Tepat jam 07.45, Livia sampai didepan lobi kantornya. Didepan pintu, sudah berdiri tegap dan setia sekretaris pribadinya yang juga merupakan teman kuliahnya di masa lalu.
“Pagi, Bu.” Sapa Andra Permana pada Livia.
Livia menganggukan kepalanya ringan dan berjalan masuk kedalam kantor dengan Andra yang setia berada di belakangnya.
“Apa saja jadwalku hari ini, Ndra?” tanya Livia saat mereka sudah masuk kedalam lift.
“Pagi ini akan ada rapat dengan klien dari Jepang, lalu ada rapat dengan direksi.”
“Direksi? Apa paman hari ini akan datang ke kantor?”
“Pak Samuel tadi sudah menghubungiku untuk memberitahu jika dia tidak bisa ke kantor, karena sedang terjadi masalah di perusahaan utama Rehardi.”
“Apa masalahnya cukup besar?”
“Kata Pak Samuel, kamu tak perlu khawatir, Liv.” Andra memanggil nama Livia secara langsung jika mereka berdua berada diruang sepi yang hanya ada mereka berdua.
Rehardi adalah nama keluarga besar dari pihak ibunya. Setelah kakek Anwar tidak mampu lagi memimpin perusahaan Admaja karena kesehatannya, perusahaan itu dibantu oleh paman Livia yang bernama Samuel. Dia adalah adik dari ibu kandung Livia.
“Ok. Setelah jam makan siang, apa ada lagi rapat luar?”
“Tidak ada, Liv. Setelah jam makan siang, kamu bisa menyelesaikan pekerjaanmu di dalam ruanganmu.”
“Terimakasih.”
“Apapun untukmu.” Jawab Andra riang.
Setelah semua pekerjaan Livia lewati, tiba juga jam istirahat untuknya. Livia menghempaskan tubuhnya dikursi kebesarannya dan menghembuskan nafas berat.
“Akhirnya selesai juga pekerjaan beratku. Kenapa rasanya sangat berat sekali?”
“Minumlah. Kamu pasti sangat lelah tadi.” Andra menyodorkan satu gelas orange jus dingin.
“Aku tidak masalah dengan rapat bisnis dengan klien, tapi kenapa tadi saat rapat direksi rasanya begitu berat? Begitu banyak argumen. Ternyata paman Samuel sangat kuat, dia mampu memegang dua perusahaan besar seperti ini.” Kagumnya pada pamannya.
“Tentu saja Pak Samuel tak akan selamanya mampu, Liv. Untuk itu, kamu harus segera naik keatas menggantikan beliau.”
“Aku tahu, Ndra. Tekanan yang di dapat oleh paman sangat besar. Tapi tekanan yang kudapat juga tak kalah hebatnya.”
“Aku akan tetap berada disisimu. Aku akan menguatkanmu.”
“Terimakasih, Ndra. Kamu memang teman yang sangat berharga.”
Andra terdiam sejenak, dan tersenyum ringan setelahnya. “Ada yang ingin kamu makan untuk makan siang?”
“Hmmmm . . . lebih baik kita turun kekantin aja. Makanan disana tidak kalah enak dengan resto disekitar kantor kita.”
“Baiklah. Ayo kita turun.”
Livia dan Andra berjalan berdampingan saat mereka menuju kantin kantor. Bukan sebuah rahasia lagi, jika seluruh karyawan diperusahaan mengetahui jika Andra adalah teman kuliah Livia dulu. Bahkan ada rumor yang mengatakan jika sebenarnya mereka berdua berkencan. Visual keduanya cukup menyita perhatian seisi penghuni kantor. Livia yang bertubuh langsing, dengan rambut hitam sebahu, berkulit putih, dan berwajah cantik khas campuran Arab-Indonesia, karena kakek dari ibu Livia adalah asli orang Arab. Jadi Livia mewarisi beberapa kelebihan yang orang Arab miliki, seperti hidung yang mancung, mata yang cantik, dan kulit yang putih.
Sedangkan Andra, menguarkan aura maskulin dari dirinya. Kulit kuning langsat, membuat menambah ketampan yang ada padanya. Dada yang bidang, pundak yang lebar, dan otot yang mencuat dikala Andra menggulung lengan bajunya sampai keatas, cukup mampu membuat para perempuan berteriak meminta dipeluk oleh tubuh atletis itu.
Apalagi selama ini beredar kabar jika Livia terus saja menolak perjodohan dengan beberapa pria, hal itu mencuatkan kecurigaan bahwa memang keduanya memiliki hubungan serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments