***
Hari pernikahan Alan dan Arumi sudah tiba, hari tersebut adalah hari terindah untuk kedua mempelai terutama Alan, Alan amat sangat bahagia kala hubungannya akan halal setelah ijab kobul terselanggara dan kata Sah terucap oleh seluruh saksi.
Selain itu juga Kluarga besar Anggara Wijaya merasa terhormat, kala mengundang para tamu undangan yang terdiri dari komlomerat dan saudagar kaya rekan-rekan bisnisnya.
Bila acara selesai, ia pun akan mengadakan open house di kediamannya yang mewah bah istana itu, untuk masyarakat kalangan menengah ke bawah. Ia ingin para tetangga dekatnya juga ikut serta dalam kebahagiaan kluarga Anggara Wijaya yang terkenal elit itu.
***
Alan telah siap di pelaminan, ia menunggu Arumi dengan tenang. Entah mimpi apa Arumi semalam, hingga ia mendapatkan perlakuan khusus dari kluarga Anggara yang begitu menyayanginya sampai-sampai Altar pernikahanannya pun begitu indah dan mewah. Lampu kelap kelip menghiasi seluruh bunga hidup yang ada di pesta tersebut. Pelaminan ala negri dongeng yang menjadi konsep pernikahan Arumi. Semua di pesan khusus oleh Alan pada ibunya untuk membahagiakan Arumi.
"Aah... Aku sungguh tak sabar. Tapi kenapa Arumi lama sekali ya... Apakah dia meminta para periasnya untuk mendandaninya dengan istimewa, agar dia tampil sangat berbeda di depanku?" Tanya Alan sedikit tak sabaran.
Meski demikian Alan tetap menunggu di singgah sananya tanpa bergeming dan sabar meski terlalu lama untuknya.
***
Ruang Rias...
"Oh tuhan... Anda sangat cantik nona Arumi. Meski kami hanya memolesnya sebentar" Ujar para perias.
"Amin... Kalian bisa saja, tolong beri aku cadar" Pinta Arumi seraya menatap cermin rias didepannya.
"Sebaiknya anda tak usah memakainya. Biarkan aura anda menyebar dan membuat para tamu terpukau" Jelas Perias itu.
"Tidak-tidak. Aku tidak terbiasa melepas selebar kain tipis itu. Jadi tolong pakaikan itu sebaik mungkin untuk menutup hidung dan bibirku" Komen Arumi bersikeras untuk memakai cadar tersebut.
Akhirnya para penata pun pasrah kala Arumi memintanya dengan memaksa mereka...
"Baiklah nona..." Ucap para perias. Sang asisten periaspun mulai meraih selebar kain tipis warna putih itu lalu memakaikannya pada Arumi.
Tok! Tok! Pintu ruang Rias di ketuk dengan kencang. Lalu Asisten perias mulai membuka pintu untuk memastikan siapa yang datang "Ada apa tuan?" Tanya asisten perias. Netranya menyimak bahwa ada dua orang pria berpakaian rapi serba putih menunggu di depan kamar Rias pengantin.
"Segera selesaikan, kami harus mengantar pengantin wanita ke pelaminan. Soalnya penghulu sudah datang..." Jelas Salah satu pria berjas putih itu.
"Oh. Kami sudah selesai tuan... Tunggulah akan mu bawa nona ke pada anda..." Jelas para perias di kediaman Anggara wijaya.
"Baiklah. Tolong jangan terlalu lama" pinta para pria berjas putih itu.
"Ya.." Sang asisten lekas masuk dan memberitahukan kabar tersebut ke kepala perias.
"Ada apa?" Tanya kepala perias.
"Bu... Nona sudah di tunggu di luar...penghulu sudah datang katanya" Jelas sang asisten perias memberitahukan kabar mendesak tersebut.
"Benarkah? Kenapa mereka cepat sekali? Seharusnya, acaranya kan di mulai satu jam lagi?" Bisik sang perias utama sedikit kesal.
"Tak apa. Jangan di poles lagi, lagi pula aku kan mengenakan cadar" Jelas Arumi.
Akhirnya periaspun mulai pasrah "Haah... Yas udahlah kalau begitu" Lenguh sang perias sedikit kecewa. Ia menghelan napas beratnya? karna kurang puas pada hasil kerjanya yang terlalu di paksa saat belum selesai atau bahkan jadi kurang senpurna.
