Dalam ruangan pribadi, sosok wanita itu. Sedang melakukan panggilan telepon, sembari memutarkan kursi kerjanya.
“Kau tenang saja ... tugasku hanya membuatnya jatuh cinta. Kemudian meninggalkannya saat lagi sayang-sayangnya kan?” Menyunggingkan senyumannya. Sembari menatap luaran gedung.
“Apa kau tidak takut jatuh cinta padanya?” tanya lawan bicaranya.
Hingga tak menyadari, jika seseorang membuka pintu ruangan pribadinya.
“Percayalah padaku, hal konyol seperti itu. Tidak akan terjadi!” tegasnya memutarkan kursinya. Betapa terkejutnya Dzakia, mendapati sosok lelaki bermasker tengah duduk menghadapnya.
“Siapa kau?” tanyanya berdiri dari duduknya. Matanya menatap manik, lawan bicaranya.
'Sorot matanya' batin Dzakia wajahnya seketika pucat.
“Nona Dzakia Khadeja Schwarzenegger! Bagaimana kalau lupa denganku?” suara dingin itu, membuat tubuh Dzakia bergetar.
Velden melepaskan maskernya, menyunggingkan senyumannya.
“Ba-bagaimana, kau bisa ke ruanganku?” tanya Dzakia mengusap wajahnya kasar.
“Harusnya saya yang bertanya itu, kepada Anda. Mengapa Anda mengirim lamaran kepada saya?” Menjeda sejenak, memutar kursi. Dan berdiri, melangkah kearah Dzakia.
Membuat wanita itu mundur, menelan ludahnya.
“Dengan nama samaran. Sepertinya kau ingin bermain-main dengan saya....”
Dzakia melengos, ketika hembusan nafas Velden menerpa wajahnya. Ia berusaha tenang, menjauh dari Velden.
Dzakia terkekeh, sebisa mungkin tak memperlihatkan uncomfortablenya.
“Nama samaran?” Dahinya berkerut, duduk di kursi kerjanya kembali.
“Saya pikir, Anda sudah mengetahui. Jika saya ini putri Aksa Schwarzenegger!” kilahnya, membuat rahang Velden mengeras. Merasa di permainkan.
“Kau jangan mempermainkan diriku,” hardik Velden, memutar kursi kerja Dzakia agar menghadapnya.
Lelaki itu mengungkung tubuh Dzakia yang tengah duduk di kursi dengan santai. Namun siapa yang tahu jika relung hati Dzakia was-was takut.
“Maksudnya apa? Saya enggak ngerti. Jelas-jelas saya menyuruh Aspri saya, melamarmu untukku. Dengan nama Khadeja Schwarzenegger! Lantas dari mana, saya menggunakan nama samaran?” ujarnya tak terima mendorong dada Velden agar menjauh.
“Kenapa tidak nama lengkap?” bentaknya mencengkeram dagu Dzakia kasar.
Membuat si empu meringis dan memukul pergelangan tangannya. Untuk di lepaskan.
“His, galak amat. Kenapa enggak tanya baik-baik?” gerutu Dzakia ketika Velden melepaskan cengkeramannya. Dan berjalan meninggalkannya kemudian duduk di kursi semula.
“Jelaskan semua ... jika tidak. Kau harus menerima konsekuensinya,” ketus Velden.
Dzakia menarik nafas panjang. “Begini ya Tuan Velden yang terhormat! Saya melakukan itu semua, tak ada niatan terselubung. Hanya saja, saya ingin seseorang menerima saya apa adanya. Bukan karena saya putrinya Aksa Schwarzenegger!”
“Saya pikir, Anda sudah tahu itu,” pungkasnya kembali.
Ruangan seketika hening, namun mata tajam Velden terus saja menatap Dzakia. Membuat si empu salah tingkah.
'Sudahku duga kau adalah putri Aksa! Tapi aku tidak tahu alasan kamu, menyembunyikan statusmu itu' batin Velden, teringat ketika tak sengaja melihat wallpaper ponsel Dzakia. Yang terpampang wajah Aska dan istrinya sedang mencium pipi Dzakia. Membuatnya bergerak cepat. Untuk mengetahui motif dibalik Dzakia melamarnya. Pasalnya ia tak pernah memiliki masalah dengan perusahaan Schwarzenegger.
“Omong-omong sudah lama?” tanya Dzakia memecahkan keheningan. Membuat Velden tersadar dari lamunannya.
“Apanya?” tanya Velden bodoh.
“Gantengnya!” kekeh Dzakia, mengedipkan sebelah matanya.
Membuat lawan bicaranya berdiri dari duduknya. Melangkah ke arahnya.
'Mampus, mau apa dia' batin Dzakia susah payah menelan ludahnya. Mencoba berdiri, mundur.
Padahal tujuannya bertanya hanya untuk mengetahui. Apa Velden mendengar pembicaraannya dengan seseorang yang ada di telepon.
Tapi sepertinya hal itu justru membahayakan dirinya.
Secepat kilat Velden, menarik tangan Dzakia. Membuat tubuh sexy itu menatap tubuhnya. Ia tak segan merengkuh pinggang wanita cantik berjas.
“Kau menggodaku?” tanya Velden dengan suara serak. Membuat tubuh Dzakia meremang.
“Tidak! Saya bicara yang sebenarnya,” sanggahnya cepat, berusaha lepas dari terkaman predator galak yang memeluknya erat.
“Elden!” geramnya ketika mulut mereka akan menyatu.
Membuat si empu menatapnya. Sapaan Elden, benar-benar istimewa didengar telinga.
“Lepas.” Tepis Dzakia melepaskan tangan Velden yang merengkuh pinggangnya.
“Kau cukup ikuti permainan ini, Nona!” Mengelap bibir Dzakia dengan jempol. Membuat si empu ketakutan.
“Jangan panik,” bisik Velden, membuat Dzakia mengalungkan tangannya di leher lelaki itu.
Mengikuti permainan dengan santai adalah hal yang baik.
“Mari kita pejamkan mata Tuan! Biar lebih....” Dzakia menjulurkan lidahnya membasahi mulut. Memporak-porandakan hasrat Velden.
Keduanya saling memejamkan mata. Namun ketika Velden menekan kepala Dzakia, wanita itu mulai membuka matanya, tersenyum menyeringai. Melepaskan satu tangannya, membentuk sebuah kepalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
wah singkong cari masalah sama kingkong nich🤭🤭🤭
sabar dzakia semua pasti indah pada waktunya 🤣🤣🤣
2022-11-24
2
Aditya HP/bunda lia
waah ... dzakia jangan cari masalah ... 😄
2022-11-24
1
Zahra Gunawan
semangat terus kak author 💪
2022-11-23
1