Ih Yati, bukannya ngejawab malah nunduk aja," sahut Acep.

Lalu Acep segera menjawab pertanyaan Bidin, "Ini A' mau bawain makanan buat bapak."

"Oh, ya sudah, cepet sana bawain bapak, kasian pasti bapak udah nungguin," perintah Bidin.

Acep pun mengangguk. Lalu mata Bidin ke arah Yati, dan dia berkata,

"Malam jumat ikut Acep ya Yat ke rumah, banyak juga kok teman-teman kamu yang datang, kita bisa belajar bareng di sana."

Yati tidak menjawab, dia hanya menundukkan kepalanya.

Lalu Acep pun meminta izin untuk melanjutkan perjalanannya. "A' kami pergi dulu, kasian bapak nunggu," sahut Acep. Bidin pun mengangguk. Tidak lupa Acep pun mengucapkan salam pada Bidin. "Assalamu'alaikum, A'."

"Wa alaikum salam," sahut Bidin.

Acep pun kembali mengayuh pedal sepedanya. Tidak lama kemudian, hanya beberapa meter berlalu, Yati menoleh kebelakang, dia melihat Bidin yang mulai melangkah jauh.

Saat Yati menoleh kebelakang, Acep merasa ada pergerakan saat mengendarai sepedanya. Lalu Acep bertanya pada Yati, "Kamu nengoknke belakang Yat?"

Yati pun menjawab, "Iya, kenapa? Aa' kok tau Yati nengok ke belakang?"

Lalu kemudian Acep pun menjawab,

"Ih berat tau!" Acep masih terus mengayuh sepedanya.

Lalu Acep kembali bertanya pada Yati,

"Kamu suka ya ama Mang Bidin, Yat?"

Seketika saja Yati mencubit pinggang kakaknya.

Saat Acep mengingatkan kembali kejadian saat siang itu, Yati hanya menundukkan kepalanya, dia masih duduk di tepi tempat tidurnya.

"Lalu kenapa kamu gak mau di nikahi sama mang Bidin? Pacar gak punya, dan kamu juga sukakan sama dia? Tau gak Yat, kalo kamu mau di nikahi dia, kamu tuh pemegang muri di kampung ini. Banyak loh cewek-cewek yang suka ama dia, udah ganteng, pinter, sholeh, trus apaan lagi yang kamu cari?", celoteh Acep.

Lalu Acep. Masih meneruskan celoteh annya, "Gadis kampung kaya kamu yang males sekolah, trus mau ngapain lagi? Masa kerjaannya main mulu! Daripada bapak ama ibu jadi gunjingan orang zekamoubg, mending kamu nikah aja, itu lebih baik, mumpung ada yang mau ama kamu. Lagian yang mau ama kamu itu mang Bidin, orang yang baik, kenapa kamu gak mau? Menurut Aa' mah kamu aneh! Aa' yakin banyak temen-temen kamu yang suka juga ama dia."

Yati merenungi perkataan kakaknya. Memang benar apa kata Acep. Semua temen mainnya suka dengan Bidin. Malah banyak temen-temen Yati yang cari perhatian padanya, pada bawain makanan lah, ikut pengajian di rumahnya lah, pokoknya ada aja deh yang di lakukan temen-temen nya Yati buat memikat hati Bidin.

Sedangkan Bidin menaruh hati pada Yati.

Suatu hari, tiba-tiba Bidin datang berkunjung ke rumah Yati dan berbincang pada bapaknya, yaitu mang Ibing.

"Maaf Pak, kalau saya lancang membicarakan ini, sepertinya Yati sudah dewasa, saya berniat melamarnya. Jika bapak berkenan, saya akan datang lagi mengajak kedua orang tua saya. Dua tahun menduda saya rasa sudah cukup saya hidup sendiri, sejak istri saya meninggal dunia." Mang Ibing mengangguk-anghukkan kepalanya. Lalu mang Ibing meminta waktu pada Bidin untuk membicarakannya pada istrinya dan Yati.

"Maaf atuh Mang Bidin, soal ini saya harus bicarakan dulu pada istri saya, dan juga Yati, yang akan menjalaninini semua, apakah Yati sudah siap atau belum," sahut mang Ibing.

Bidin pun mengangguk, kemudian dia berkata, "Jika Yati tidak mau, gak apa-apa pak, jangan di paksa. Lagian niat saya menikah kan buat ibadah, dan jika Yati menjalaninya secara terpaksa, saya juga gak mau."

"Baiklah, nanti saya bicarakan dulu," sahut mang Ibing.

Lalu Bidin kembali berkata,

"Jika Yati menolak, gak apa-apa pak, katakan saja pada saya, saya siap mendengarnya."

Sejak kedatangan Bidin waktu itu, mang Ibing dam istrinya mendesak Yati, agar menerima lamaran dari Bidin.

Tiba-tiba Yati mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Acep, kemudian dia mulai berkata,

"Bukannya Yati gak suka sama dia  Yati suka sama mang Bidin, walau pun dia udah tua. Mang Bidin tuh ganteng, sholeh lagi. Tapi bukan berarti Yati mau jadi istrinya!"

Mendengar ucapan Yati, Acep oun gisak tinggal diam, dia pun kembali mencecar Yati dengan berbagai pertanyaan,

"Trus apa alasan kamu gak mau nikah sama dia? Kamu suka, trus dia, oun suka sama kamu, trus alasannya apa kamu gak mau nikah sama dia? Nikah itu enak loh Yat, apa lagi mang Bidin itu banyak yang suka ama dia. Malahan banyak loh ibu-ibu di sini yang kepengen anaknya di nikahi mang Bidin, eh nih kamu malah gak mau! Menurutku kamu itu aneh!"

Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!