Arumi mulai berdiri, ia di bantu oleh para asisten penata rias tersebut yang berjumlah enam orang.
Arumi di tuntun hingga ke depan pintu, apa boleh buat, Gaun pernikahan Arumi menjuntai hingga ke lantai dan menyapu seluruh yang ada di sana. Jika tak di pegangi, gaun bisa menyangkut dan robek "Ini pertama kalinya aku memakai pakaian seribet ini" Imbuh Arumi terkekeh.
"Sabarlah sedikit toh ini hanya untuk sementara. Sore nanti kamu akan jadi seorang istri setelah memakai jubah ini..." jelas perias utama.
"Jangan marah... Hahahaha aku hanya bercanda" Umpat Arumi menggoda para perias.
Akhirnya salah satu asisten perias mulai membuka pintu kamar tersebut "Klek!"
Dua orang itu masih berdiri di sana dengan tangan menatapi jam di lengan kiri mereka tampak gelisah "Tuan tuan, silahkan bawa tuan putri kelian ke pelaminan sekarang" Para perias terlihat bahagia.
"Aku pamit... Ya kakak kakak semua, terimakasih atas kerja keras kalian. Aku tak akan melupakannya" Jelas Arumi seraya melangkah ke arah dua pria berjas serba putih itu. Sementara gaun yang di kenakan arumi pun berwarna putih bersih itu di pegangi salah satu pria berjas putih tersebut.
"Asallamualaikum..." Ucap Arumi sebelum pamit.
"Waallaikum salam..." Padahal dua perias itu bukan orang islam, tapi mereka cukup menghargai salam dari Arumi.
Arumi pergi bersama dua pria berjas putih dan menggilang setelah mereka melewati koridor yang jadi akses keluar masuk.
Para perias mulai masuk dan kembali berbenah, Mereka membereskan barang-barang juga aksesoris rias mereka, tak berselang lama. Kamar pengantin kembali di ketuk "Tok! Tok!"
"Ada apa lagi ini?" Tanya perias utama, salah satu asisten kembali membuka pintu.
"Ya tuan ada apa?" Tanya asisten, setelah netranya menyimak dua pria berjas hitam menunggu di luar.
"Kami di tugaskan untuk mengiring pengantin wanita ke pelaminan..." Jelas dua pria itu, dan kemudian dua wanita dengan pakaian putih pun keluar dari balik tubuh kekar para pengawal pria "Mohon bantuannya..." Pekik ke dua wanita pengiring mempelai wanita, nampaknya mereka adalah suruhan tuan Anggara.
Apa yang di jelaskan ke dua pria itu membuat sang asisten heran "Bu... Apa kita melakukan kesalahan?" Tanya asisten perias.
"Ada apa?" Tanya perias utama.
"Kemarilah" Asisten perias mulai menyeru.
"Ya ada apa..." Perias utama mulai menghampiri.
"Siapa kalian?" Tanya perias utama.
"Kami adalah para pengiring mempelai wanita yang di tugaskan oleh tuan besar Anggara" Jelas salah satu pengawal pria.
"Apa... Tapi tadi nona sudah dijemput lima menit yang lalu" Jelas kepala perias.
"Benarkah?" tanya salah satu pria itu.
"Ya..." Jawab singkat para perias.
Pria plontos dengan tubuh kekar itu pun mulai menelpon pusat ke amanan dan bertanya pada mereka, apakan nona Arumi sudah ada di pelaminan. Namun tak satupun dari salah satu tim pria tersebut yang membawa Arumi.
"Ini gawat!" Pekik pengawal.
"Gawat?" Tanya perias utama.
"Ya... Nona Arumi! Di culik!" Pekik pria itu. Sontak para perias dan pengiring pengantin mulai membelalakan mata mereka.
"Ini tidak mungkin!!" Pekik mereka tak percaya.
Kluarga Anggara kecolongan di hari paling sakral tersebut, jika sampai pernikahan tersebut batal. Kluarga Anggara akan kehilangan muka di depan publik. Ini akan menjadi pukulan terberat bagi kluarga tersebut.
***
Rupanya benar saja, Arumi sudah di bopong dua orang suruhan Yudistira. Kini Arumi tak sadarkan diri setelah di bius paksa oleh dua pria tersebut menuju kediaman Yudistira Alfarighi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments