Berdesir

Diruang rawat inap, Velden membaringkan tubuhnya di sofa sembari memejamkan mata. Ternyata butuh waktu lumayan lama untuk menjahit luka di kepala Ansel. Hingga saat ini ia tak tahu menahu, sebab kepala Ansel robek. Namun dokter memberikan sebuah kemungkinan, jika luka tersebut disebabkan karena hantaman.

Velden melirik ke arah Dzakia yang duduk di samping ranjang. Seraya mengelus kening Ansel, yang belum sadar.

Hingga suara dering ponsel mengisi ruangan yang tadi sunyi.

Velden mencari ponselnya di saku, tapi tidak ada. Ia terlihat bingung.

Begitu pun dengan Dzakia, wanita itu tak sadar jika ponsel Velden ada di dalam tasnya.

Velden menepuk jidatnya, ingat.

“Singkong kembalikan ponsel saya!” ujarnya menjulurkan tangannya.

Dzakia sempat mengerutkan keningnya, penuh tanya. Namun sedetik kemudian ia teringat jika ponsel Velden ada bersamanya.

“Siapa yang kau panggil Singkong?” tanyanya menatap nyalang Velden.

Buka tanpa alasan Velden memberikan julukan Singkong pada Dzakia. Sebab tubuh wanita itu benar-benar bantat dan berisi.

“Jangan banyak bacot! Cepat kembalikan ponsel saya,” tegasnya.

Dzakia mendengus, mencari ponsel Velden di dalam tasnya.

Velden tersenyum penuh tipu daya, ketika Dzakia menyodorkan ponsel padanya. Ia tak lantas mengambil benda mati tersebut. Namun ia justru memilih untuk mengelus pergelangan tangan Dzakia. Membuat si empu memukul pergelangan tangannya. Hingga mengakibatkan ponsel yang ada dalam genggaman Dzakia sedikit lagi akan jatuh. Jika ia tak segera menangkapnya. Ia bangkit dari berbaringnya. Dan memukul udara tepat di atas kepala Dzakia. Membuat si empu memejamkan matanya takut.

“Ceroboh, pelupa, katrok, lelet saya tidak suka dengan perempuan seperti itu,” makinya menjauh dari Dzakia.

Perlahan Dzakia membuka satu matanya terlebih dahulu, untuk mengecek. Apa benar Velden telah keluar ruangan? Pasalnya langkah kaki Velden seolah menjauh dari tempat di mana ia berdiri. Dan ternyata benar, punggungnya sudah tidak terlihat. Dari balik pintu.

“Kau itu tidak mengenalku, tapi mudah sekali menilai diriku seperti apa. Lihat saja nanti,” gumamnya menyunggingkan bibirnya. Menatap pintu kamar rumah sakit.

Dan disaat itu pula pintu didorong dari luar. Velden menyembulkan kepalanya dibalik pintu. Membuat Dzakia mengelus dada karena terkejut.

“Kau disini, saya mau jemput kak Azka dulu!”

“Bagaimana masih mau sama duda?” tanya Velden tersenyum sinis. Kapan lagi ia bisa menggoda wanita seperti Dzakia. Baru dipegang sebentar badan sudah bergetar.

Membuatnya flashback ketika tangannya mengelus pergelangan Dzakia, lembut sekali bahkan wangi tubuh Dzakia menempel di kulitnya.

“Saya tidak peduli,” jawab Dzakia memutar badannya. Membelakangi Velden. Tak semudah itu membohonginya, karena sebelum memutuskan untuk melamar Velden.

Ia telah diberi tahu mengenai data informasi tentang kehidupan pribadi Velden.

Sagar Velden Raharja adalah anak pertama dari empat bersaudara. Ibunya bernama Safitri dan ayahnya bernama Burhan Raharja. Di umur yang baru 30 tahun, lelaki itu merangkap menjadi orang tua tunggal bagi ketiga adiknya. Semenjak ayah dan ibunya meninggal, karena keclakaan. Hal itu pula yang membuat si bungsu Viktor Ansel Raharja. Bisa dikatakan paling dekat dengan Velden.

Dengan banyaknya tanggung jawab, yang harus Velden lakoni sebagai penerus perusahaan dan orang tua bagi ketiga adiknya. Terkadang stres melanda, membuatnya melampiaskan dengan cara minum, dugem dan balapan liar. Namun setelah si bungsu mengajak umur empat tahun. Sering kali melakukan protes pada kakaknya, jika Velden pulang larut malam karena dugem.

Jam yang menggantung di tembok rumah sakit, menunjukkan pukul dua kurang, sepuluh menit. Hingga saat ini Velden belum datang, padahal sudah hampir setengah jam meninggalkan ruang Ansel.

“Hiks Mas! I wanna go home ...hiks!”

Tangisnya pecah, berusaha melepaskan selang infus. Dzakia yang tadi sedang teleponan, langsung mematikan sambungan dan mendekati Ansel.

Membuat Ansel ketakutan, sebab tak pernah melihat Dzakia sebelumnya.

“Cup ... cup. Jangan nangis Sayang! Nanti kepalanya sakit,” ujar Dzakia lembut yang membuat Ansel mengecilkan tangisannya.

Ia tak pernah merasakan perilaku lembut, dari perempuan. Seperti detik ini.

Ibu! Bagaimana kasih sayang seorang ibu. Ia tak pernah merasakan itu.

Akan tetapi Ansel juga selalu ingat perkataan kakaknya. Tidak boleh mudah percaya dengan orang asing.

”Who are you?” tanyanya.

Apa bocah itu lupa jika wanita yang ada di ruangannya sekarang. Adalah wanita yang sama, saat ia masuk ke ruangan kakaknya.

“I'm a friend of Mas Elden, so don't be afraid”

“Mas....” teriaknya Berusaha duduk dari tidurnya.

“Sebentar lagi, dia kembali! Mas sedang ke sekolahan menjemput kakak!” jelas Dzakia ramah.

Pintu terbuka dari luar, Velden bisa melihat seorang wanita berdiri menghadap luaran gedung rumah sakit. Menggendong pasien gemuk, sembari membacakan cerita.

“Ehem!” Dehaman dari belakang membuat Dzakia, memutarkan badannya.

Velden membisu saat melihat wajah oval Dzakia, yang ayu. Hatinya berdesir, lelaki itu melengos. Dibuat salah tingkah oleh paras Dzakia. Sebab hampir setengah hari bersama Dzakia, wanita itu tak melepaskan masker sedikitpun.

Si bantat + berisi \= Singkong.

Terpopuler

Comments

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

nah kan nah kan velden terpesona sama singkong😅😅
lihat aja bentar lagi pasti bertekuk kutut 🤣🤣🤣

2022-11-24

2

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

nah loh saat liat wajahnya baru nyaho kan deg degan kan .... ntar bucin loh ... 😅😅

2022-11-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!