Pengantin bercadar

***

Setelah Arumi berhasil di culik, ia lekas di baringkan di sebuah Ranjang besar yang megah. Tangannya di ikat ke tralis besi yang terdapat di tepian Ranjang kamar tersebut "Tuan. Nona pengantin sudah di ikat dengan ketat" Jelas Joe. Ia mengerahkan dua anak buahnya untuk menganiaya Arumi yang saat itu tengah tak sadarkan diri. Yudistira terkekeh bangga, ia sungguh puas pada hasil jirih payahnya itu. Yudistira yang duduk santai di sofa itu mulai berdiri dan pergi.

"Heh. Kalau begitu... Kalian bersenang-senanglah. Aku harap kalian tak menyisakan apapun dari tubuh wanita sial itu!" imbuh Yudistira seraya pergi dari tempat tersebut.

Ia keluar dari ruagan itu dengan dinginnya tanpa menoleh lagi ke arah Arumi yang terlelap dengan kaki dan tangan yang terikat. Joe mulai melotot ke arah dua anak buahnya yang di minta menyetubuhi Arumi.

"Jangan lalukan apapun padanya. Jika sampai terjadi... Ku bunuh kalian!!" Bentak Joe tak terdengar oleh Yudistira yang berjalan terlalu jauh.

Mereka mengangguk "Baik ketua. Akan saya lakasakan!" Jawab mereka sigap.

Setelah anak buah Joe paham atas perintahnya, Joe pun lekas keluar kamar tersebut "Joe! Cepat kemari!" Teriak Yudistira di kejauhan. Joe lekas menyusul Yudistira yang sat itu sudah berada di area dapur bersih.

"Ya tuan..." Joe berlari pelan hingga langkahnya sampai tepat di mana Yudistira memanggilnya.

"Joe. Siapkan semangkuk sup, aku sedang ingin makan... Tiba-tiba saja napsu makan ku meningkat setelah tekanan dalam hatiku sedikit menghilang" Jelas Yudistira. Joe mengangguk, ia mulai menyuruh kepala rumah tangga bernama Moo untuk menyiapkan sup buntut kesukaan tuan muda.

"Tuan, Moo sebentar lagi akan menyajikannya. Sebelum menyantap bubur tersebut, maukah anda meminum teh hangat ini?" Tanya Joe dengan sangat hati-hati. Kadang suasana hati Yudistira tak menentu, jika ia sedang senang ia akan sangat baik pada semua orang. Tapi jika suasana hatinya sedang buruk. Maka apapun yang ada di hadapannya akan di hajar hingga babak belur.

"Teh hangat? Kau gila ya... Di cuaca panas begini kau menyuruhku meminum teh hangat. Kau minta di guyur apa?" Amuk Yudistira tak senang, ia mencecah Joe dengan pandangan tajam dan dingin.

"Maafkan aku tuan..." Akhirnya, Joe lekas menyingkirkan secangkir teh tersebut dari hadapan Yudistira.

"Baiklah... Saya akan lekas memanggil Moo untuk menyajikan pesanan yang anda inginkan" Imbuh Joe seraya berangkat menuju dapur kotor.

"Jika aku bilang A! Ya A... Jika kalian membantah... Jangan salahkan aku jika kalian ku kubur hidup-hidup di bawah lantai!" Pekik Yudistira seraya menggebrak meja. Tak berselang lama, beberapa pelayan pun datang beserta Mo si kepala rumah tangga di kediaman tersebut.

"Tuan kami datang..." Ucap Moo menunduk patuh.

"Bagus. Turunkan pesananku..." Jelas Yudistira memerintah. Beberapa pelayan pun mulai menata meja dan meletakan sup buntut pesanan sang tuan muda itu...

"Silahkan tuan..." Ucap Moo.

"Aku sedang lapar... Ku harap kalian memasak dengan benar!" Pekik Yudistira mulai bersiap.

Yudistira sangat bengis dan semena-mena. Karna sejak kecil ia hidup sendiri, maka sikapnya yang semana-mena itu terasa biasa saja bagi orang-orang di kediamannya, dan tak pernah di masukan kedalam hati oleh para pelayannya.

