Kasak kusuk tetangga.

Para tamu satu persatu naik ke atas pelaminan untuk memberikan selamat pada Yati dan Bidin.

" Selamat ya Yati Bidin semoga kalian bahagia," kata tetangga mereka.

Lalu ada lagi ucapan dari tetangga lainnya, " Selamat ya Yati dan Bidin semoga hubungan kalian awet sampai tua."

Para tetangga dan para tamu lainnya pun bergantian untuk memberikan selamat kepada Yati dan Bidin.

Pesta itu sangat meriah, banyak tamu undangan yang hadir. Karena keluarga Bidin pun mengundang sanak saudara pula untuk datang ke pesta itu. Mereka hanya membuat satu kali pesta.

Dan juga, Bidin banyak dikenal orang, kebaikan dan sikapnya yang sopan banyak orang yang suka dengannya. Karena itu saat dia menikah dengan Yati, banyak pula orang yang datang untuk memberikan selamat.

Tetapi sayangnya, tidak semua orang suka dengan pesta itu.

Ada sebagian tetangga Yati yang kasak kusuk dengan pernikahan itu.

"Gila, Diam-diam Bidin seleranya daun muda ya, masa dia nikahin Yati sih, anak bau kencur, aku yakin jarak usia mereka sangat jauh," celoteh salah satu tamu pada temannya.

"Mangkanya, liat orang jangan cuman di luarnya aja, ternyata oh ternyata, Bidiiiin Bidiiiin, seleramu anak ingusan yang udah montok," sahut temannya menanggapi.

Waktu pun terus berlalu, dan pestanya berjalan lancar, ada ada segelintir orang yang tidak suka dengan pernikahan mereka, entah karena jarak usia mereka terlampau jauh, entah karena Bidin banyak yang suka.

Acara pesta perkawinan antara Yati dan Bidin pun telah selesai. Para tamu telah pulang ke rumah masing-masing dan mulai terasa sepi.

Beberapa orang petugas panitia pesta mulai berbenah. Mereka mulai merapikan kursi-kursi yang tertata rapi di pelataran rumah, kini mereka melipatnya dan menumpukkannya di sudut rumah.

Mereka tidak langsung membawanya pergi, melainkan menaruhnya dahulu dan mengumpulkannya, besok baru mereka membawanya ke gudang, di mana tempat mereka menyimpan barang-barang pesta yang di sewakan.

Yati pun masuk ke dalam kamarnya yang sudah di hias,  diikuti oleh Bidin dari belakang.

Yati jadi salah tingkah, ketika mengetahui langkahnya di ikuti oleh Bidin. Yati menoleh ke belakang, lalu dia bertanya pada Bidin,

"Mang Bidin mau ngapain? Kenapa ngikutin Yati?"

Bukannya menjawab pertanyaan Yati, Bidin malah tercengar mendengar dari Yati.

Bagaimana tidak, Bidin pun bingung harus apa di rumah Yati, hal yang mustahil kan jika dia ikut bantu beres-beres, karena itu dia mengikuti langkah Yati ke kamar. Buat Bidin, hal yang aneh jika Yati bertanya seperti itu.

Tiba-tiba mulutnya menjawab,

"Jangan manggil Mang atuh, panggil Aa' atau Akang aja. Akang ini kan usah jadi suamimu."

Yati tersenyum kecut, lalu dia mengangguk dan berkata, "Baik Kang, mulai sekarang Yati manggilnya Akang."

Lalu Yati melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar, dan Bidin terus mengikutinya.

Sesampainya di dalam kamar, seorang tata rias pun juga masuk. Dia hendak melepaskan pakaian Yati, karena hanya dia yang bisa membantu membukakannya. Begitu juga dengan pakaian yang Bidin kenakan.

Saat Yati hendak di bukakan baju, Bidin langsung memutar tubuhnya, karena dia merasa risih.

Penata rias pun tersenyum lalu berkata,

"Ih Si akang, kenapa membuang muka? Kan udah halal."

Bidin tersenyum lalu dia menundukkan kepalanya. "Belum biasa teh, malu," sahut Bidin.

Lalu penata rias kembali berkata,

"Udah gak apa-apa ngadep sini aja, lagian Yatinya juga pake baju daleman."

Lalu penata rias itu membenahi rambut Yati. Dia mulai mencopot segala atribut yang ada di kepala Yati.

Bidin duduk di sisi tempat tidur, lalu menoleh ke arah Yati.

Benar saja, Yati memakai baju rumahan. Bidin melihatnya masih di benahi bagian rambut Yati.

Agak lama memang, karena tatanan rambut yang Yati gunakan saat itu tatanan yang komplit, jadi agak lama dan agak susah untuk menata ulang kembali.

Sambil menunggu Yati melepaskan atribut di kepalanya, Bidin membuka baju adat yang di kenakannya, karena baju itu juga baju sewaan.

Lalu dia memasukkannya ke dalam koper milik penata rias itu.

Lalu beberapa saat kemudian, urusan Yati pun selesai.

Penata rias pun segera membereskan barang-barang miliknya, lalu kemudian dia pun keluar dari kamar dan mencari orang tua Yati.

" bapak ibu, semua sudah beres. Saya pamit pulang ya,  Terima kasih sudah memakai jasa kami untuk pesta pernikahan anak bapak dan ibu," kata penata rias.

"Oh iya teteh sama-sama kembali kasih," sahut Ratmi.

Mereka pun bersalaman, kemudian penata rias keluar dan meninggalkan rumah Yati.

Sementara Yati dan Bidin masih berada di kamar.

Yati masih duduk di sisi tempat tidur, sedangkan Bidin masih duduk seperti semula, di bangku kecil yang terletak di samping meja rias.

Mereka terlihat salah tingkah, terutama Bidin. Karena tidak biasa berada di rumah orang lain, salau pun kini Yati sudah menjadi istrinya, dan rumah Yati adalah rumah mertuanya, tapi Bidin masih terlihat kaku.

Akhirnya untuk mencairkan suasana, Bidin bangkit dari duduknya, dia hendak keluar dari kamar. Sebelum keluar dari kamar, Bidin berkata, "Tidurlah Yat, besok pagi kita akan pindah ke rumah ku."

Yati menoleh, dia hanya menganggukkan kepalanya. Bidin pun keluar dari kamar menuju ruang tamu. Di sana ada mang Ibing Ratmi sedang duduk dan menghitung jumlah amplop.

Saat itu Bidin mendekati ruang tamu. Mata mang Ibing dan Ratmi pun tertuju padanya.

"Eh Nak Bidin, sini duduk, ibu lagi ngitung amplop," panggil Ratmi.

"Iya bu, di teruskan saja," sahut Bidin sambil melangkahkan kakinya mendekat pada mereka.

Bidin pun duduk dan bergabung pada mang Ibing dan Ratmi.

Ada beberapa amplop di sisihkan, dan sama sekali tidak di sentuh, apa lagi di buka.

Ternyata, mereka memisahkan antara amplop tamu mereka dengan tamu besan mereka.

Tidak beberapa lama bereka pun selesai mengerjakan dan menghitung semua isi amplop.

Lalu mang Ibing berkata pada Bidin sambil memberikan tumpukan amplop,

"Nak Bidin, ini amplop dari tamu besan, sengaja saya pisahin, ini hak keluargamu."

"Gak pak, maap bukannya saya menolak, tapi pesta ini kan di buat di rumah bapak, di sini, itu hak keluarga Bapak, bapak bisa gunakan untuk membayar yang lain-lainnya. Lagian bapak dan ibu saya juga kan mereka datang dan menikmati pesta di sini pak, jadi uang amplop itu hak bapak. Lagian kalo saya liat, pesta yang bapak bikin ini meriah sekali, gak sesuai dengan uang dapur yang saya bawakan," sahut Bidin, sambil menolak dengan halus tumpukan amplop yang si sodorkan padanya.

Lalu mang Ibing dan Ratmi saling menatap. Lalu Ratmi mengambil tumpukan amplop itu dan kemudian dia kembali menyerahkan pada Bidin sambil berkata,

"Ya sudah, kalo gitu ini untuk bekal kalian ke depannya, kamu buka usaha atau buat apa terserah. Lagian kamu sekarang yang menafkahi Yati. Oh ya nak Bidin, Ibu minta kamu bimbing Yati ya, Yati itu masih manja, kamu jangan kaget ya, tolong ajarin sembahyangnya, baca quran nya, karena dari dulu gak mau banget di suruh ngaji semenjak lulus sd."

Bidin tersenyum mendengar ucapan Ratmi. Kemudian mang Ibing kembali melanjutkan,

"Saya yakin, kamu bisa menjadi imam buat Yati."

Bidin kembali tersenyum dan berkata,

"InsyaAlloh pak, saya akan berusaha. Oh ya, bapak, ibu, besok pagi saya izin akan ajak Yati pulang ke rumah saya, kasian anak-anak saya tinggal kelamaan. Pasti mereka seneng ngeliat ada Yati, muda-musahan Yati bisa sayang sama mereka."

"Oh iya, sampe lupa sama Melati dan Mawar, siapa yang jaga mereka Din?"

Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!