Para pelayan mulai memasang serbet di leher pria itu, kemudian mangkuk di dekatkan bersama garfu juga sendok. Air putih dan segala kebutuhan sang tuan muda mulai di benahi hingga semuanya tampak sempurna.

Joe menatap tuannya yang sedang makan dengan lahapnya. Ia menunggu sesuatu terjadi padanya "Akhirnya aku kenyang..." Ucapnya seraya berdiri dan belum minum seteguk pun.

"Tolong nyalakan ac, aku merasa tiba-tiba cuaca di luar sedikit panas... Hingga aku ke gerahan..." Yudistira mulai meracau. Joe sedikit tersenyum, kala perubahan tersebut mulai di alami sang tuan muda.

"Nyalakan Acnya! Apakah kalian tuli!!" Bentak Yudistira seraya mengoyang-goyangkan tangannya ke arah wajahnya.

"Maaf tuan. Tapi sedari tadi Acnya sudah menyala" Jawab salah satu pelayan sang tuan muda.

"Aah sial! Sebaiknya aku ke kamarku saja!" Gumamnya mulai berdiri. Perasaan aneh di hati Yudistira mulai timbul, hasrat aneh tiba-tiba menyeruat dan membuatnya gila. Ia mulai merasakan sesuatu, ia sangat membutuhkan seseorang untuk melepaskan hasrat biologisnya.

"Tuan. Mari, saya antarkan anda ke kamar..." ujar Joe. Yudistira mengangguk, pandangannya sedikit kabur "Joe, sebaiknya... Panggilkan aku doktet Dennis. Aku membutuhkan bantuannya... Ku pikir aku sedang terkena flu" Gumamnya belum berhenti meracau.

Akhirnya, setelah lama membopong pria kekar yang tampan itu, Joe pun sampai di kamar utama sang tuan muda "Tuan, anda sudah sampai, silahkan masuk..." Pinta Joe.

Yudistira mulai masuk kamarnya, lalu Joe lekas mengunci pintu dari luar. Karna pandangan Yudistira kabur, ia pun sempoyongan melangkah menuju matrasnya yang empuk itu. Ia lekas melepas jasnya, ia melemparkan jasnya sembarangan dan ia pun melonggarkan dasi hitam yang sedari tadi melilit lehernya. Setelah itu, ia pun menjatuhkan dirinya kassr di matras tersebut.

Brugh!

Aaahhh... Sial! Ada apa denganku! Tiba-tiba seluruh tubuhku terasa panas dan aku sangat haus...Bathin Yudistira menggumam. Ia melentangkan sebelah tangan kanannya dan memegangi kepalanya. Namun saat tangan kanannya meraba matras tersebut. Ia malah menyentuh sesuatu, Yudistira yang sedikit heranpun mulai bangun dan menoleh ke arah tersebut.

Deg! Ia berdegup sesaat ketika menyentuh sesuatu yang begitu lembut.

Peluh basah bercucuran di jidak pria itu hingga menetes melewati dagunya yang runcing "Kenapa! Wanita ini malah ada di sini!!" Pekik Yudistira marah dengan tatapan melotot ke arah Arumi yang masih terikat.

Gluk! Yudistira marah, tapi ia juga tak bisa menolaknya karna ada sesuatu yang terjadi padanya saat ini, hingga sebuah dorongan pun muncul. Hasrat ingin menerkam sang gadis cantik itu begitu besar. Dan tanpa sadar, ia menyentuh dan mulai menodai Gaun putih bersih milik Arumi. Gadis itu bangun, ketika Yudistira melakukan kesalahan terbesarnya dengan menodai Arumi di hari pernikahannya.

"Astagfirullah! Apa yang anda lakukan! Jangan!! Tidak! Tidaaaakkkk!!" Teriak Arumi memohon dengan mata yang membelalak di penuhi butiran kristal basah yang terjun begitu lebatnya. Namun, apa boleh buat... Yudistira telah terlanjur gila akan syahwatnya yang jahat.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!